Plan Workout 28 Hari Mengikuti Siklus Hormon Wanita
Ilustrasi Workout Wanita | Foto: Freepik
Reporter : Abidah Ardelia
Plan workout mengikuti siklus hormon wanita membantu menyesuaikan jenis dan intensitas olahraga agar lebih efektif, nyaman, dan berkelanjutan.
Kinerja dan rasa nyaman saat berolahraga bisa naik-turun mengikuti fluktuasi hormon sepanjang siklus menstruasi.
Dengan plan workout mengikuti siklus hormon wanita, kamu tidak memaksa tubuh bekerja “seragam” setiap minggu, tapi menyelaraskan intensitas, jenis latihan, serta pemulihan dengan fase hormon, sehingga latihan terasa lebih enak, recovery lebih cepat, dan progres lebih konsisten.
Di bawah ini panduan praktis 4 fase (menstruasi, folikular, ovulasi, luteal) + contoh jadwal 28 hari, opsi latihan pengganti, serta tips nutrisi dan pemulihan. Ambil yang cocok, sesuaikan durasi/volume sesuai levelmu.
4 Fase Siklus Menstrusasi
Setiap fase dalam siklus menstruasi membawa perubahan hormonal yang memengaruhi energi, mood, hingga performa olahraga.
Karena itu, penting untuk menyesuaikan jenis latihan agar tubuh tetap selaras dengan kondisi alami.
Berikut penjelasan peta 4 fase siklus beserta rekomendasi latihan yang bisa kamu ikuti.
1. Menstruasi (Hari 1–5)
Pada fase ini, kadar hormon estrogen dan progesteron berada pada titik rendah. Kondisi ini membuat energi cenderung menurun, bahkan sebagian wanita mengalami kram atau pegal.
Latihan terbaik di fase ini adalah aktivitas low impact seperti jalan kaki santai, yoga gentle, mobilitas, pilates ringan, atau peregangan.
Durasi cukup 20–30 menit dengan intensitas ringan (RPE 3–5/10). Fokus utamanya adalah pernapasan, relaksasi, dan pemulihan aktif.
2. Folikular (Hari 6–12)
Memasuki fase folikular, kadar estrogen mulai meningkat sehingga energi dan mood terasa lebih baik. Tubuh pun lebih siap menerima beban latihan yang lebih tinggi.
Di fase ini, fokus latihan sebaiknya diarahkan pada progres beban dan peningkatan teknik. Jenis olahraga yang bisa dilakukan antara lain strength training full-body dengan progressive overload, lari atau bersepeda dengan intensitas sedang, circuit training, dan plyometric dasar.
Durasi latihan bisa diperpanjang hingga 45–60 menit dengan intensitas menengah (RPE 6–7/10).
3. Ovulasi (± Hari 13–15)
Saat fase ovulasi (sekitar hari 13–15), banyak wanita merasakan puncak energi dan power. Inilah momen yang tepat untuk latihan kualitas seperti power, kecepatan, dan performa puncak.
Pilihan olahraga yang ideal adalah HIIT berstruktur, sprint pendek, atau latihan beban fokus compound (squat, deadlift, press) dengan intensitas tinggi.
Meski begitu, perlu diingat bahwa sebagian orang merasakan sendi lebih “longgar” di fase ini, sehingga teknik harus tetap dijaga untuk mencegah cedera.
Durasi latihan cukup 30–50 menit dengan intensitas tinggi (RPE 7–9/10) diselingi pemulihan yang cukup.
4. Luteal (Hari 16–28)
Kemudian, masuk ke fase luteal (hari 16–28), kadar progesteron meningkat dan tubuh cenderung lebih cepat lelah atau terasa “puffy”.
Pada fase ini, latihan sebaiknya berfokus pada stabilitas, manajemen kelelahan, serta pengondisian aerobik ringan hingga sedang.
Olahraga yang bisa dipilih antara lain steady-state cardio seperti jalan cepat atau bersepeda 30–45 menit, yoga atau pilates low-impact, hingga strength training dengan volume moderat (kurangi set atau gerakan advance).
