© Shutterstock
Kamu mungkin punya kolega yang selalu mementingkan pekerjaan di atas segalanya. Sampai-sampai, ia sering kerja berlebihan hingga larut malam demi menyelesaikan tugas lebih cepat dari tenggat waktu.
Sekilas kebiasaan hustle culture memang bisa mendorong produktivitas pekerja. Tapi, apakah dampaknya sepadan dengan usaha yang telah dilakukan?
Melansir Cambridge Dictionary, hustle culture adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kebiasaan bekerja melebihi target yang telah menjadi gaya hidup. Orang-orang yang menerapkan budaya kerja ini percaya sekadar menyelesaikan tugas dengan baik saja belum cukup. Sukses baru bisa tercapai kalau mereka mengerahkan kemampuan yang maksimum pada pekerjaan.
Orang-orang seperti itu biasanya sangat perfeksionis dan memastikan segala pekerjaan selesai sesempurna mungkin sekalipun ini akan merenggut sebagian besar waktu istirahat mereka.
Maraknya fenomena hustle culture tidak lepas dari campur tangan teknologi, terutama setelah masa pandemi. Teknologi ini memungkinkan para pekerja berkomunikasi tentang pekerjaan kapan pun dan di mana pun tanpa harus bertatap muka.
Para pekerja diharapkan mampu meningkatkan produktivitas. Alhasil, waktu bekerja jadi lebih banyak. Kalau hustle culture dilakukan terus menerus, maka akan terjerumus ke dalam lingkaran burnout.
Hustle culture bisa membuat seseorang selalu merasa kurang atau tak cukup berusaha. Ditambah dengan adanya media sosial, kecenderungan untuk membandingkan diri dengan orang lain semakin meningkat.
Ketika seseorang membiarkan diri tenggelam dalam hustle culture, tanpa sadar ia juga kehilangan kendali atas diri sendiri. Hidup seakan bergantung pada tuntutan pekerjaan, tenggat waktu, atau keharusan untuk menyenangkan atasan dan orang lain.
Akibatnya, kamu bisa stres yang menimbulkan lelah dan melemahkan kemampuan dalam beraktivitas. Alih-alih memberikan performa yang lebih baik, berbagai tekanan itu malah menjadi bumerang yang membahayakan posisimu.
Tidak hanya mengenai kesehatan mental, hustle culture juga memengaruhi kesehatan fisik. Bekerja lembur sampai larut malam sudah sering dikaitkan dengan risiko gangguan kesehatan. Berbagai kondisi seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, penyakit infeksi, atau masalah detak jantung yang tidak teratur rentan menyerang orang-orang yang bekerja terlalu keras.
Bahkan, sudah ditemukan beberapa kasus kelelahan yang berujung kematian.
Sebelum jatuh dalam jebakan hustle culture, lakukan hal-hal berikut ini:
Semoga informasi ini bermanfaat ya!
Wanda Hamidah Tegas Lanjut Berlayar ke Gaza Meski Kapal Diserang Drone
Digugat Cerai Istri, Eza Gionino Akhirnya Buka Suara dan Bantah Isu KDRT
Resep Gorengan Gandasturi Kacang Hijau, Manis Lembut dengan Balutan Renyah
Arti Mimpi Hamil: Tafsir Menurut Islam, Psikologi, dan Primbon (Plus Cara Menyikapinya)
Steffi Zamora Umumkan Kehamilan, Buah Hati Pertama dari Nino Fernandez
Sulthon Kamil Terseret Skandal Pelecehan Seksual, Band Harum Manis Didepak Label
Kimberly Ryder Buka Suara Soal Kekasih Barunya: Sudah Kenalkan ke Anak-anak
Sarwendah dan Giorgio Antonio Makin Lengket, Restu Onyo Jadi Sorotan
Nana Mirdad Curhat Soal Banjir Bali: Tembok Rumah Jebol, Makam Kodi Hanyut
Elegan dan Berani, Dian Sastro Tampil di TIFF 2025 dengan Sentuhan Pin One Piece