Foto: Freepik
Tidak semua anak tumbuh dengan figur ayah yang hadir dalam hidupnya. Ada yang kehilangan karena perceraian, kematian, atau memang ayahnya secara emosional tidak terlibat dalam pengasuhan.
Kondisi tersebut sering disebut sebagai fatherless. Meski terdengar sederhana, dampaknya bisa cukup besar pada perkembangan anak, terutama secara emosional dan sosial.
Bagi para perempuan, khususnya ibu atau calon ibu, memahami tanda-tanda anak mengalami fatherless itu penting. Dengan begitu, kita bisa lebih peka dan segera memberikan dukungan yang dibutuhkan anak.
Salah satu tanda yang paling umum terlihat adalah anak jadi sering mencari perhatian berlebihan. Misalnya, mereka jadi lebih sering merengek, mudah marah kalau tidak diperhatikan, atau selalu ingin ditemani.
Hal ini biasanya muncul karena kebutuhan kasih sayang dari figur ayah tidak terpenuhi, sehingga anak mencoba menggantinya dengan mencari perhatian dari orang lain.
Ketiadaan ayah dalam pengasuhan sering membuat anak kesulitan dalam mengelola perasaan. Mereka bisa lebih mudah menangis, marah, atau frustrasi untuk hal-hal kecil. Figur ayah biasanya memberi rasa aman sekaligus contoh dalam menghadapi masalah. Tanpa itu, anak mungkin merasa kebingungan bagaimana harus bereaksi.
Anak yang tumbuh tanpa kehadiran ayah juga rentan merasa kurang berharga. Mereka mungkin minder saat melihat teman-temannya punya keluarga lengkap atau merasa ada “ bagian yang hilang” dalam dirinya. Perasaan ini bisa terbawa hingga dewasa jika tidak ditangani dengan baik.
Ayah sering kali menjadi role model pertama bagi anak dalam berinteraksi dengan orang lain. Saat figur itu hilang, anak bisa saja jadi lebih pendiam, canggung, atau justru sebaliknya, terlalu agresif ketika bergaul. Hal ini muncul karena mereka tidak memiliki contoh nyata dalam menyeimbangkan emosi dan perilaku di lingkungan sosial.
Tanda lain yang sering muncul adalah anak mencari figur pengganti ayah di luar keluarga. Bisa jadi mereka terlalu lengket dengan guru, paman, atau bahkan teman yang lebih tua.
Ini adalah cara anak untuk mengisi kekosongan peran yang seharusnya didapat dari ayah. Meski wajar, kalau tidak diarahkan dengan tepat bisa membuat anak rentan terhadap pengaruh negatif.
Anak yang mengalami fatherless kadang menunjukkan penurunan fokus di sekolah. Mereka bisa lebih sulit konsentrasi saat belajar, gampang terdistraksi, atau motivasinya menurun.
Hal ini biasanya bukan karena kemampuan akademik mereka rendah, melainkan karena emosi yang tidak stabil dan rasa kurang dukungan dari figur ayah. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa berpengaruh pada prestasi belajar jangka panjang.
Buat para perempuan yang mendampingi anak dalam kondisi fatherless, ada beberapa hal yang bisa dilakukan:
Memberikan dukungan emosional yang konsisten.
Menjadi pendengar yang baik saat anak ingin bercerita.
Mengajak anak mengenal figur positif lain, misalnya kakek atau mentor, untuk memberi inspirasi.
Tidak menyalahkan keadaan di depan anak, agar mereka tidak merasa bersalah atas situasi yang terjadi.
Fatherless bukan berarti anak tidak bisa tumbuh dengan baik. Banyak anak yang tetap berhasil meraih cita-citanya meski tumbuh tanpa kehadiran ayah.
Namun, memahami tanda-tandanya sejak dini bisa membantu ibu atau orang terdekat memberikan dukungan yang lebih tepat. Karena pada akhirnya, yang terpenting bukan hanya siapa yang ada, tetapi seberapa besar cinta dan perhatian yang diberikan pada anak.
7 Langkah Sederhana Membangun Mindset Produktif di Tempat Kerja
7 Jenis Olahraga yang Bikin Body Goals ala Cewek Korea
Kisah Lhakpa Sherpa, Perempuan Tangguh yang Sepuluh Kali Menaklukkan Everest
5 Pasangan Zodiak yang Selalu Menyelesaikan Masalah Tanpa Bertengkar
Wanda Hamidah Tertahan di Italia, Hadapi Intimidasi Mafia dalam Misi Gaza
Selena Gomez Resmi Menikah dengan Benny Blanco di Santa Barbara
Rossa Tampil Anggun dengan Gaun Bernuansa Palestina karya Ivan Gunawan
Tasya Farasya Bak Dewi di Perayaan 4 Tahun MOP Beauty, Tampil Glamor dan Penuh Pesona
Rihanna Sambut Putri Pertama, Rocki Lengkapi Keluarga Besar Riri dan A$AP Rocky