Kisah Pilu Perjuangan Orangtua di Solo Rawat Bayi Tanpa Tempurung Kepala

Reporter : M. A. Adam Ramadhan
Kamis, 18 Maret 2021 13:27
Kisah Pilu Perjuangan Orangtua di Solo Rawat Bayi Tanpa Tempurung Kepala
Meski sudah tahu ending-nya bagaimana, orangtua di Solo ini tidak menyerah merawat bayinya yang terlahir tanpa tempurung kepala.

Setiap orangtua pasti meninginkan seorang anak yang lahir dengan sempurna. Namun nyatanya, ada sebagian orangtua yang harus menerima kenyataan yang tidak demikian.

Seperti yang terjadi di Solo atas nama pasangan Ayu Endang Pujiati (29) dan Syarifudin Hidayatullah (31) yang dikarunia seorang anak pada tanggal 22 Februari 2021 lalu.

1 dari 4 halaman

Ilustrasi Kaki Bayi © Diadona

Memang lahirnya seorang anak adalah kabar bahagia. Namun, Syarif dan pasangannya harus menerima kenyataan bayinya tersebut lahir tanpa tempurung kepala. Sebenarnya sejak masih janin empat bulan, Syarif sudah tahu bayinya akan terlahir demikian. Untuk memastikannya, ia bahkan mendatangi empat dokter kandungan berbeda. Namun ia tetap meneruskannya dengan alasannya yang bikin haru.

" Semuanya saya USG empat dimensi, tetapi hasilnya sama saja. Bahkan, tiga dokter di antaranya menyarankan untuk mengeluarkan saja mumpung masih kecil, kalau sudah besar akan sulit. Tetapi menurut saya empat bulan sudah bernyawa, sudah ditiupkan roh. Kasihan, dia ingin hidup sehingga saya putuskan untuk melanjutkan," katanya.

 

2 dari 4 halaman

Ketika lahir, orangtua bayi tersebut yang diberi nama Muhammad Arkan Naufal Hidayatulla berjuang untuk merawatnya, namun ternyata hanya bertahan selama 22 hari, yang kemudian meninggal dunia di Solo pada Selasa (16/3) pukul 21.00. Orangtua Arkan sudah merasakan perbedaan pada bayinya. Jika biasanya ketika disentuh bereaksi, namun sehari sebelum meninggal, bayi tersebut diam saja ketika di sentuh.

" Kemarin sore sebetulnya sudah mulai berbeda kondisinya. Kalau biasanya disentuh tangan dan kakinya dia langsung bereaksi, tetapi kemarin sore diam saja," kata ibu bayi Ayu Endang Pujiati.

 

3 dari 4 halaman

Ilustrasi Kaki Bayi © Diadona

Kemudian setelah Magrib, bayi tersebut kondisinya terus turun. Napasnya tersengal-sengal. Kemudian orangtua bayi itu melaporkan ke RS Brayat Minulya, yang kemudian diminta untuk pergi ke RSUD dr Moewardi. Namun, hujan malam itu pun turun deras, sehingga tak sempat dibawa. Ternyata, bayi Arkan sudah meninggal.

Ketika lahir, bayi Arkan beratnya 3,8 kg. Seiring berjalannya waktu beratnya terus turun hingga mencapai 2,9 kg saat meninggal. Diketahui menurut penjelasan dokter, kondisi bayi Arkan bisa sampai begitu karena adanya virus toksoplasmasis ketika pembentukan janin di usia dua bulan.

 

Beri Komentar