Berjualan Sambil Naik Kursi Roda, Kisah Slamet Nugroho Penjual Jajanan Kue Ini Bikin Sedih

Reporter : Anif Fathul Amin
Selasa, 12 Januari 2021 15:03
Berjualan Sambil Naik Kursi Roda, Kisah Slamet Nugroho Penjual Jajanan Kue Ini Bikin Sedih
Bahkan kursi rodanya pernah ditabral hingga jatuh :(

Sebagai seorang penyandang disabilitas atau difabel, Slamet Nugroho, tak ingin hanya berpangku tangan dan meratapi kekurangan fisiknya. Sebaliknya, warga Desa Balamoa, Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal itu justru memiliki semangat untuk menjalani hidup tanpa bergantung pada belas kasih orang lain.

‎Berbekal kursi roda, Slamet berjualan makanan ringan dan minuman untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Kursi roda manual itu sudah dia modifikasi agar bisa digunakan untuk membawa barang dagangan serta melindunginya dari hujan dan terik matahari.

1 dari 4 halaman

Setiap hari kursi roda Slamet merayap di antara lalu lalang sepeda motor dan mobil yang saling beradu cepat. Selain harus waspada agar tidak sampai tertabrak kendaraan, Slamet juga mesti berhati-hati jika menemui lubang jalan.

Siang itu, Slamet sedang menyusuri Jalan Raya Tegal-Purwokerto, Banjaran, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal. Makanan ringan dan minuman yang dijualnya tampak masih banyak yang belum terjual.

" Baru laku sedikit," ujar Slamet dikutip dari Suara.com.

2 dari 4 halaman

Slamet sudah empat tahun berjualan makanan dan minuman ringan di atas kursi roda. Biasanya pria 32 tahun itu berjualan mulai pukul 13.00 WIB dan baru pulang saat azan Magrib berkumandang.

" Kalau belum banyak yang laku kadang jualan sampai jam 9 malam. Selain di Adiwerna, juga di Slawi," ujarnya.

Kisah Slamet Nugroho © Diadona

‎Penghasilan yang didapat Slamet dari berjualan tak menentu. Rata-rata Rp40 ribu hingga Rp50 ribu sekali berjualan.

" ‎Lagi pandemi seperti sekarang ada pengaruhnya. Paling sering dapat Rp30 ribu, kadang Rp20 ribu, kadang juga tidak dapat uang sama sekali," tuturnya.

Meski demikian, Slamet tetap semangat melakoni usahanya itu.‎ Dia tak ingin hidup dengan mengandalkan rasa kasihan orang lain.

" Saya tidak mau selamanya berpangku tangan. Ingin berusaha sendiri karena orang kan tidak mungkin akan ngasih terus menerus," ujarnya.

3 dari 4 halaman

Prinsip untuk tidak mau dikasihani karena kondisi fisiknya benar-benar dipegang Slamet. Ketika ada orang yang memberinya uang, dia tak mau menerimanya.

" ‎Kalau lagi jualan banyak yang ngasih uang tapi tidak mau beli karena mungkin kasihan melihat kondisi saya. Saya tolak karena saya tidak mau dikasihani. Saya tidak jualan kasihan. Saya maunya orang beli," ucapnya.

‎Keinginan untuk hidup dari keringatnya sendiri juga yang membuat Slamet memilih tinggal terpisah dengan orang tuanya. Sehari-hari dia tinggal di sebuah tempat kos di Desa Tembok Luwung, Kecamatan Adiwerna.

‎" Orang tua awalnya tidak membolehkan kalau saya jualan seperti ini, tapi saya ingin mandiri. Tidak mau minta orang tua terus," ucap bungsu dari lima bersaudara itu.

4 dari 4 halaman

Kisah Slamet Nugroho © Diadona

Slamet sudah menyandang disabilitas sejak umur satu tahun. Kedua kakinya lumpuh usai berobat ke seorang mantri. Hal ini membuatnya harus menggunakan kursi roda ketika beraktivitas.

" Awalnya sakit terus periksa ke mantri dan disuntik. Setelah itu katanya saya kena polio. Saya tidak bisa berdiri kalau tidak pegangan tembok dan tidak bisa jalan,” ujarnya.

Dengan keterbatasannya itu, Slamet bertekad untuk terus berjualan demi bisa memperbaiki taraf hidupnya. Selama kedua tangannya masih mampu menggerakkan ‎kursi roda di atas jalan, dia ingin terus memelihara mimpinya.

" Cita-cita saya ‎ingin punya toko sendiri suatu saat nanti," ucapnya.

Semangatnya mencari uang meski di tengah keterbatasan memang patut diacungi jempol. Semangat terus ya, semoga jualannya laris manis. Amin.

Beri Komentar