© 2022 Freepik.com/gpointstudio
Belakangan ini sosial media tengah ramai membicarakan tentang "sleepover date". Sebuah tren dalam berkencan dengan pasangan yang menjadi kebiasaan anak muda.
Sayangnya, dibalik nama manis ini, "sleepover date" cukup berbahaya untuk diterapkan atau dijadikan ajang tren pemuda. Sebab tren ini bisa dikatakan sistem kencan yang dilakukan pasangan muda dalam konteks berpacaran sembari menginap di rumah kekasihnya.
Tren ini dikatakan juga sebagai kebiasaan baru yang dibicarakan akhir-akhir ini, di mana sepasang kekasih menikmati liburan bersama hanya dalam waktu semalam.
Dilansir dari berbagai sumber, " sleepover date" dinilai berbahaya bagi para pemuda. Bahkan, ada yang menyebut tipe kencan tersebut tak beda jauh dengan Friend With Benefit (FWB).
Ilustrasi pasangan © 2022 freepik.com/ArthurHidden
Banyak psikolog menyebutkan, " sleepover date" tak ubahnya istilah penajaman dari perilaku FWB, Hubungan Tanpas Status (HTS), atau Teman Tapi Mesra (TTM). Istilahnya seakan manis, tapi perilakunya bukan sesuatu yang bisa dibenarkan dalam sebuah hubungan.
" Sleepover date" dan istilah yang menyamainya tersebut memiliki tujuan yang mirip. Di mana pasangan muda ini melakukan kencan yang mengarah kepada keintiman.
Hanya saja, istilah ini tergolong masih baru di telinga pemuda. FWB saja sudah mendapatkan cap buruk dalam hubungan asmara.
Sebab, FWB seakan hanya menginginkan jalinan hubungan asmara tanpa komitmen yang jelas. Mereka yang melakukannya juga hanya berfokus pada orientasi kepuasan seksual semata.
Bahkan perilaku FWB dimungkinkan memunculkan risiko tertular penyakit, termasuk HIV/AIDS.
Ilustrasi pasangan © 2022 freepik.com/ArthurHidden
Sementara, kemunculan " sleepoverdate" ini seakan membawa kesan positif. Hal ini, disinyalir dari kata-katanya yang lebih manis.
Padahal, risikonya kurang lebih sama dengan pasangan yang menjalani FWB. Jika tren ini terlalu berkembang di kalangan pemuda, dikhawatirkan " sleepover date" menjadi sesuatu yang dinormalisasi.
Belum lagi, kondisi mental dan psikis kalangan pemuda yang labil. Apabila hanya mengikuti tren semata tanpa tahu risikonya, bisa jadi akan berbahaya bagi yang melakukan.
Misal saja kondisi yang sebenarnya belum siap melakukan hal-hal berbau seksual, tapi karena tren menjadi nekat. Tak lama, bisa saja pasangan akan meninggalkan begitu saja dan akan berdampak kepada salah satu pihak yang merasa dirugikan.
Nah, itulah penjelasan mengenai " sleepover date'. Sebaiknya, bagi kalian pemuda yang tengah menjalin hubungan asmara tetap berpangku pada hal-hal yang normal saja ya. Jangan asal ikutan trend!
Adi Utarini: Ilmuwan Perempuan Indonesia yang Membuat Dengue Tak Lagi Menakutkan
Shahnaz Indira, Model Curvy Indonesia yang Mendunia Lewat London dan New York Fashion Week
Perjalanan Laras Sekar, Model Asal Balikpapan yang Menembus Panggung Mode Dunia
Hannah Einbinder Menang Emmy 2025, Serukan Free Palestine di Atas Panggung
Berbekal LPDP, Namira Adjani Resmi Raih Gelar Magister Hukum dari UCL
Janice Tjen Jadi Runner Up Sao Paulo Open 2025, Harapan Baru Tenis Indonesia
Ultah MOP Sepi Sosok CFO, Tasya Farasya Gugat Cerai Ahmad Assegaf?
Rumah Dijarah Ludes, Eko Patrio Terpaksa Ngontrak di Pinggiran Jakarta
Sulthon Kamil Terseret Skandal Pelecehan Seksual, Band Harum Manis Didepak Label
Kimberly Ryder Buka Suara Soal Kekasih Barunya: Sudah Kenalkan ke Anak-anak