Mengenal Penyakit Skizofrenia Paranoid

Reporter : Dhewi Bayu Larasati
Senin, 13 April 2020 14:38
Mengenal Penyakit Skizofrenia Paranoid
Kalau ada temanmu yang kamu pikir halu, coba dicek lagi, siapa tahu dia menderita penyakit skizofernia ini..


Penyakit Skizofrenia adalah gangguan mental kronis dan parah, dengan jumlah penderita mencapai 20 juta orang di seluruh dunia. Penyakit ini ditandai dengan distorsi dalam berpikir, persepsi, emosi, bahasa, rasa diri dan perilaku.

Mereka yang mengidap penyakit skizofrenia ini sering berhalusinasi, seperti ngerasa mendengar suara-suara atau melihat hal-hal yang padahal nggak ada, atau merasa delusi, yakni punya keyakinan terhadap sesuatu padahal hal tersebut salah.

Di seluruh dunia, penyakit skizofrenia dikaitkan dengan kecacatan yang cukup besar dan dapat memengaruhi kinerja dalam pendidikan dan pekerjaan. Sedihnya, orang yang menginap penyakit skizofrenia 2-3 kali lebih mungkin meninggal lebih cepat dibanding yang lainnya.

Kenapa?

Ini dikaitkan dengan penyakit fisik yang sebenernya bisa dicegah, seperti penyakit kardiovaskular, penyakit metabolisme dan infeksi.

Penderita penyakit skizofrenia sering mengalami stigma, diskriminasi dan pelanggaran hak asasi.

 

1 dari 3 halaman

Apa Itu Penyakit Skizofrenia?

Penyakit skizofrenia adalah kelainan otak kronis, dengan tingkat prevalansi di Indonesia mencapai 6.7 juta per 1000 rumah tangga pada 2018 lalu. Artinya, dari 1000 rumah tangga terdapat 6.7 rumah tangga yang salahs atu anggotanya mengindap penyakit ini.

Dari daboks.katadata.co.id menyebut, jumlah prevalensi yang tertinggi ada di Bali dan DI Yogyakarta.

Saat penyakit skizofrenia ini sedang aktif, maka penderitanya bisa mengalami delusi, halusinasi, kesulitan berpikir dan konsentrasi, dan kurangnya motivasi. Namun, dengan pengobatan, sebagian besar gejala penyakit skizofrenia akan sangat membaik.

Kompleksitas penyakit skizofrenia dapat membantu menjelaskan mengapa ada kesalahpahaman tentang penyakit ini. Skizofrenia nggak berarti kepribadian ganda. Kebanyakan orang dengan skizofrenia juga nggak berbahaya atau kejam.

Mereka juga bukan tunawisma atau tinggal di rumah sakit. Kebanyakan orang dengan skizofrenia tinggal bersama keluarga, di rumah kelompok atau sendiri.

Penyakit skizofrenia melibatkan sejumla masalah pemikiran (kognisi), perilaku dan emosi. Tanda dan gejala dapat bervariasi, tetapi penderita biasanya mengalami delusi, halusinasi atau ucapan yang nggak teratur, dan mencerminkan adanya gangguan kemampuan.

Delusi

Dimana penderita skizofrenia ini mempunyai keyakinan yang keliru dan nggak berdasarkan pada kenyatakan. Misalnya, dia berpikir bahwa dia dirugikan atau dilecehkan, atau merasa ada gerakan atau ucapan tertentu yang diarahkan ke yang bersangkutan.

Penderita penyakit skizofrenia ini juga bisa aja merasa kalau dia ini terkenal banget, banyak orang yang jatuh cinta padanya, atau merasa kalau ada bencana besar yang sedang terjadi. Delusi terjadi merupakan gejala penyakit skizofernia yang umum terjadi.

Halusinasi

Berupa perasaan melihat atau mendengar hal-hal yang sebenernya nggak ada. Orang dengan penyakit skizofernia ini punya kemampuan penuh dan dampak dari pengalaman normal. Halusinasi ini bisa aja muncul dalam bentuk apapun, tapi yang sering yakni mendengar suara-suara.

Ketidak Teraturan dalam Berpikir atau Berbicara

Pemikiran yang tidak teratur disimpulkan dari ucapan yang tidak teratur. Penderita mungkin nggak bisa berkomunikasi secara efektif, atau kadang menjawab pertanyaan dengan nggak nyambung.

Perilaku Motorik yang Abnormal

Gejala penyakit skizofernia ini biasanya muncul dengan berbagai cara, misalnya kekonyolan yang kekanak-kanakan hingga agitasi yang nggak terduga.

Gejala Lainnya

Mengacu pada gejala penyakit skizofernia yaitu berkurangnya kemampuan untuk berfungsi secara normla. Misalnya. mengabaikan kebersihan pribadi atau tampak ngak ada emosi.

Gejala dapat bervariasi dalam jenis dan tingkat keparahan dari waktu ke waktu. Bisa juga semakin memburuk atau semakin membaik. Namun ada juga kondisi di mana gejala penyakit skizofernia ini selalu ada.

