© Shutterstock
Bayi menyimpang banyak sekali misteri. Sebagai ibu baru, mungkin banyak hal yang masih nggak kita pahami tentang buah hati kita saat pertama kali mereka datang ke dunia.
Apakah ikatan antara ibu dan bayi setelah lahir itu memang ada? Atau apakah bayi memang benar-benar bisa merasakan emosi?
Dilansir dari Mom.com, gagasan tentang emosi bayi adalah hal yang rumit. Namun sebenarnya kita bisa mempelajari bagaimana mengetahui apa yang bayi kita coba katakan pada kita dan apa arti emosi bayi.
ilustrasi ibu dan bayi © aleteia.org
Biasanya senyuman dan rengekan bayi adalah hasil dari aktivitas neurologis. Bayi kita nggak akan merasakan emosi seperti orang dewasa, melainkan sebagai akibat dari rangsangan eksternal.
Seorang bayi akan melihat wajah dan senyum yang familiar. Mereka mungkin menangis atau marah karena sesuatu yang terjadi pada mereka seperti lapar atau popok basah.
Ilustrasi Ibu dan Bayi © https://www.shutterstock.com/g/takajapanese
Seorang bayi akan bereaksi terhadap perhatian yang diterimanya, dengan senyuman atau tawa. Namun, kemampuan untuk mengalami emosi yang sebenarnya sebagai orang dewasa berakar pada perkembangan fisik dan kognitif. Bayi belum memiliki pengalaman hidup yang dibutuhkan untuk merasakan emosi.
Jika kita pernah bertanya-tanya apakah bayi bisa merasakan emosi kita atau enggak, kita mungkin terkejut mengetahui bahwa bayi ternyata memang bisa. Menurut sebuah penelitian di University of Cambridge, gelombang otak ibu dan bayi cenderung sinkron.
Ilustrasi Ibu dan Bayi © https://nurtureparenting.com.au
dr. Vicky Leong, dari Departemen Psikologi Universitas Cambridge, memimpin penelitian yang menemukan hubungan tersebut. Dia mengungkapkan koneksi saraf antara ibu dan bayi cenderung kuat. Selain itu, bayi lebih reseptif dan siap untuk belajar dari ibu mereka.
" Pada tahap kehidupan ini, otak bayi memiliki kemampuan untuk berubah secara signifikan, dan perubahan ini didorong oleh pengalaman bayi. Dengan menggunakan nada emosi positif selama interaksi sosial, orang tua dapat terhubung lebih baik dengan bayi mereka, dan merangsang perkembangan kapasitas mental bayi mereka," lanjut Leong.
Selanjutnya, menurut penelitian yang dilakukan oleh Attachment Parenting International (API), bayi yang melekat atau menangis adalah teknik yang mendarah daging sejak awal untuk menjaga pengasuh mereka tetap di dekatnya. Saat anak tumbuh dan merasa lebih aman dalam hubungannya dengan ibunya, dia lebih mampu menjelajahi dunia di sekitarnya dan mengembangkan ikatan yang kuat dan sehat dengan orang-orang penting lainnya dalam hidupnya.
Semoga informasi ini bisa menjawab rasa penasaran kamu ya!
Punya Kulit Berstekstur? Ini 7 Tips Makeup Flawless Agar Pori-Pori Tertutup!
Bikin Kagum, Mahasiswa ITB ini Lulus Cumlaude Berkat Ciptakan Gitar Rotan Sendiri
Sarah Menzel Rayakan Wisuda di Inggris, Tampil Anggun dengan Kebaya Putih
8 Ide Tebak-Tebakan Seru untuk Menguatkan Bonding Keluarga
Sosok Rama Duwaji, Seniman Gen Z Beragama Islam yang Jadi Calon First Lady New York

Sosok Rama Duwaji, Seniman Gen Z Beragama Islam yang Jadi Calon First Lady New York

Lisa BLACKPINK Curi Perhatian Jadi Penari Emas Jibaro saat Halloween


Dita Karang Bikin Kejutan, Tampil Menawan di Jakarta Fashion Week 2026

Profil Maria Selena, Mantan Puteri Indonesia dan Atlet Basket yang Jadi Peserta Physical: Asia