© Shutterstock.com/id/g/karatama_photo
Kamu pasti udah nggak asing lagi dengan istilah kesempatan kedua. Kesempatan kedua seringkali dikaitkan dengan hubungan asmara bahkan pertemanan. Ada kalanya seseorang berbuat salah, kemudian meminta maaf dan berjanji nggak akan mengulanginya kembali.
Tapi sayangnya, nggak semua janji itu bisa ditepati. Ada yang tidak sengaja melanggar, namun ada juga yang memang sengaja mengkhianati janji yang dibuatnya. Di saat seperti inilah fungsi kesempatan kedua itu dipertanyakan, masih layakkah untuk diberikan?
Seseorang yang meminta kesempatan kedua, tentu sadar betul dengan 'sumber daya' yang kamu miliki. Baik itu teman atau pasangan, dia sadar bahwa ada poin plus yang kamu miliki namun nggak mereka temukan pada orang lain.
Sayangnya, apa yang kamu berikan seringkali nggak pernah ada balasannya. Kebaikan yang kamu lakukan bisa dianggap angin lalu, sehingga kadangkala kesalahan yang pernah mereka lakukan itu terus terjadi secara berulang.
Ilustrasi Meminta Kesempatan Kedua © shutterstock.com/id/g/fizkes
Memberikan kesempatan kedua berarti kamu sudah siap memberikan pengampunan yang besar, membuka lagi kepercayaan, serta menyadari risiko bahwa ego bisa kembali terluka. Jika orang yang diberikan kesempatan kedua memanfaatkannya dengan baik, maka dia bisa dan layak untuk kembali diandalkan.
Namun sebaliknya, mereka yang nggak sungguh-sungguh memanfaatkan kesempatan kedua ini, hanya akan kembali melukai kamu bahkan menimbulkan trauma atas luka hati. Sikap yang tidak mau berubah di kesempatan yang kedua ini, hanya akan menimbulkan rasa sakit yang lebih parah dan hebat daripada sebelumnya.
Kembali dilukai di kesempatan kedua hanya akan meninggalkan bekas penghinaan, pengkhianatan, dan kebohongan yang bisa membuatmu meragu atas keputusan yang kamu ambil. Itu sebabnya, kesempatan kedua sebaiknya nggak diberikan secara cuma-cuma.
Perlu ada kesadaran penuh, terutama soal kemungkinan terulangnya perlakuan buruk dari orang tersebut. Sebisa mungkin, ambillah pilihan yang membuat kamu bisa terbebas dari emosi negatif seperti kesedihan, sakit hati, maupun sakit secara fisik.
Taruhlah kebahagiaan diri sendiri sebagai prioritas dan jangan lagi terjebak dengan seseorang yang tak mau berubah jadi lebih baik..
Berbekal LPDP, Namira Adjani Resmi Raih Gelar Magister Hukum dari UCL
Kaneishia Yusuf Lulus Cumlaude di HI UI, Bukti Karier dan Akademik Bisa Jalan Bareng
Janice Tjen Jadi Runner Up Sao Paulo Open 2025, Harapan Baru Tenis Indonesia
Plan Workout 28 Hari Mengikuti Siklus Hormon Wanita
Ultah MOP Sepi Sosok CFO, Tasya Farasya Gugat Cerai Ahmad Assegaf?
Janice Tjen Jadi Runner Up Sao Paulo Open 2025, Harapan Baru Tenis Indonesia
Ultah MOP Sepi Sosok CFO, Tasya Farasya Gugat Cerai Ahmad Assegaf?
Rumah Dijarah Ludes, Eko Patrio Terpaksa Ngontrak di Pinggiran Jakarta
Sulthon Kamil Terseret Skandal Pelecehan Seksual, Band Harum Manis Didepak Label
Kimberly Ryder Buka Suara Soal Kekasih Barunya: Sudah Kenalkan ke Anak-anak