Demi Cinta, Putri Mako Rela Lepas Gelar Bangsawan, Begini Kisah Asmaranya

Reporter : Hevy Zil Umami
Rabu, 2 Desember 2020 17:08
Demi Cinta, Putri Mako Rela Lepas Gelar Bangsawan, Begini Kisah Asmaranya
Putra Mahkota Jepang Fumihito mengatakan dia "menyetujui" rencana putrinya yang sudah lama tertunda untuk menikahi pacarnya, menurut berbagai laporan media.

Putri Mako awalnya akan menikah dengan Kei Komuro, orang biasa yang tidak memiliki gelar kebangsawanan, pada tahun 2018, setahun setelah mereka bertunangan.

Dalam pernyataannya pada November ini, Putri Mako menyatakan akan melanjutkan pernikahan yang semula dijadwalkan pada 2018 namun mundur menyusul kabar perselisihan finansial antara ibu Komuro dan mantan tunangannya.

Namun, pihak istana membantah penundaan itu terkait kabar masalah keuangan ibu Komuro.

1 dari 5 halaman

Tangani Masalah Keuangan

Putri Mako dan Calon Suami © Diadona

Tetapi putra mahkota Fumihito mengulangi bahwa masalah keuangan harus ditangani terlebih dahulu, menurut kantor berita Kyodo.

" Agar banyak orang yakin dan dapat merayakan (pernikahan), saya katakan bahwa masalah ini penting untuk ditangani," kata putra mahkota, adik Kaisar Naruhito, pewaris takhta pertama kekaisaran.

" Menurut saya, banyak orang yang belum yakin dan bahagia (tentang pernikahan mereka)," kata Putra Mahkota Fumihito yang juga dikenal sebagai Putra Mahkota Akishino.

2 dari 5 halaman

Putri Mako dari Jepang menunda pernikahannya dengan seorang awam

Putri Mako dan Calon Suami © Diadona

Demi cinta, Putri Mako dari Jepang menyerahkan status kerajaannya. Putri Mako dari Jepang, melakukan sejumlah ritual sebelum menikah dengan 'Pangeran Laut' dan menjadi orang awam. Komuro yang saat ini sedang menempuh studi hukum lanjutan di Frodham University, New York, menurut Kyodo, mengatakan tahun lalu keluarganya tidak mengalami masalah keuangan.

Dia mengatakan, masalah hutang kepada mantan tunangan ibunya telah diselesaikan. Namun mantan tunangan ibunya malah mengatakan bahwa masalah utangnya belum selesai.

3 dari 5 halaman

Pasangan itu menunda pernikahan yang semula direncanakan pada 2018

Putri Mako dan Calon Suami © Diadona

Tidak jelas kapan pasangan yang sama-sama berusia 29 tahun itu akan menikah. Putri Mako, putri tertua Pangeran Fumihito dan Putri Kiko, akan dilucuti dari gelar kerajaannya begitu dia menikahi Komuro. Pernikahan yang sempat tertunda dua tahun itu sudah mendapat izin.

" Konstitusi menyatakan bahwa pernikahan harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Jika itu yang mereka inginkan, saya pikir itulah yang harus saya hormati sebagai orang tua," kata Putra Mahkota Fumihito, menurut kantor berita Kyodo Jepang.

Pangeran Akishino terdengar kurang antusias dengan pilihan suami putrinya. Mengapa? Masalah ini rumit dan membingungkan.

4 dari 5 halaman

Tak Punya Pilihan Lain

Putri Mako dan Calon Suami © Diadona

Sebelum Perang Dunia II, anggota kekaisaran Jepang akan mengatur perkawinan dengan kerabat jauh atau dengan putra atau putri dari keluarga bangsawan. Tetapi konstitusi Jepang pasca perang melihat banyak kelompok aristokrat dan cabang-cabang kecil keluarga kerajaan dibubarkan. Akibatnya, yang tertinggal adalah keluarga inti kekaisaran.

Saat ini, putri muda Jepang tidak punya pilihan lain selain menikahi orang biasa. Putri Mako telah memutuskan untuk menikahi pacar kuliahnya, Kei Komuro. Pemuda ini tidak kaya ataupun memiliki jaringan yang baik. Ibu Komuro dilaporkan meminjam uang dari tunangannya saat itu untuk membiayai pendidikan putranya. Apakah uang itu hadiah atau pinjaman? Komuro mengatakan pinjaman itu adalah hadiah, tetapi mantan tunangan ibunya mengatakan itu adalah uang hutang.

5 dari 5 halaman

Kehilangan Bantuan Keuangan

Putri Mako dan Calon Suami © Diadona

Terlepas dari itu, Putra Mahkota Fumihito tidak terlalu senang dengan cara calon menantunya menangani perselisihan keuangan. Jika Putri Mako menikahi Komuro, sang putri akan kehilangan gelar kerajaan dan semua bantuan keuangannya. Dia akan menjadi orang biasa. Dan inilah penjelasan yang lebih membosankan. Seorang teman yang telah mengamati kehidupan di Jepang selama lebih dari 25 tahun, mengatakan alasannya terkait pekerjaan.

“ Alasannya sama dengan yang dialami oleh anak muda Jepang lainnya yang sulit menikah,” ujarnya.

" Dia tidak memiliki pekerjaan yang layak dengan jaminan pekerjaan seumur hidup. Dua puluh tahun lalu, 80% pria Jepang memiliki pekerjaan yang bisa disebut jaminan seumur hidup. Sekarang, di bawah 50%. Apa yang disebut mimpi Jepang, menjadi sulit saat ini. bagi banyak pemuda Jepang." Imbuhnya.

Beri Komentar