Hati-hati, Lima Kalimat Ini Bisa Bikin Anak Makin Menjauh dari Orang Tua

Family | Minggu, 16 November 2025 09:43

Reporter : Abidah Ardelia

Menghindari lima jenis kalimat ini bukan berarti orang tua kehilangan wibawa. Justru dengan cara berbicara yang lebih lembut, anak merasa dihargai dan lebih mudah terbuka.

Hubungan orang tua dan anak sebenarnya bisa hangat dan dekat, tetapi sering kali justru renggang karena hal yang terlihat sederhana, salah satunya adalah pilihan kata saat berbicara.

Advertisement

Banyak orang tua tidak menyadari bahwa beberapa kalimat yang terdengar biasa saja dapat membuat anak merasa tidak nyaman, tidak dihargai, atau bahkan tidak aman untuk bercerita.

Kalau dibiarkan terus menerus, hubungan bisa makin jauh dan anak akhirnya memilih menutup diri.

Supaya komunikasi tetap sehat, penting mengenali jenis kalimat apa saja yang tanpa sengaja membuat anak menjauh.

Berikut lima ucapan yang paling sering terjadi dan berdampak cukup besar terhadap cara anak melihat hubungan dengan orang tua.

2 dari 7 halaman

Perbandingan yang Membuat Anak Merasa Kurang

Kalimat seperti “Coba lihat kakak bisa begitu, kenapa kamu tidak” atau “Teman kamu saja bisa, masa kamu tidak bisa” biasanya muncul saat orang tua ingin memotivasi.

Namun bagi anak, perbandingan seperti ini sering menimbulkan rasa tidak mampu dan tidak cukup baik. Anak merasa dirinya selalu kalah dan apa pun yang dilakukan tidak pernah sesuai standar.

Dalam jangka panjang, mereka jadi enggan menunjukkan usaha atau pencapaian karena takut dinilai lagi.

Perbandingan juga bisa membuat anak merasa orang tua lebih menghargai orang lain daripada dirinya sendiri. Perasaan seperti itu membuat mereka menjauh demi menghindari rasa sakit hati yang sama.

3 dari 7 halaman

Kalimat yang Mengecilkan Emosi

Ucapan seperti “Sudah segitu aja kok sedih” atau “Kamu terlalu sensitif” sering keluar saat orang tua ingin menenangkan anak, tetapi efeknya justru sebaliknya.

Kalimat ini membuat anak merasa emosinya tidak valid. Mereka merasa tidak boleh sedih, marah, atau takut.

Padahal, anak butuh ruang aman untuk mengungkapkan apa yang dirasakan. Ketika emosi mereka diringankan dan tidak diakui, anak belajar bahwa lebih aman diam daripada bercerita. Lambat laun, mereka berhenti berbagi perasaan karena takut dianggap berlebihan.

4 dari 7 halaman

Menyalahkan Tanpa Mau Mendengar

Banyak orang tua tidak sadar bahwa ucapan seperti “Makanya jangan begitu dulu” atau “Salah kamu sendiri” bisa membuat anak merasa diserang sebelum diberi kesempatan menjelaskan.

Anak merasa tidak dipahami dan tidak dianggap penting dalam percakapan. Setiap kali mereka mencoba menceritakan masalah, respons yang muncul langsung berupa kritik.

Kondisi ini membuat mereka kehilangan keberanian untuk bercerita karena sudah membayangkan akan disalahkan lagi. Akhirnya, mereka lebih memilih mengatasi masalah sendiri atau mencari dukungan di luar rumah.

5 dari 7 halaman

Ancaman yang Mengandalkan Rasa Takut

Beberapa orang tua masih terbiasa menggunakan ancaman seperti “Kalau kamu tidak nurut, mama tinggal” atau “Nanti papa marah”.

Pola ini mungkin terlihat efektif di awal karena anak akan menurut. Namun, hubungan yang dibangun dari rasa takut membuat anak tidak merasa aman secara emosional.

Mereka patuh hanya karena takut kehilangan kasih sayang atau takut membuat orang tua kecewa.

Menjalin hubungan dengan cara seperti itu akan melelahkan bagi anak. Begitu mereka tumbuh lebih besar dan lebih berani, biasanya mereka menjauh untuk menghindari tekanan tersebut.

6 dari 7 halaman

Candaan yang Menyakitkan

Candaan seperti “Kamu itu lemot sekali” atau “Kamu memang begitu” sering dianggap ringan. Orang tua mengucapkannya sambil tertawa sehingga terasa seperti hal kecil.

Tetapi bagi anak, ucapan ini bisa melukai. Anak mudah menyerap kata kata negatif sebagai bagian dari identitas diri. Mereka bisa merasa tidak pintar, tidak cukup baik, atau malu.

Jika candaan seperti ini terus diulang, mereka akhirnya memilih menjaga jarak supaya tidak terus dijadikan bahan humor.

Candaan yang merendahkan, meskipun niatnya tidak serius, tetap menimbulkan luka yang sulit dihapus.

7 dari 7 halaman

Berbicara dengan anak memang membutuhkan kesabaran, tetapi pilihan kata yang tepat bisa membuat hubungan terasa jauh lebih hangat.

Menghindari lima jenis kalimat tadi bukan berarti orang tua kehilangan wibawa. Justru dengan cara berbicara yang lebih lembut, anak merasa dihargai dan lebih mudah terbuka.

Mereka akan lebih nyaman bercerita, berbagi pengalaman, dan meminta bantuan saat dibutuhkan.

Hubungan yang baik tidak dibangun dari perintah atau ancaman, tetapi dari rasa aman dan saling menghormati.

Ketika anak merasa diterima apa adanya, hubungan keluarga tumbuh dengan lebih kuat dan stabil tanpa perlu dipaksa.

Terkait
Join Diadona.id