2 dari 3 halaman

Penyakit Psikologis Skizofrenia

mental illness © Diadona

Penyakit skizofernia merupakan penyakit gangguan mental. Penyakit ini paling sering menyerang antara usia 16 dan 30. Tapi pada laki-laki, waktu penunjukkan gejala lebih muda dibanding perempuan.

Dan dalam kebanyakan kasus, penyakit skizofernia ini berkembang dengan lambat sehingga banyak orang yang nggak merasa bahwa dia udah mengalaminya selama bertahun-tahun.

Lalu, apakah penyebab penyakit skizofernia?

Para ahli percaya beberapa faktor umumnya terlibat dalam berkontribusi terhadap timbulnya skizofrenia. Apa aja?

Keturunan

Kalau ada riwayat penyakit skizofernia pada keluarga, kemungkinan risiko untuk mengidapnya naik dari 1 persen menjadi 10 persen.

Ketidakseimbangan Kimia di Otak

Para ahli percaya bahwa ketidakseimbangan dopamin, neurotransmitter, berperan dalam timbulnya skizofrenia. Neurotransmitter lain, seperti serotonin , mungkin juga punya andil.

Hubungan Keluarga

Dilansir dari healtline, nggak ada bukti yang bisa membuktikan atau bahkan menunjukkan bahwa hubungan keluarga dapat menyebabkan penyakit skizofrenia. Tapi , beberapa pasien percaya kalau stres karena keluarga bisa memicu kambuhnya penyakit ini.

Lingkungan

Nggak ada bukti yang pasti, tapi banyak yang menduga trauma sebelum kelahiran dan infeksi virus dapat berkontribusi pada perkembangan penyakit.

Pengalaman stres juga bisa aja penjadi pencetus awal penyakit skizofernia ini. Sebelum gejala akut terlihat, orang dengan skizofrenia biasanya menjadi pemarah, cemas, dan tidak fokus. Ini bisa memicu masalah hubungan, perceraian, dan pengangguran.

Nah, hal-hal tersebut sering disalahkan sebagai penyebab, padahal itu semua adalah akibatnya. Oleh karena itu susah banget untuk tahu apakah penyakit skizofernia menyebabkan tekanan tertentu, atau justru sebaliknya.

3 dari 3 halaman

Penyakit Skizofrenia Paranoid

Ilustrasi gangguan mental © Diadona

Dikutip dari medicalnewstoday.com, sebelum tahun 2013, skizofrenia paranoid dianggap sebagai jenis penyakit skizofrenia. Namun di tahun 2013, DSM-5 mereklasifikasi paranoia, atau delusi, sebagai gejala.

Orang yang menginap penyakit skizofernia paranoid ini sering merasa curiga terhadap orang lain. Akhirnya, inilah yang menyulitkan mereka untuk memegang pekerjaan, menjalankan tugas, berhubungan dengan orang atau yang paling parah, paranoid ini curiga buat pergi ke dokter.

Gejala yang tampak banget yaitu berdelusi, atau punya keyakinan tetap yang terasa nyata, padahal banyak bukti yang menunjukkan bahwa hal tersebut nggak nyata.

Delusi paranoid disebut juga dengan juga disebut delusi penganiayaan, mencerminkan ketakutan dan kecemasan yang mendalam, disertai dengan hilangnya kemampuan untuk berkata apa yang nyata dan yang enggak.

Seseorang dengan penyakit skizofernia paranoid mungkin akan berpikir berikut

  • Ada teman yang berusaha mencelakakan mereka, seperti misalnya meracuni makanan
  • Merasa kalau pasangannya selingkuh
  • Merasa kalau pemerintah sedang memata-matai mereka
  • Orang di lingkungan berencana melecehkan

Keyakinan inilah yang menyebabkan masalah dalam hubungan mereka. Dan kalua pikiran tersebut muncul, mereka selalu merasa kalau mereka sedang sendirian.

Orang dengan penyakit skizofernia ini nggak jahat kok, tapi kadang, delusi paranoid bisa bikin mereka merasa terancam atau bahkan marah.

Penanganan secara medis harus segera dilakukan kalau pasien sudah mulai membahayakan dirinya sendiri atau orang lain.

Penyakit skizofernia memang merupakan kondisi seumur hidup, tapi pengobatan bakalan membantu meringankan gejala. Dan pengobatan harus terus dilakukan, bahkan saat gejala seolah udah berhenti.

Kenapa? Karena kalau pengobatan berhenti, bukan nggak mungkin gejala jadi sering muncul kembali.

Kalau punya punya orang terdekat yang menderita penyakit skizofernia, nggak ada salahnya mencoba ngobrol sama dia tentang kekhawatiran kamu. Memang sih kamu nggak bsia maksa dia buat ke dokter, tapi kamu bisa menawarkan dorongan dan dukungan.

Beri Komentar