Teknik pernapasan menjelang tidur juga sangat bermanfaat untuk menjaga kualitas istirahat. Intensitas ideal berada di kisaran RPE 5–6/10 dengan durasi 30–45 menit.
Contoh Plan Workout 28 Hari Mengikuti Siklus Hormon Wanita
Membuat plan workout dengan menyesuaikan siklus hormon wanita membantu tubuh beradaptasi secara alami dengan perubahan energi, mood, dan performa yang terjadi tiap minggunya.
Dengan begitu, latihan jadi lebih efektif, risiko cedera berkurang, dan kamu tetap konsisten tanpa merasa terbebani. Berikut contoh jadwal 28 hari yang bisa dijadikan panduan:
Hari 1–5 (Menstruasi)
-
H1: Jalan 25′ + mobilitas pinggul 10′
-
H2: Yoga gentle 30′ (hip opener, lower back relief)
-
H3: Active rest (peregangan 15′)
-
H4: Pilates low-impact 25′ + core activation 5′
-
H5: Jalan 30′ + foam rolling 10′
Hari 6–12 (Folikular)
-
H6 (Strength A): Squat, RDL, Row, Plank – 3×8–10
-
H7 (Cardio): Lari/sepeda 35–40′ (zona 2–3)
-
H8 (Strength B): Deadlift ringan, Hip thrust, Push-up, Pallof press – 3×8–10
-
H9 (Plyo dasar): Skip/squat jump ringan + circuit BW 20–25′
-
H10 (Cardio): Interval 4×3′ sedang (1′ mudah)
-
H11 (Strength A – progres): Tambah beban 2–5% bila nyaman
-
H12: Rest aktif (jalan 20′ + peregangan 10′)
Hari 13–15 (Ovulasi)
-
H13 (HIIT): 8×30″ cepat / 90″ mudah (total 20–25′) + cooldown
-
H14 (Power strength): Squat/bench/row 4×5 (lebih berat), istirahat cukup
-
H15 (Teknik): Sprint pendek 6–8×10–15 m atau agility ladder + mobility
Hari 16–28 (Luteal)
-
H16 (Cardio steady): 35–45′
-
H17 (Strength moderat): Turunkan volume → 2–3 set, jaga teknik
-
H18: Yoga/pilates 30′
-
H19 (Cardio ringan): Jalan cepat 30′
-
H20 (Strength full-body): 2–3 set, RPE 6
-
H21: Rest aktif
-
H22 (Cardio steady): 30–40′
-
H23 (Strength kelenturan): Fokus unilateral (split squat, single-arm row)
-
H24: Mobility + foam rolling 20′
-
H25 (Cardio campuran): 10′ mudah + 10′ sedang + 5′ mudah
-
H26 (Strength ringan): Sirkuit BW 20′
-
H27: Yoga nidra / pernapasan 15′ untuk tidur
-
H28: Rest (persiapan siklus berikutnya)
FAQ Singkat
1) Apakah boleh olahraga saat haid?
Boleh, sesuaikan intensitas. Banyak yang merasa low-impact membantu nyeri & mood.
2) Wajib HIIT di ovulasi?
Tidak wajib. Intinya, manfaatkan momen energi puncak untuk kualitas latihan.
3) Apakah plan ini pasti cocok semua orang?
Tidak. Ini hanya kerangka. Dengarkan sinyal tubuh dan modifikasi durasi, beban, dan jenis geraknya.
Menjalani plan workout mengikuti siklus hormon wanita bukan berarti harus kaku mengikuti aturan tertentu, melainkan memberi ruang bagi tubuh untuk bekerja sesuai ritme alaminya.
Dengan memahami fase menstruasi, folikular, ovulasi, dan luteal, kamu bisa menyesuaikan intensitas serta jenis latihan agar hasilnya lebih optimal dan terasa nyaman.
Ingat, setiap tubuh memiliki respons yang berbeda. Jadikan panduan ini sebagai kerangka dasar, lalu dengarkan sinyal tubuhmu sendiri. Jika merasa lelah, turunkan intensitas; jika sedang berenergi, manfaatkan untuk progres.
Dengan pendekatan yang selaras dengan hormon, olahraga tidak hanya lebih efektif, tapi juga lebih berkelanjutan untuk kesehatan jangka panjang.