© Pinchofattitude.com
Kamu pernah nggak merasa ragu atau takut-takut saat melakukan sesuatu? Sudah membayangkan kalau akan gagal dan terlihat konyol padahal dikerjakan aja belum?
Itu adalah bentuk perasaan insecure di mana kamu meragukan kemampuan dirimu sendiri. Nggak percaya pada diri sendiri.
Perasaan yang aneh memang. Kenapa sih kok perasaan seperti itu bisa muncul? Di bawah ini adalah tiga penyebab umum perasaan insecure dan bagaimana cara mengatasinya.
Kegagalan atau penolakan yang pernah kamu alami sedikit banyak pasti akan terbawa dalam langkahmu selanjutnya.
Misal, kamu pernah mengalami kegagalan saat melamar pekerjaan padahal sudah sampai di tahap akhir. Waktu kamu mencapai tahap yang sama di kesempatan berikutnya, pasti akan timbul perasaan takut akan terulangnya kegagalan tersebut.
Kecemasan sosial atau social anxiety biasanya timbul pada seseorang yang kurang terbiasa melakukan interaksi sosial. Ketika akhirnya dia terjun ke dalam lingkup yang menuntutnya untuk bisa bersosialisasi dengan maksimal, akan timbul kecemasan terkait hal tersebut.
Seseorang yang perfeksionis ingin segalanya terlihat sempurna. Sisi positifnya, ia nggak akan pernah mengerjakan sesuatu dengan setengah-setengah.
Namun sisi negatifnya, sering kali para perfeksionis ini nggak tau kapan waktunya untuk merasa cukup dan berhenti. Segala yang dikerjakan selalu terasa kurang, kurang, dan kurang. Selain itu, beberapa dari mereka juga akan menjadi kebal kritik karena merasa segala pekerjaannya sudah sempurna.
Tiga hal di atas adalah penyebab umum yang menimbulkan perasaan insecure.
Insecure akan kegagalan, insecure akan kemampuan interaksi sosial, dan insecure akan kesempurnaan dari sesuatu yang dikerjakan.
Benang merahnya, penyebab insecure di atas akan muncul ketika kita terlalu fokus pada faktor eksternal. Faktor eksternal adalah faktor yang berada di luar diri kita yang berada di luar kendali. Ketika kita merasa nggak punya kendali, maka kita cenderung pasrah dan cuma bisa merasa insecure.
Untuk mengatasi hal tersebut, kita bisa sedikit mengubah pola pandang dengan lebih memfokuskan pada diri sendiri, faktor internal yang bisa kita kontrol.
Misal, dalam menghadapi kegagalan, ketimbang fokus pada penilaian yang membuat kita gagal, lebih baik fokus untuk memperbaiki kekurangan dan mengembangkan kelebihan diri.
Begitu juga dalam hal kecemasan sosial. Ketimbang terlalu fokus pada bagaimana penerimaan orang lain terhadap kita dalam interaksi, lebih baik fokus untuk bisa menyajikan interaksi yang sebaik mungkin menurut versi dirimu.
Sementara dalam hal kesempurnaan, fokus lah pada apa yang kamu kerjakan. Dengan demikian kamu akan lebih lunak dalam penerimaan kritik.
Dengan demikian, kamu akan bisa lebih ringan dalam menjalankan banyak hal tanpa harus diliputi banyak perasaan insecure. Memang perlu lebih banyak pembiasaan untuk melakukannya. Susah, tapi pasti bisa.
Semoga beruntung!
Adi Utarini: Ilmuwan Perempuan Indonesia yang Membuat Dengue Tak Lagi Menakutkan
Shahnaz Indira, Model Curvy Indonesia yang Mendunia Lewat London dan New York Fashion Week
Perjalanan Laras Sekar, Model Asal Balikpapan yang Menembus Panggung Mode Dunia
Hannah Einbinder Menang Emmy 2025, Serukan Free Palestine di Atas Panggung
Berbekal LPDP, Namira Adjani Resmi Raih Gelar Magister Hukum dari UCL
Janice Tjen Jadi Runner Up Sao Paulo Open 2025, Harapan Baru Tenis Indonesia
Ultah MOP Sepi Sosok CFO, Tasya Farasya Gugat Cerai Ahmad Assegaf?
Rumah Dijarah Ludes, Eko Patrio Terpaksa Ngontrak di Pinggiran Jakarta
Sulthon Kamil Terseret Skandal Pelecehan Seksual, Band Harum Manis Didepak Label
Kimberly Ryder Buka Suara Soal Kekasih Barunya: Sudah Kenalkan ke Anak-anak