© Blog.pigijo.com
Semarak kemeriahan perayaan Cap Go Meh di Kota Singkawang, mencerminkan pembauran khas antara tradisi Tionghoa dan animisme kuno. Pertunjukkan para tatung setiap hari ke 15 dalam penanggalan Imlek, selalu mengundang ribuan orang untuk menyaksikan aksi kebal para tatung di Kota Singkawang.
Kota Singkawang, berasal dari kata "San Kew Jong". Dalam bahasa Hakka, itu berarti kota di kaki gunung dekat muara laut, atau kota di antara gunung dan laut.
© Diadona
Masyarakat Tionghoa, khususnya etnis Hakka inilah yang menyebarkan kepercayaan konfusianisme di sana. Hal ini tergambar dari banyaknya kelenteng yang tersebar di Kota Singkawang. Tak heran jika Kota Singkawang juga dijuluki dengan Kota Seribu Kelenteng.
Walaupun perayaan Cap Go Meh dirayakan di seluruh dunia, namun Cap Go Meh yang dirayakan di Singkawang, berbeda. Karena menyerap dan berasimilasi dengan budaya lokal.
Selain pawai lampion, arak-arak barongsai dan naga, terdapat juga dominasi arak-arakan tatung menuju wihara dan berkeliling kota, melakukan ritual tolak bala.
Tatung sendiri dalam bahasa Hakka berarti orang yang dirasuki roh, dewa, leluhur dan kekuatan supranatural. Tatung atau orang yang sudah kerasukan, memiliki kekuatan supranatural, mampu melakukan pengobatan, dan pengusiran unsur-unsur jahat atau tolak bala.
© Diadona
Arak-arakan tatung dalam perayaan Cap Go Meh Singkawang, setelah mendapat berkat dan restu dari wihara, ditandu berkeliling kota. Mereka berdiri di atas pedang atau paku tajam, sambil memamerkan kekebalan tubuh dengan benda-benda tajam lainnya.
© Diadona
Atraksi kesaktian masyarakat Dayak keturunan Tiongkok di Singkawang, memiliki cara unik saat merayakan Cap Go Meh atau perayaan pasca imlek. Para dukun yang disebut laoya atau tatung ini memamerkan ilmu kekebalan tubuh. Meski tubuh mereka ditusuk berbagai benda tajam seperti kawat, pecahan kaca hingga batangan besi, namun tidak mengeluarkan darah.
© Diadona
Diiringi genderang, peserta pawai mengenakan kostum gemerlap berpakaian kebesaran suku Dayak dan negeri Tiongkok di masa silam, para tatung terus mempertunjukkan kekebalan mereka, pecahan kaca pun diinjak-injak dengan kaki telanjang. Atraksi ini mengikuti tradisi Tionghoa yang berbaur dengan budaya Dayak.
Kemudian mereka berkumpul untuk melakukan sembahyang bersama Thian (langit, berarti juga Tuhan) di altar pusat perayaan Cap Go Meh Singkawang.
Sayangnya, perayaan Cap Go Meh dan Atraksi Tatung di Singkawang tahun ini tak bisa dilakukan karena sedang pandemi. Jadi mungkin vibesnya agak kurang dan akan terasa sepi. Tapi nggak papa deh yang penting kita semua sehat, dan bersyukur masih bisa merayakan Imlek walau hanya di rumah saja. Setuju nggak?
7 Foto Ghea Youbi Latihan Memanah, Gayanya Bak Atlet Professional
Foto Nathalie Holscher Pamer Tato Pakai Baju Tanpa Lengan, Disebut Lebih Cantik Berhijab
Ini Foto Transformasi Ririn Dwi Ariyanti dari Tahun 2003 sampai 2024, Tetap Cantik dan Awet Muda!
Manggung di Acara Nikahan, Ini Deretan Foto Tiara Andini Pakai Dress Bling-bling yang Bikin Salfok
Geram Dituding Selingkuh, Rizky Nazar Pastikan Hubungannya dengan Syifa Hadju Baik-baik Saja!
Ibunda Rizky Nazar Beri Klarifsikasi Usai Putranya Dituding Selingkuhi Syifa Hadju
Diwawancara Kasus Narkoba Sang Anak, Ekspresi Ibunda Chandrika Chika Malah Dihujat
Adik Via Vallen Dilaporkan Polisi terkait Dugaan Penggelapan Sepeda Motor
El Rumi Sudah Kenalkan Eca Aura ke Ahmad Dhani dan Para Personel Dewa 19, Makin Serius Nih?