Dian Sastro Curi Perhatian di Opening Ceremony BIFF 2025, Mewakili Indonesia Lewat Film Esok Tanpa Ibu

Reporter : Abidah Ardelia
Kamis, 18 September 2025 05:00
Dian Sastro Curi Perhatian di Opening Ceremony BIFF 2025, Mewakili Indonesia Lewat Film Esok Tanpa Ibu
Dian Sastrowardoyo tampil memukau di BIFF 2025, membawa gaun ikonis sekaligus film Esok Tanpa Ibu yang ia bintangi dan produseri.

Dian Sastrowardoyo kembali mencuri perhatian publik internasional lewat penampilannya di Opening Ceremony Busan International Film Festival (BIFF) 2025 pada Rabu (17/9/2025).

Kali ini, ia hadir bukan hanya sebagai aktris, tapi juga produser film Esok Tanpa Ibu (Mothernet), yang terpilih untuk berkompetisi di program Vision.

Tampil Memukau di Karpet Merah

Opening ceremony BIFF 2025 menjadi panggung tersendiri bagi Dian. Ia melangkah di karpet merah dengan gaun one-shoulder haute couture bernuansa coral-cream, dihiasi garis diagonal yang memberi kesan jenjang dan anggun. Potongan drapery di pinggul mengalir mulus hingga membentuk ekor dramatis dengan lining warna olive metalik di bagian dalam.

Gaun ini benar-benar memberi efek sinematik saat Dian bergerak, ditambah sentuhan rambut bergelombang klasik dan riasan wajah yang simpel namun elegan. Hasilnya, penampilan Dian langsung jadi bahan pembicaraan media dan penonton.

Caption singkat itu menandai kehadirannya di salah satu malam penting dalam perjalanan filmnya.

1 dari 4 halaman

Mewakili Indonesia Lewat Film Esok Tanpa Ibu

Namun pesona Dian di BIFF bukan sekadar urusan busana. Ia hadir membawa film Esok Tanpa Ibu (Mothernet), proyek yang ia bintangi sekaligus produseri. Film ini juga menampilkan Ringgo Agus Rahman dan aktor muda Ali Fikry.

Cerita filmnya sendiri mengisahkan Rama (Ali Fikry), seorang remaja keras kepala yang hanya percaya pada sang ibu. Ketika tragedi datang dan ibunya tiada, Rama harus berjuang menghadapi hidup seorang diri.

Kehidupan remajanya yang rapuh kemudian “ ditemani” oleh I-BU, sebuah program kecerdasan buatan yang menghadirkan sosok penuh kasih layaknya sang ibu.

Film ini berbicara soal cinta, kehilangan, dan perjalanan menerima duka, yang diramu dengan sentuhan emosional khas sutradara Malaysia Ho Wi-ding. Naskahnya ditulis oleh Gina S. Noer, Diva Apresya, dan Melarissa Sjarief—sebuah kolaborasi lintas negara Asia yang menyoroti hubungan anak dan orangtua di era modern.

Dalam teaser versi BIFF yang dirilis pertengahan September, penonton disuguhi lapisan emosi Rama, mulai dari bahagia, patah, hingga mencari pelarian.

Semua itu makin kuat dengan kehadiran lagu OST “ Raih Tanahmu” dari Hara dan Nosstress. Produser Shanty Harmayn bahkan menyebut film ini mengajak penonton membayangkan, “ bagaimana jika esok hadir tanpa ibu di sisi kita?”

2 dari 4 halaman

Double Duty dengan The Fox King

Bukan hanya Esok Tanpa Ibu, kehadiran Dian Sastrowardoyo di Busan International Film Festival 2025 juga disertai proyek lain bertajuk The Fox King. Film ini menambah daftar panjang karya yang membawanya bolak-balik ke Busan, setelah sebelumnya ia hadir lewat Gadis Kretek.

Kehadiran ganda ini sekaligus menunjukkan kapasitasnya, bukan hanya sebagai aktris papan atas, tapi juga figur penting di balik layar.

Dengan dua film sekaligus yang mendapat sorotan di festival besar Asia, Dian kembali membuktikan dirinya sebagai salah satu wajah utama perfilman Indonesia di panggung internasional.

3 dari 4 halaman

Pertemuan Dua “ Cinta”

Selain urusan film, ada momen manis lain yang menyita perhatian publik. Dian sempat bertemu dengan Leya Princy, aktris muda yang memerankan karakter ikonis Cinta dalam versi terbaru Ada Apa dengan Cinta?

Pertemuan lintas generasi ini langsung jadi perbincangan warganet. Foto-foto kebersamaan mereka di Busan membuat banyak orang bernostalgia, sekaligus terkesan melihat keduanya tampil akrab dan kompak.

Netizen pun menyebut momen ini sebagai “ Cinta bertemu Cinta”, simbol estafet peran yang melekat kuat dalam ingatan penonton Indonesia.

4 dari 4 halaman

Dari red carpet yang penuh pesona hingga karya film yang sarat makna, kehadiran Dian Sastrowardoyo di BIFF 2025 menegaskan posisinya sebagai ikon perempuan inspiratif Indonesia, bukan hanya karena kecantikannya, tetapi juga karena komitmennya menghadirkan cerita yang menyentuh dan relevan bagi penonton Asia maupun dunia.

Beri Komentar