Kemenkes Umumkan Kasus Sifilis di Indonesia Meningkat Hingga 70%

Reporter : Anif Fathul Amin
Kamis, 11 Mei 2023 14:42
Kemenkes Umumkan Kasus Sifilis di Indonesia Meningkat Hingga 70%
Pada tahun 2022, jumlahnya telah mencapai 20.783 kasus.

Menurut Kementerian Kesehatan, terdapat peningkatan kasus penyakit sifilis sebesar 70 persen dalam lima tahun terakhir. Pada tahun 2018, tercatat 12.484 orang yang terdiagnosis sifilis. Jumlah tersebut diperkirakan terus meningkat, dan pada tahun 2022, jumlahnya telah mencapai 20.783 kasus.

"Jadi pasien yang ditemukan setiap tahunnya terus bertambah, sampai sekarang mengalami lonjakan hingga 70 persen," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril dalam konferensi pers yang digelar Kemenkes secara daring, Senin (8/5) dikutip dari laman CNN.

1 dari 4 halaman

Di Indonesia, sifilis dikenal sebagai penyakit raja singa dan tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Gejala sifilis biasanya termasuk gatal dan luka di daerah kelamin, yang disebabkan oleh bakteri treponema pallidum dan biasanya terjadi akibat perilaku seksual seperti hubungan seks oral dan anal.

2 dari 4 halaman

Menurut Syahril, anak-anak bisa terinfeksi sifilis dari orang tua mereka. Penularan dapat terjadi dari ibu kepada bayi selama kehamilan dan persalinan. Kondisi ini dapat mengancam hak anak untuk hidup sehat, bahkan beberapa bayi terinfeksi sifilis sejak dalam kandungan dan meninggal dunia ketika lahir.

" Perilaku seks orang tua yang berisiko, baik anal maupun oral ini sangat mencederai hak anak. Bukan cuma kematian, sifilis juga bisa menyebabkan anak cacat," katanya.

3 dari 4 halaman

Berdasarkan data yang diberikan oleh Kementerian Kesehatan, persentase bayi yang mengalami keguguran atau lahir mati akibat sifilis berkisar antara 69 hingga 80 persen.

" Jadi risikonya tinggi, makanya harus ditangani," kata dia. 

Syahril juga mengungkapkan keprihatinannya tentang rendahnya persentase ibu yang menjalani pengobatan setelah mengetahui bahwa mereka terinfeksi sifilis, yaitu hanya sekitar 40 persen.

4 dari 4 halaman

Hal ini meningkatkan risiko penularan penyakit tersebut ke anak mereka, karena sisanya tidak menjalani pengobatan. Menurut Syahril, rendahnya persentase ini kemungkinan besar disebabkan oleh stigma yang masih ada di masyarakat terkait sifilis. Stigma ini menyebabkan orang yang terinfeksi merasa malu dan enggan untuk mengobati penyakitnya.

" Terbukti, setiap tahun itu misal ada lima juta kehamilan, hanya 25 persen yang skrining. Yang menjalani pengobatan lebih kecil lagi," kata dia.

Beri Komentar