Anak Masih Ngompol? Tenang, Ini Batas Usia Normal dan Cara Mengatasinya
Foto: Freepik
Reporter : Abidah Ardelia
Anak ngompol itu hal biasa kok, asal nggak terus-menerus lewat usia 7 tahun.
Bagi banyak orang tua, ngompol sering jadi dilema kecil tapi bikin bingung. Di satu sisi, kamu tahu anak masih dalam masa tumbuh dan belum sepenuhnya bisa mengontrol kandung kemihnya. Tapi di sisi lain, kamu mulai bertanya-tanya apakah ini masih wajar atau sudah harus dibawa ke dokter.
Nyatanya, ngompol adalah hal yang cukup umum terjadi di masa kanak-kanak. Anak tidak melakukannya dengan sengaja, melainkan karena tubuhnya memang masih belajar mengenali sinyal dari kandung kemih.
Sampai Usia Berapa Masih Bisa Dibilang Wajar?
Kebanyakan anak berhenti ngompol secara alami di usia 5 sampai 7 tahun. Di rentang usia ini, tubuh mereka mulai bisa menahan pipis sepanjang malam tanpa perlu dibangunkan.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kalau anak masih sering ngompol setelah umur 5 tahun, sebaiknya orang tua mulai memperhatikan polanya. Misalnya, seberapa sering terjadi dan apakah disertai tanda lain seperti nyeri saat pipis atau rasa malu yang berlebihan.
Kalau anak hanya sesekali ngompol di usia 5–7 tahun, itu masih tergolong normal. Tetapi kalau terjadi berulang, misalnya lebih dari dua kali dalam seminggu, sebaiknya mulai dikonsultasikan ke dokter anak.
Beberapa sumber seperti Mayo Clinic dan HealthyChildren.org juga menjelaskan bahwa ngompol bisa saja masih muncul di usia sekolah awal (6–7 tahun), meski biasanya tidak sesering sebelumnya. Angkanya terus menurun seiring bertambahnya usia.
Sebagai gambaran, sekitar 15–20% anak usia 5–6 tahun masih ngompol. Di usia 8–10 tahun, jumlahnya berkurang menjadi 6–10%, dan saat remaja hanya sekitar 4–5%. Menjelang 15 tahun, kasusnya sudah sangat jarang, kurang dari 1%.
Dari data ini bisa disimpulkan bahwa ngompol masih dianggap wajar hingga usia 5 tahun, dan bisa sesekali terjadi sampai usia 7 tahun. Tapi kalau anak sudah di atas itu dan masih sering ngompol, apalagi sampai membuatnya minder atau takut tidur bareng teman, sebaiknya mulai dicari tahu penyebabnya.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah jika anak sempat berhenti ngompol selama beberapa bulan lalu tiba-tiba mulai lagi. Kondisi ini disebut enuresis sekunder dan bisa terjadi karena stres, perubahan rutinitas, pindah rumah, atau gangguan kesehatan tertentu.
Intinya, setiap anak punya kecepatan berbeda dalam belajar mengontrol kandung kemih. Tugas orang tua adalah memantau tanpa panik, dan memastikan anak tetap merasa aman serta tidak disalahkan.
Kenapa Anak Bisa Ngompol?
Ada banyak faktor yang bisa membuat anak ngompol. Beberapa di antaranya bersifat alami, tapi ada juga yang perlu perhatian lebih.
-
Kandung kemih belum matang. Anak mungkin belum bisa menahan pipis sepanjang malam karena kapasitas kandung kemihnya masih kecil.
-
Produksi urin malam berlebih. Tubuh anak belum memproduksi cukup hormon antidiuretik (ADH) yang mengatur produksi urin saat tidur.
-
Tidur terlalu lelap. Beberapa anak tidur sangat dalam sampai tidak sadar kalau kandung kemihnya sudah penuh.
-
Faktor genetik. Kalau salah satu orang tua dulu sering ngompol waktu kecil, kemungkinan anak juga mengalaminya.
-
Stres atau perubahan besar. Pindah rumah, mulai sekolah baru, atau adanya adik baru bisa memicu stres emosional yang berdampak ke pola tidur dan buang air kecil.
-
Masalah medis. Kadang ngompol juga bisa jadi tanda infeksi saluran kemih, konstipasi, atau kondisi lain yang sebaiknya diperiksa dokter.
Jadi, jangan buru-buru menyalahkan anak atau menganggapnya malas. Bisa jadi tubuhnya memang belum siap, atau sedang menghadapi hal lain yang butuh dukungan.
Tips Agar Anak Cepat Berhenti Ngompol
Kabar baiknya, kebiasaan ngompol bisa dikurangi dengan beberapa langkah sederhana di rumah. Yang terpenting adalah konsistensi dan sikap sabar.
Berikut beberapa langkah yang dapat orang tua lakukan:
-
Kurangi minum sebelum tidur. Batasi cairan setidaknya satu jam sebelum anak tidur malam.
-
Pastikan anak pipis sebelum tidur. Buat ini jadi bagian dari rutinitas malam hari, seperti gosok gigi dan membaca buku.
-
Bangunkan di tengah malam. Di masa awal latihan, kamu bisa bantu anak untuk pipis sekali di tengah malam, sampai tubuhnya terbiasa.
-
Gunakan sistem apresiasi. Beri pujian atau tempelkan stiker setiap kali anak bangun dengan kasur kering. Hal kecil seperti ini bisa menumbuhkan rasa percaya diri.
-
Coba alarm ngompol. Alat ini bekerja dengan sensor kelembaban yang berbunyi saat anak mulai ngompol, sehingga membantu melatih refleks bangun.
-
Jangan memarahi anak. Rasa malu atau takut malah bisa memperburuk kondisi. Sebaliknya, beri dukungan dan pengertian.
-
Ciptakan suasana tidur nyaman. Jadwal tidur yang konsisten dan lingkungan yang tenang membantu tubuh beradaptasi dengan ritme malam.
-
Kalau sudah mencoba berbagai cara tapi anak tetap ngompol secara rutin di atas usia 6–7 tahun, atau ada gejala lain seperti nyeri saat pipis, sebaiknya konsultasikan ke dokter anak.
Ngompol masih tergolong wajar sampai usia 5 tahun, dan bahkan bisa sesekali terjadi hingga 7 tahun. Tapi kalau terus berulang setelah itu, apalagi sampai mengganggu aktivitas atau kepercayaan diri anak, sebaiknya jangan dibiarkan begitu saja.
Kuncinya ada di kesabaran dan empati. Setiap anak punya waktu masing-masing untuk tumbuh. Dengan bimbingan yang sabar, lingkungan yang mendukung, dan sedikit bantuan dari tenaga medis jika perlu, kebiasaan ngompol biasanya bisa diatasi tanpa drama.