Mengenal Tren Bayi Karnivora, Perlukah Moms Ikut Coba?

Reporter : Abidah Ardelia
Minggu, 12 Oktober 2025 15:32
Mengenal Tren Bayi Karnivora, Perlukah Moms Ikut Coba?
Tren bayi karnivora memang viral, tapi ahli menekankan bayi tetap butuh gizi seimbang dari hewani dan nabati.

Belakangan ini, media sosial ramai membicarakan tren baru dalam dunia parenting, yaitu pola makan bayi yang disebut “bayi karnivora”. Bayangkan, bukan puree buah atau bubur sayur, tapi daging, telur, hingga kaldu tulang yang jadi menu utama si kecil.

Banyak orang tua yang mengklaim anak mereka lebih lahap makan, tidur lebih nyenyak, bahkan pencernaan jadi lebih baik.

Tapi, benarkah tren ini aman diikuti? Atau justru ada risiko tersembunyi yang perlu moms waspadai? Yuk, kita kupas lebih dalam soal fenomena “bayi karnivora” ini.

Apa Itu Tren Bayi Karnivora?

Sesuai namanya, pola makan ini menekankan bayi untuk lebih banyak, bahkan hampir hanya, mengonsumsi makanan hewani. Mulai dari daging merah, telur, kaldu tulang, hingga mentega. Sementara buah dan sayuran sering kali dilewati.

Konsep ini muncul dari pola makan karnivora yang lebih dulu populer di kalangan orang dewasa. Kemudian dibawa ke pola MPASI bayi.

Beberapa orang tua bahkan membagikan pengalaman memberi si kecil potongan steak, atau mengganti puree buah dengan bone broth. Mereka yang mendukung tren ini mengaku bayi jadi lebih nyenyak tidurnya, lahap makan, dan pencernaannya membaik.

Konten semacam itu cepat viral di media sosial. Banyak video memperlihatkan bayi mengunyah daging dengan penuh semangat, lalu disertai narasi bahwa puree buah hanya dianggap sebagai “gula”. Visual yang kuat dan cerita yang meyakinkan membuat tren ini semakin terlihat menarik.

Namun, moms perlu ingat, faktor yang memengaruhi tidur dan pencernaan bayi tidak sesederhana hanya dari menu makanannya. Pola menyusu, jadwal tidur, hingga kesehatan usus juga punya peran besar. Jadi sebelum terbawa arus tren, ada baiknya memahami dulu gambaran lengkapnya.

1 dari 3 halaman

Kenapa Tren Ini Cepat Viral

Alasan tren ini cepat ramai cukup jelas. Di satu sisi, konsepnya terlihat sederhana dan praktis. Orang tua hanya perlu memberi daging dan produk hewani tanpa repot menyiapkan berbagai jenis makanan.

Di sisi lain, komunitas online ikut menyebarkan resep dan testimoni yang terdengar meyakinkan. Cerita sukses itulah yang membuat tren ini semakin menarik, apalagi dengan label “ lebih alami” atau “ sesuai kebutuhan biologis”.

Meski begitu, moms tetap perlu waspada. Dokter anak mengingatkan bahwa sebagian besar klaim masih berupa pengalaman pribadi, bukan hasil penelitian ilmiah. Padahal, tumbuh kembang bayi membutuhkan gizi beragam yang juga banyak diperoleh dari makanan nabati.

Panduan Resmi untuk MPASI

Kalau bicara rekomendasi resmi, garisnya jelas. WHO menganjurkan bayi mulai MPASI di usia 6 bulan dengan menu yang beragam. Hewani memang penting sebagai sumber zat besi, tetapi tetap harus ada sayur, buah, dan serealia. Intinya variasi.

American Academy of Pediatrics juga menyarankan hal serupa. Pola makan bayi sebaiknya campuran dari ASI atau susu formula, ditambah makanan kaya zat besi seperti daging, ikan, telur, serta sayur dan buah. Jadi bukan soal memilih hewani atau nabati, melainkan memastikan semua kebutuhan gizinya terpenuhi.

2 dari 3 halaman

Risiko yang Perlu Diperhatikan

Para ahli khawatir jika pola makan bayi terlalu dominan hewani. Bayi bisa kekurangan vitamin C, folat, serat, dan fitonutrien yang banyak terdapat pada buah dan sayur. Kekurangan serat bisa memicu konstipasi, sementara kelebihan lemak jenuh berisiko mengganggu kesehatan jangka panjang.

Karena itu, American Academy of Pediatrics menegaskan diet hewani ekstrem tidak bisa memenuhi kebutuhan bayi tanpa tambahan makanan nabati.

Bagaimana Cara Mencoba yang Aman?

Sebenarnya, tidak ada yang melarang bayi makan makanan hewani. Justru daging, ikan, telur, dan produk susu sesuai usia memang dianjurkan karena kaya protein dan zat besi.

Hanya saja, jangan sampai menutup pintu untuk makanan lain. Buah dan sayur tetap penting sebagai sumber vitamin C yang bisa membantu penyerapan zat besi, sekaligus menambah serat untuk menjaga pencernaan tetap lancar. Karbohidrat kompleks juga dibutuhkan bayi sebagai sumber energi harian.

Moms bisa menyajikan makanan ini dalam berbagai bentuk sesuai usia dan tahap perkembangan anak. Bisa dalam bentuk puree, finger food, atau metode baby led weaning. Yang terpenting, pastikan teksturnya sesuai dan aman agar si kecil terhindar dari risiko tersedak.

3 dari 3 halaman

Tren bayi karnivora memang terlihat simpel dan “ natural”. Namun, otoritas kesehatan menekankan bayi butuh variasi makanan. Daging boleh, bahkan penting, tapi bukan berarti menghapus kelompok pangan lain.

Jika moms ingin memperbanyak menu animal-based, lakukan secara seimbang, tetap pantau tumbuh kembang, dan selalu konsultasikan dengan dokter anak.

Beri Komentar