© Thebalibible.com
Bali sudah lama dikenal sebagai destinasi wisata kelas internasional yang perlu lagi diragukan pesona dan keindahannya. Mulai dari keindahan alam, hingga pesona tradisi kebudayaannya selalu mampu menarik datangnya turis mancanegara.
Tak hanya itu, Bali juga dikenal sebagai daerah yang selalu menjunjung toleransi yang sangat tinggi. Salah satunya dibuktikan dengan kehidupan masyarakat desa Bengkala, Kubutambahan, Buleleng, Bali. Desa Bengkala ini dikenal dengan kearifan lokalnya yang sangat unik.
Yakni mayoritas penduduknya yang menguasai bahasa isyarat. Bukan tanpa alasan, desa Buleleng sendiri dikenal dengan penduduk tuli yang cukup banyak. Dari sekitar 3000 an populasi penduduknya, ada sekitar 44 orang yang tuli.
© Diadona
Menurut info dari laman The Bali Bible, masyarakat setempat percaya, bahwa tingginya angka orang tuli di desa Bengkala adalah karena kutukan. Konon, dahulu kala masyarakat desa Bengkala dipimpin oleh seorang Raja yang korup.
Kemudian sebagai upaya protes, masyarakat setempat memilih untuk mendengarkan segala titah sang Raja. Karena merasa marah, sang Raja mengutuk masyarakat desa di sana agar tak bisa mendengar selamannya.
Meski legenda kisah tersebut telah dipercaya turun-temurun, namun sudah pernah dilakukan penelitian tentang kenapa di desa Bengkala miliki angka penduduk tuli yang tinggi. Jawabannya adalah adanya gen DFNB3 yang memperbesar potensi tuli sejak lahir.
© Diadona
Hal yang paling menarik di desa Bengkala ini adalah penduduk tuli dan penduduk dengar diperlakukan sama. Tak ada yang namanya diskriminasi. Menariknya, hampir seluruh penduduk di desa Bengkala telah menguasai bahasa isyarat.
Uniknya, bahasa isyarat di desa Bengkala ini diciptakan sendiri oleh masyarakat setempat. Jadi bahasa isyaratnya berbeda dengan bahasa isyarat bagi sahabat tuli pada umumnya. Bahasa isyarat khas desa Bengkala disebut dengan kata 'kolok'.
Kolok dalam bahasa tempat berarti tuli. Bahasa isyarat kata kolok ini dikenal lebih sederhana dibanding bahasa isyarat lainnya. Bahkan bahasa isyarat kata kolok ini juga diajarkan di Sekolah Dasar, mulai dari kelas 1 hingga kelas 6.
Wah keren ya kearifan lokal mereka. Macam gini nih yang patut ditiru, selalu junjung tinggi toleransi dan kebersamaan antar masyarakat. Gimana nih menurutmu? Sudah ada yang pernah ke sana?
Diskon Shopee Periode April 2024, Banjir Promo dan Voucher Belanja!
Spoiler One Piece 1112: Gorosei Terus Mengamuk di Egghead, Luffy Kewalahan?
Potretnya saat Pakai Hijab Bikin Makin Adem, Ini Deretan Foto Rebecca Klopper Berangkat Umrah
Foto Lebaran Ayu Ting Ting yang Kembaran Baju dengan Tunangannya, Fans Dibuat Ikut Senang
Dituduh Terseret Kasus Korupsi Rp271 Triliun, Ayu Dewi Langsung Klarifikasi
Selamat, Alyssa Soebandono Melahirkan Anak Ketiga Berjenis Kelamin Perempuan
Tak Dimaafkan Nikita Mirzani, Lolly Diduga Kehabisan Uang sampai Jual Baju Bekas
Tak Hanya Instagram, Kini Semua Konten di Channel YouTube Sandra Dewi Juga Menghilang