Teguh Subekti Begitu Mulia, Jalani Tugas Menantang di Tengah Pandemi sebagai Bidan Perempuan

Reporter : M. A. Adam Ramadhan
Rabu, 1 Juli 2020 09:09
Teguh Subekti Begitu Mulia, Jalani Tugas Menantang di Tengah Pandemi sebagai Bidan Perempuan
Semoga ini menjadi inspirasi dan kesadaran untuk kita semua.

Selama pandemi virus corona berlansung, para petugas medislah yang berada di garda terdepan untuk berperang. Mulai dari dokter, perawat, hingga bidan. Jasanya sangat berarti untuk tanah air. Takut, cemas, dan tanggung jawab semua menjadi satu kesatuan perasaan.

Banyak kisah yang patut kita dengar mengenai para petugas medis agar hati kita tersentuh dan tahu diri selama di tengah pandemi ini. Salah satunya adalah kisah seorang bidan yang bernama Teguh Subekti.

1 dari 6 halaman

Melansir dari Antara, Teguh Subekti kini berumur 35 tahun. Ia mendapatkan tugas di Desa Gununglangit, Kefcamatan Kalibening, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Jalan setapak dan awan gulita adalah pemandangan yan sudah akrab ia jumpai.

Ilustrasi Wanita Merenung © Diadona

Namanya mungkin terdengar seperti laki-laki. Tapi percayalah, ia adalah seorang perempuan. Mudah cemas, deg-degan. Apalagi, saat ia ditugaskan untuk mendata pemudik saat musim lebaran lalu.

Meski demikian, wanita tersebut tetap kuat dan sabar menjalani tugasnya. Seperti namanya, Teguh. Sepanjang pengabdiannya sebagai bidan desa sejak tahun 2009, ia mengaku bahwa tugasnya kali ini adalah yang paling berat dan juga menantang.

2 dari 6 halaman

" Ini merupakan tugas yang paling menantang dan paling sulit buat saya. Namun, semuanya saya jalani dengan penuh tanggung jawab dan ikhlas sambil terus berusaha menjaga kesehatan diri saya sendiri," ungkapnya.

Teguh selalu melakukan yang terbaik, meskipun ada saja beberapa hal yang membuatnya mengelus dada. Sebut saja para pemudik yang tidak langsung melapor. Atau, pemudik yang tidak menjalankan karantina mandiri selama 14 hari meski sudah diwanti berkali-kali.

" Sudah saya suruh berdiam di rumah dan jangan kemana-mana selama 14 hari, namun malah keluar rumah dan mengabaikan protokol kesehatan," katanya.

3 dari 6 halaman

Belum lagi jika Teguh berhadap langsung dengan para pemudik yang baru sampai. Rasa takut sempat ia rasakan pada saat itu juga.

Ilustrasi Petugas Medis © Diadona

" Saya takut ternyata ada pelaku perjalanan yang baru kembali dari daerah zona merah dan ternyata merupakan orang tanpa gejala. Sehingga saya takut terpapar, apalagi kalau diri saya sendiri mulai ada keluhan batuk, pilek, dan lainnya. Pikiran saya sudah kemana-mana dan merasa cemas," jelasnya.

Demi masyarakat dapat pengetahuan yang baik mengenai corona covid-19, Teguh bahkan rela datang ke rumah warga satu persatu. Kadang dengan berjalan kaki, kadang bersama motor bebeknya.

" Saya datangi satu persatu rumahnya. Saya data, saya edukasi mengenai protokol kesehatan. Untuk keamanan diri, saya selalu menjaga jarak fisik 1,5 meter atau lebih saat berada di dalam rumah mereka," katanya.

4 dari 6 halaman

Belum lagi jika ia harus membantu warga yang sedang hendak melahirkan. Cemasnya bukan main. " Pada masa pandemi seperti sekarang ini tentu jadi lebih was-was saat membantu persalinan penduduk desa, pernah kejadian ternyata suami dari perempuan yang saya bantu persalinannya merupakan pelaku perjalanan dari luar kota yang belum genap 14 hari melakukan karantina mandiri, tentu saya cemas.

Setiap selesai melakukan tugasnya, Teguh selalu membersihkan diri terlebih dahulu. Sebab ia khawatir, ada keluarganya di rumah harus ia jaga.

5 dari 6 halaman

Namun kini, semuanya sudah berhasil ia lewati. Meski berat, tapi ada hikmah yang Teguh dapatkan. Salah satunya adalah ia semakin dekat dan mengenal seluruh warga desa, dan itu membuatnya bahagia.

Ilustrasi wanita sedih © Diadona

Teguh berharap, pandemi civus corona ini cepat berlalu. Seluruh warga Gunung Langit tetap sehat dan tak ada yang terpapar COVID-19. Bidan Teguh Subekti menunjukkan, bahwa pada masa pandemi ini, peran bidan semakin terlihat dalam upaya penanganan Covid-19.

Beri Komentar