Tingkat Konsumsi Kalsium di Indonesia Rendah, Waspadai Risiko Osteoporosis

Reporter : Firstyo M.D.
Rabu, 21 April 2021 14:40
Tingkat Konsumsi Kalsium di Indonesia Rendah, Waspadai Risiko Osteoporosis
Kalsium jadi salah satu nutrisi penting. Berbanding terbalik, jumlah konsumsinya di Indonesia justru terbilang rendah.

Asupan kalsium jadi salah satu nutrisi penting yang harus dipenuhi, sebab perannya yang penting untuk kesehatan tulang, salah satunya untuk menghindari risiko terjadinya pengeroposan atau osteoporosis.

Menjadi nutrisi yang penting, sebuah fakta berhasil membuktikan bahwa konsumsi kalsium masyarakat Indonesia justru terbilang rendah. International Osteoporosis Foundation (IOF) mencatat konsumsi kalsium rata-rata masyarakat Indonesia berada di bawah 400 mg dalam sehari.

"Ini rendah sekali karena mestinya di atas 1000 mg. Jadi kita sebenarnya punya produk (sumber kalsium) yang berlimpah, tapi ternyata belum banyak (konsumsi kalsium), ya,” ujar Ketua Umum Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (PEROSI) dr. Bagus Putu Putra Suryana dalam diskusi daring bersama Anlene.

1 dari 2 halaman

Macam-macam Sumber Kalsium

Bagus menyebut bahwa kalsium dan vitamin D yang cukup itu sangat penting untuk kesehatan tulang. Selain itu, fosfor dan protein juga berperan penting. Menurutnya, Indonesia punya banyak sumber nutrisi tersebut.

" Sumbernya berlimpah di Indonesia, dari makanan, dari lauk, dari sayuran, buah-buahan ini kaya dengan kalsium dan vitamin D. Kita punya tahu tempe, itu tinggi sekali dengan kalsium, vitamin D dan juga fitoestrogennya, demikian juga dengan produk-produk susu,” jelasnya.

Ia pun menambahkan bahwa paparan sinar matahari di Indonesia juga sangat berlimpah. Namun, kebutuhan akan vitamin D dan kalsium ini belum tersosialisasikan dengan baik.

2 dari 2 halaman

Perlu Aktif Bergerak

Selain memperhatikan kebutuhan nutrisi, untuk menjaga kesehatan tulang dan mencegah osteoporosis, tubuh juga harus aktif bergerak, setidaknya 30 menit per hari dengan frekuensi 3 sampai 5 kali per minggu.

" Aktif bergerak itu akan memberikan rangsangan kepada tulang untuk aktif juga, sehingga aktif bergerak itu akan menyehatkan tulang,” ungkap Bagus.

Namun, hal ini perlu dilakukan tidak hanya pada lansia, tetapi juga anak-anak. Menurut Bagus, aktifitas fisik pada anak ditujukan untuk menjaga pertumbuhan tulang anak berjalan normal. Sementara, pada orang dewasa untuk menjaga kekuatan otot dan menjaga massa tulang.

Pada usia lansia, aktivitas fisik lebih ditujukan untuk menjaga keseimbangan agar tidak mudah jatuh. Namun, bagi yang memiliki penyakit penyerta, lebih baik melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan tenaga medis.

Bagus mengungkapkan, menurut hasil sebuah riset, lansia yang rajin olahraga dalam hal ini senam taichi, ternyata dapat mengurangi risiko terjatuh.

" Kalau anak-anak, orang dewasa, terpeleset sedikit bisa berdiri lagi, tapi kalau orang lansia hati-hati karena bisa menimbulkan tekanan tulang belakang dan bisa menimbulkan patah pada tulang panggul,” papar Bagus.

Pasalnya, penderita osteoporosis mudah sekali mengalami patah tulang karena terjatuh atau terpeleset. Efeknya, patah tulang dapat menimbulkan rasa nyeri, ketidakmampuan beraktivitas, perubahan bentuk, dan bahkan menyebabkan kematian pada kondisi yang berat.

 

Reporter: Abel Pramudya Nugrahadi

Sumber: Liputan6.com

Beri Komentar