6 Dasar Mengapa Masih Mempertahankan Hubungan Walau Tak Lagi Ada Kenyamanan

Reporter : Yayuk Harini
Senin, 2 November 2020 15:30
6 Dasar Mengapa Masih Mempertahankan Hubungan Walau Tak Lagi Ada Kenyamanan
Mau pisah rasanya sangat disayangkan, belum tentu kita bakal dapat yang lebih baik dari dia. Benar gak?

Menjalin hubungan asmara bisa dibilang adalah hal wajar pada usia dewasa. Saat itu pula dalam benak hati kita akan timbul aneka perasaan. Saking bingungnya bahkan pada orang-orang tertentu tidak bisa mengartikan perasaannya secara detail. Ya begitulah, urusan cinta memang kompleks dan tak ada patokan pasti.

Banyak fase hubungan asmara, mulai dari masa pendekatan atau yang biasa kita sebut dengan PDKT hingga kita merasa nyaman. Namun, tak berhenti pada kenyamanan itu saja Girls, hubungan pelik rama asmara akan dihantam dengan ribuan cobaan hingga terombang-ambing bak kapal di tengah lautan. Bukan bermaksud hiperbola ya, tapi memang demikian adanya, hehe...

1 dari 8 halaman

Ilustrasi pasangan ngobrol © Diadona

Coba deh kita telaah bersama. Pas kita dalam fase yang sudah sama-sama nyaman hingga muncul rasa sudah tak nyaman lagi lantaran beberapa sebab yang tak bisa dijelaskan pasti. Terkadang, walau kita sudah dalam fase sama-sama sudah tak lagi merasakan kenyamanan satu sama lain, tapi dalam hati kita masih muncul rasa sayang dan tak mau berhenti mencintai, apalagi putus.

Lalu, apa sih sebab utamanya? Mengapa saat kita sudah merasa tidak nyaman, namun masih tetap mau bertahan dalam hubungan?

2 dari 8 halaman

1. Terlanjur Sayang dan Berharap Hubungan Akan Baik-Baik Saja Seperti Sebelumnya

Barangkali pada poin pertanma ini merupakan alasan utama setiap orang ketika menghadapi situasi semacam ini. Walau kita tersakiti, tapi dengan kekuatan cinta kita tetap masih bisa bertahan buat tetap berada di sisinya. Seberapa pahit hubungan dan cobaan yang dilalui, tapi kalau udah saling cinta ya tetap aja mau bertahan.

Memang, pasti sangat sulit ya buat menjalani fase ini. Tapi kita tetap yakin bahwa hubungan yang terjalin akan tetap baik-baik saja kok. Bahkan saking yakinnya di dalam hati yang terdalam sudah terpatri akan ungkapan " Tenang, semua akan kembali seperti sedia kala" . Hem, apakah ini yang namanya ketulusan cinta?

3 dari 8 halaman

2. Terlalu Banyak Kenangan yang Telah Dilalui Bersama

Ilustrasi Pasangan © Diadona

Alasan mendasar lainnya yang menjadikan kita tetap bisa bertahan walau sudah tak ada kenyamana adalah banyaknya kenangan yang telah dilalui bersama. Kita sadar bahwa sederet kejadian bersamanya sudah melekat dalam diri hingga kemungkinan untuk dilupakan sangatlah sulit.

Oleh karenanya kita jadi malas dan merasa sangat disayangkan jika harus berpisah hanya karena perasaan tidak nyaman yang kita sendiri tidak yakin apakah ini hanyalah sekedar perasaan sesaat atau dominan hingga akhir. Intinya kita yakin bahwa dengan kenangan-kenangan itu bakal jadi harapan besar terciptanya kehangatan cinta yang dulu pernah terjadi.

4 dari 8 halaman

3. Rasa Belas Kasihan Jadi Dasar untuk Bertahan dengan Hubungan yang Tak Pasti

Dasar lainnya yang menjadikan kita tetap bersikukuh dengan tetap bertahan bisa jadi karena kita sudah mengenalnya dalam kurun waktu yang cukup lama. Hal ini tentu sangat berdampak lantaran kita sudah tahu sifat asli dia luar dan dalam.

Hingga suatu masa kita tentu tak tahan melihatnya menangis saat ada kata pisah. Rasa belas kasihan yang mendalam inlah yang menjadikan kita tetap bisa bertahan dan tidak mau saling menyakiti satu sama lain. Jangankan menyakiti, melihat dia murung saja rasanya hati udah kayak dicabik-cabik dengan sebilah pisau. Hum, dasarnya saling cinta memang begini kali yak?

5 dari 8 halaman

4. Keyakinan dalam Hati Kita Bahwa Dia Adalah Jalan Menuju Kedewasaan

Ilustrasi Pasangan © Diadona

Tak hanya sekedar itu saja Girls, bahkan kita sangatlah yakin akan jalan hidup kita bersamanya. Ya, meyakini dalam diri bahwa dialah sosok yang ideal untuk membimbing kita menuju kedewasaan yang sesungguhnya. Jika cobaan ini berhasil dilewati, kita percaya bahwa tetap menjalin hubungan adalah pilihan tepat.

Oleh karena itu, lantaran kepercayaan inilah menjadikan kita tetap mampu buat bertahan walau itu sangatlah menyakitkan. Mungkin saat ini kita masih berada dalam posisi roda di bawah, namun kita yakin pada suatu masa waktu akan berpihak kepada kita hingga membuat kita berada di atas.

6 dari 8 halaman

5. Pemikiran akan Hanya Pecundang yang Lari dari Kesulitan

Alasan lain adalah adanya tanggung jawab dan prinsip yang dipegang teguh. Kita yang tetap bersamaya memiliki pandangan hanya pecundang yang lari ketika hubungan dalam masa sulit. Bagi kita jika melakukan itu, maka sama saja kita merendahkan harga diri sendiri. Kualitas kita terletak pada prinsip yang kita pegang teguh. Maka sesulit apapun hubungan dan kondisi yang dijalani, kita tidak akan lari. Kita akan berusaha menghadapinya dengan kesetiaan, dan nanti pada saatnya akan berusaha mencari jalan keluar dari masalah yang saat ini hadir.

7 dari 8 halaman

6. Cinta Itu Sakral dan Tak Bisa Seenaknya Dipermainkan

Ilustrasi pasangan ngobrol di taman © Diadona

Setiap orang punya pandangan dan prinsip sendiri dalam memandang cinta. Nah, barangkali kita sangat yakin dan menjunjung tinggi nilai-niali dari cinta itu sendiri. Bagi kita, cinta adalah suatu hal yang suci dan tak sepatutnya dengan seenak hati dipermainkan.

Oleh karena itu, kita pun berfikir bahwa rasa ketidaknyamanan bukanlah akhir dari segalanya. Saking tingginya derajat cinta kita, hingga kita sangat kebal akan berbagai cobaan percintaan. Hal itulah yang tanpa kita sadari ternyata kita sedang dalam fase bertahan walau itu terbilang menyakitkan saat orang lain melihatnya.

8 dari 8 halaman

Jika kita membiarkan saja hubungan kita saat ini tanpa melakukan apa-apa maka kita tinggal menunggu waktu berpisah dengannya. Tapi, apakah kita benar-benar rela kehilangan dia, apakah kita ingin menyesal dikemudian hari karena kehilangan sosok terbaik?

Jika tidak ingin maka berusahalah yang terbaik untuk menjaga hubungan yang telah terjalin agar seperti sedia kala. Semangat Girls!


Beri Komentar