© Freepik.com
Punya anak merupakan harapan terbesar bagi banyak pasangan yang telah menikah. Melahirkan jiwa baru dan merawat mereka hingga dewasa menjadi sebuah petualangan tersendiri bagi setiap orang tua.
Memberikan nama terbaik untuk buah hati adalah salah satu hal yang harus dilakukan oleh orang tua. Banyak yang bilang nama anak adalah doa dan harapan yang ingin disampaikan orang tua pada anaknya. Makanya nggak jarang orang tua dibuat agak pusing untuk memilih nama yang bagus untuk anak mereka.
Sementara beberapa orang tua mungkin masih berpikir bahwa nama bukan sesuatu yang terlalu penting. Pada akhirnya mereka memilih untuk menggunakan nama-nama umum yang ada di masyarakat.
Tapi kalau kita coba pikirkan, kira-kira penting nggak sih namain anak pakai nama yang nggak pasaran?
Ilustrasi anak-anak gembira © camilleledesma
Beberapa tren nama anak biasanya muncul karena produk dunia hiburan seperti film dan sinetron. Dilansir dari Practicalparenting, penelitian baru menunjukkan bahwa tren menciptakan nama untuk anak dimulai dengan selebriti. Pada dasarnya kita memang suka menjadi sedramatis dan sekreatif mungkin.
Banyak orang tua yang menggunakan nama artis untuk anak mereka dengan harapan sang anak bisa seperti artis yang dia lihat di media. Atau orang tua bisa juga menggunakan nama-nama yang memang sudah banyak digunakan oleh orang lain. Kadang harus diakui bahkan kita nggak tahu arti sebenarnya dari nama itu dan hanya mengikuti tren yang ada saja.
Yang jelas, sebenarnya apa pun nama yang diberikan pada anak, mereka tetaplah istimewa. Memiliki nama yang unik dan nggak pasaran memang sangat mengesankan, tapi itu nggak akan mengubah kenyataan bahwa mereka adalah buah hati kita yang berharga.
Kekurangan dari memiliki nama yang sama dengan kebanyakan orang biasanya akan mulai dirasakan oleh anak saat mereka mulai bersekolah. Dia mungkin akan kebingungan saat namanya dipanggil dan menyadari nggak hanya dirinya yang memiliki nama itu.
Ilustrasi Ibu dan Anak © 2020 https://www.CharismaMagazine.com
Ngomongin soal nama unik, beberapa orang tua bahkan mengakui adanya persaingan di antara mereka dan teman-temannya untuk memberikan nama yang lebih unik dan bagus pada anak mereka. Mungkin hal ini kedengaran konyol tapi itu memang sangat mungkin terjadi.
Namun seorang ibu bernama Frances Sheen membagikan tips memilih nama anak. Saat membicarakan nama bayinya dengan sang suami, Frances setuju bahwa nama anak-anak nggak perlu punya ejaan yang sulit dan membutuhkan penjelasan.
Frances dan sang suami menetapkan beberapa aturan dasar sebelum memutuskan nama untuk anak mereka. Pertama, dia nggak ingin anaknya dipaksa mengeja namanya tiga kali setiap bertemu dengan orang lain. Kedua, dia ingin sang anak merasa bangga dengan namanya sendiri. Ketiga, Frances berharap nama itu nggak akan membuat sang anak merasa malu dan jadi bahan tertawaan. Yang lebih parah, dia nggak mau orang lain mempertanyakan kewarasannya saat memberikan nama pada sang anak.
Jadi, apakah memberikan nama yang pasaran pada anak menunjukkan bahwa orangtuanya membosankan dan nggak kreatif? Atau justru anak-anak dengan nama yang pasaran akan cenderung diabaikan dan nggak bisa menonjol?
Ilustrasi Keluarga Berpelukan © shutterstock.com/g/unguryanu
Tentu hal itu nggak benar. Perlu kita pahami bahwa kreativitas, kepribadian, dan bakat pada anak adalah hal yang akan membuat mereka bersinar dalam hidup. Nama mereka nggak akan mempengaruhi hal itu.
Kembali lagi, setiap orang tua punya hak untuk memberi nama anak mereka sesuai dengan keinginan. Entah itu yang pasaran hingga yang paling unik sekalipun. Semua kembali lagi pada keputusan orang tua untuk memilih.
Semoga informasi ini bisa membantu kamu ya!
Adi Utarini: Ilmuwan Perempuan Indonesia yang Membuat Dengue Tak Lagi Menakutkan
Shahnaz Indira, Model Curvy Indonesia yang Mendunia Lewat London dan New York Fashion Week
Perjalanan Laras Sekar, Model Asal Balikpapan yang Menembus Panggung Mode Dunia
Hannah Einbinder Menang Emmy 2025, Serukan Free Palestine di Atas Panggung
Berbekal LPDP, Namira Adjani Resmi Raih Gelar Magister Hukum dari UCL