© Pinterest/Christine Sivastava
Tak banyak lokasi di dunia ini yang menganut sistem matriarki. Di seluruh dunia, mungkin bisa dihitung dengan jari masyarakat yang menganut sistem yang menjadikan perempuan sebagai figur berkuasa dan mendominasi.
Salah satunya adalah di kepulauan indah nan cantik di lepas pantai timur Panama ini. Mereka menerapkan sistem yang jauh berbeda dengan yang dianut oleh sebagian penduduk dunia.
Namanya adalah Guna Yala, atau Kuna Yala, namun juga ada yang menyebutya sebagai San Blas. Tapi di sini, kita menyebutnya sebagai Guna Yala saja ya. Kepulauan Guna Yala tersiri dari 300 pulau, 49 di antaranya dihuni oleh masyarakat suku Guna.
Melansir dari laman BBC, masyarakat suku Guna setidaknya terdiri dari 50 ribu orang yang tetap teguh memegang dan melestarikan tradisi dan busaya nenek moyang mereka.
Perempuan Guna Yala © nexter.org
Orang-orang suku Guna biasanya tinggal di pondok-pondok kayu yang atapnya dibuat dari daun pohon kelapa. Mereka biasanya mengandalkan tungku kayu bakar untuk mengolah makanan sehari-hari.
Para perempuan suku Guna dikenal memiliki kendali yang sangat kuat bagi keluarga maupun di komunitas masyarakat. Bahkan mereka memiliki tradisi unik menculik pria untuk dijadikan pengantin.
Sedang bagi pria yang sudah menjadi suami, akan berada di bawah kendali perempuan. Mereka tidak bisa sembarangan membagi tangkapan ikan dan buah kelapa pada sanak saudara mereka.
Selain itu, Guna Yala sendiri merupakan merupakan kawasan yang memiliki kekuasaan adat otonom. Bahkan mereka disebut juga memiliki bendera sendiri yang berlambang swastika dengan latar belakang warna hitam.
Perempuan Guna Yala © flickr.com
Banyak sekali hal menarik dan berbeda yang bisa ditemui di Guna Yala. Selain sistem matriarki yang mereka anut, ternyata mereka juga memiliki tradisi unik yang jauh berbeda dengan kawasan lain.
Masyarakat suku Guna Yala disebut memegang prinsip toleransi yang sangat tinggi. Menariknya lagi, ddi Guna Yala, juga terdapat tradisi unik yang sangat menghargai jenis kelamin ketiga.
Bisa dibilang, masyarakat setempat sangat luwes jika memandang hal-hal yang berkaitan dengan 'gender'. Bagi anak laki-laki yang memiliki kecenderungan menjadi perempuan akan diberi keleluasaan menjadi dirinya sendiri.
Makanya, masyarakat suku Guna mengenal istilah Omeggid, yakni bagi para lelaki yang lebih memilih menjadi perempuan. Para Omeggid ini akan dibiarkan hidup seperti perempuan pada umumnya di kepulauan tersebut.
Omeggid Guna Yala © BBC.com
Sejak kecil keluarganya juga akan memberikan skill dan juga pengajaran seperti layaknya perempuan muda. Nggak heran kalau kawasan ini menjadi lokasi impian kaum 'tansgender'. Wah beda banget ya, gimana nih kalau menurut kamu tentang tradisi unik di Guna Yala? Jangan lupa sampaikan tanggapanmu di kolom komentar ya.
Adi Utarini: Ilmuwan Perempuan Indonesia yang Membuat Dengue Tak Lagi Menakutkan
Shahnaz Indira, Model Curvy Indonesia yang Mendunia Lewat London dan New York Fashion Week
Perjalanan Laras Sekar, Model Asal Balikpapan yang Menembus Panggung Mode Dunia
Hannah Einbinder Menang Emmy 2025, Serukan Free Palestine di Atas Panggung
Berbekal LPDP, Namira Adjani Resmi Raih Gelar Magister Hukum dari UCL
Janice Tjen Jadi Runner Up Sao Paulo Open 2025, Harapan Baru Tenis Indonesia
Ultah MOP Sepi Sosok CFO, Tasya Farasya Gugat Cerai Ahmad Assegaf?
Rumah Dijarah Ludes, Eko Patrio Terpaksa Ngontrak di Pinggiran Jakarta
Sulthon Kamil Terseret Skandal Pelecehan Seksual, Band Harum Manis Didepak Label
Kimberly Ryder Buka Suara Soal Kekasih Barunya: Sudah Kenalkan ke Anak-anak