Alasan di Jawa Identik dengan Makanan Manis, Ternyata Karena Orang Ini!

Reporter : Bagus Prakoso
Senin, 24 Agustus 2020 17:20
Alasan di Jawa Identik dengan Makanan Manis, Ternyata Karena Orang Ini!
Sejarah panjang yang membuat masyarakat Jawa identik dengan makanan manisnya.

Jika berbicara kuliner Jawa, Apalagi Jawa Tengah pasti tidak jauh dari Gudeg asal Jogja, Lumpia asal Semarang, Bakpia, Selat Solo dan lain sebagainya. Beberapa makanan itu memang memiliki rasa dominan manis. Nggak heran jika banyak yang beranggapan jika orang Jawa memang identik dengan kuliner yang memiliki rasa manis.

Nah, pernah nggak sih, kepikiran kenapa orang Jawa identik dengan kuliner yang memiliki rasa manis? Bukan karena orang Jawa Tengah suka rasa manis, lho. Ternyata ada sejarah panjang yang melatar belakangi mengapa orang di Jawa Tengah sangat menyukai makanan dengan rasa yang manis.

Seperti apa sih sejarahnya? Yuk kita simak!

1 dari 2 halaman

Sistem Tanam Paksa

Ilustrasi Gudeg © Diadona

Melansir dari GNFI, dalam buku Tempo yang berjudul Antropologi Kuliner Nusantara: Ekonomi, Politik dan Sejarah di Belakang Bumbu Makanan Nusantara, rasa manis rupanya memang nggak cuma di Jawa Tengah aja, namun di berbagai daerah di Jawa memang punya makanan yang punya rasa dominan manis.

Rupanya ini karena berkaitan dengan banyaknya suplai gula di Jawa pada masa kolonialisme dulu. Hal ini ternyata berawal pada tahun 1830 ketika Indonesia masih dikuasai oleh Belanda. Waktu itu, Gubernur Jenderal Van der Bosch yang berkuasa di Hindia Belanda memberlakukan sistem tanam paksa atau yang akrab disebut Cultuurstelsel.

Sistem tanam paksa ini diberlakukan Van der Bosch karena bertujuan untuk mengisi kekosongan kas Belanda akibat perang berkepanjangan melawan Pangeran Diponegoro pada 1825 hingga 1830.

Karena perang ini, Belanda mengalami banyak kerugian materiil hingga 20 juta Gulden. Untuk mengganti kekosongan kas itu, Van der Bosch akhirnya menerapkan sistem tanam paksa.

 

2 dari 2 halaman

Produksi Tebu yang Melimpah

Tanam Paksa © Diadona

Dalam kebijakan tanam paksa di wilayah jajahannya, petani diwajibkan menanam tanaman untuk komoditas ekspor yang bernilai jual tinggi seperti teh, tebu dan kopi.

Petani Jawa Barat dipaksa menanam teh. Kemudian untuk petani Jawa Tengah dipaksa menanam tebu. Hal ini karena orang Belanda menyadari lahan di sana sangat baik untuk padi dan tebu. Akhirnya mereka memaksa rakyat di Jawa Tengah dan Jawa Timur menanami lahan-lahannya dengan tanaman tebu.

Kurang lebih selama sembilan tahun sistem tanam paksa, 70 persen sawah diubah menjadi perkebunan tebu. Semakin banyaknya sawah yang dikonversi menjadi kebun tebu, didirikan pula ratusan pabrik gula di Jawa Tengah dan juga Jawa Timur demi memaksimalkan hasil produksi.

Eksploitasi berlebihan yang dilakukan Belanda ini menyebabkan rakyat di Jawa mengalami kelaparan. Mereka kesulitan memenuhi kebutuhan pangan karena tidak ada lagi lahan untuk menghasilkan bahan makanan.

Karena hanya tersedia tebu, masyarakat Jawa terpaksa menjadikannya sebagai alternatif untuk bertahan hidup. Semua olahan masakannya pun juga menggunakan air perasan tebu. Hal inilah yang membuat masyarakat Jawa khususnya di Jawa Tengah sangat akrab dengan rasa manis.

Makanan-makanan seperti gudeg, selat solo, lumpia, bakpia dan lain sebagainya juga punya rasa dominan manis. Selain itu, banyak juga yang mengatakan jika sambal di Jawa juga masih dominan mempunyai rasa manis.

Ternyata, Gubernur Jendral Van der Bosch dengan sistem tanam paksanya membuat masyarakat Jawa identik dengan makanan manis. Nah, sekarang udah tahu, kan, sejarah panjangnya.

Beri Komentar