© Instagram / 2ng_zzang
Masa remaja adalah masa yang ditakutkan oleh banyak orang tua. Di masa ini, anak akan mulai mencari jati diri dan mencoba banyak hal baru dalam kehidupannya.
Nggak heran dong kalau anak mungkin akan lebih sibuk dengan kehidupannya di luar rumah. Sebagai orang tua, kita harus tetap percaya dan membangun komunikasi yang baik dengan anak untuk tetap memantau perkembangan mereka.
Tapi ternyata nggak hanya orang tua aja lho yang ngerasa khawatir dengan anak yang mulai beranjak remaja. Anak juga bisa merasakan kecemasan akan perubahan dan kenyataan bahwa mereka akan menjadi orang dewasa.
Ilustrasi Remaja Bermain Ponsel © shutterstock.com/CGN089
Dilansir dari Psychology Today, dalam praktik psikologi klinis, banyak remaja yang merasa takut tumbuh dewasa. Hal ini ternyata disebabkan oleh dua hal yang mendominasi pemikiran mereka tentang perubahan.
Pertama, anak menghadapi perubahan dengan asumsi tentang apakah hal itu akan 'baik' atau 'buruk'. Banyak asumsi-asumsi yang dibuat oleh remaja bahkan yang cenderung mengarah pada hal negatif.
Banyak anak yang menganggap perubahan yang berbeda adalah sesuatu yang buruk tanpa menyadari hal positif yang diberikan. Asumsi ini kemudian mengantarkan anak pada rasa cemas yang meningkat.
Hal kedua yang menjadi penyebab masalah ini adalah remaja yang takut pada perubahan sering kali mengalami ketidakseimbangan dalam proses berpikir. Secara khusus, perubahan biasanya melibatkan dua kompenen yaitu: apa yang hilang dan apa yang kita dapat.
ilustrasi remaja sedih © stonewaterrecovery.com
Para remaja cenderung fokus pada apa yang hilang. Apalagi jika apa yang mereka peroleh belum jelas atau nggak bisa diketahui. Padahal fokus yang berlebihan pada kerugian justru akan membuat kita terus merasa menyesal dan mengalami kerugian yang lain.
Dua penyebab anak takut menjadi dewasa ini bisa kita atasi bersama-sama. Pertama-tama kita bisa berusaha memahami pemikiran mereka dan membantu untuk mengubahnya.
Sangat penting menunjukkan bahwa pemikiran yang dibuat anak adalah hal yang normal. Langkan ini dilakukan agar anak percaya pada kita dan mau terbuka dengan banyak hal.
Kita nggak perlu setuju bahwa perubahan memang buruk dan penuh kerugian. Sebaliknya, kita justru bisa mengakui betapa menakutkannya sesuatu yang nggak diketahui itu.
Biarkan anak tahu bahwa perasan mereka masuk akal meskipun nggak sesuai dengan fakta. Begitu mereka merasa diakui dan dipahami, mereka akan lebih terbuka dengan perubahan dalam pemikiran mereka.
Semoga informasi ini bisa membantu ya, Moms!

Dita Karang Bikin Kejutan, Tampil Menawan di Jakarta Fashion Week 2026

Profil Maria Selena, Mantan Puteri Indonesia dan Atlet Basket yang Jadi Peserta Physical: Asia

Profil Fina Phillipe, Sosok Atlet Perempuan yang Mewakili Indonesia di Physical Asia

Katy Perry Resmi Go Public Bareng Justin Trudeau, Rayakan Ulang Tahun di Paris

Kris Dayanti Bawa Pulang Perak dari World Kungfu Championship