Singkawang, Kota Seribu Kelenteng dengan Atraksi Tatung Saat Perayaan Cap Go Meh!

Reporter : Anif Fathul Amin
Selasa, 9 Februari 2021 16:03
Singkawang, Kota Seribu Kelenteng dengan Atraksi Tatung Saat Perayaan Cap Go Meh!
Tradisi Tatung dan Cap Go Meh di Singkawang tetap dilestarikan dari masa ke masa.

Semarak kemeriahan perayaan Cap Go Meh di Kota Singkawang, mencerminkan pembauran khas antara tradisi Tionghoa dan animisme kuno. Pertunjukkan para tatung setiap hari ke 15 dalam penanggalan Imlek, selalu mengundang ribuan orang untuk menyaksikan aksi kebal para tatung di Kota Singkawang.

Kota Singkawang, berasal dari kata "San Kew Jong". Dalam bahasa Hakka, itu berarti kota di kaki gunung dekat muara laut, atau kota di antara gunung dan laut.

1 dari 4 halaman

Arak-Arakan Saat Perayaan Cap Go Meh di Singkawang © Diadona

Masyarakat Tionghoa, khususnya etnis Hakka inilah yang menyebarkan kepercayaan konfusianisme di sana. Hal ini tergambar dari banyaknya kelenteng yang tersebar di Kota Singkawang. Tak heran jika Kota Singkawang juga dijuluki dengan Kota Seribu Kelenteng.

Walaupun perayaan Cap Go Meh dirayakan di seluruh dunia, namun Cap Go Meh yang dirayakan di Singkawang, berbeda. Karena menyerap dan berasimilasi dengan budaya lokal.

Selain pawai lampion, arak-arak barongsai dan naga, terdapat juga dominasi arak-arakan tatung menuju wihara dan berkeliling kota, melakukan ritual tolak bala.

 

2 dari 4 halaman

Tatung sendiri dalam bahasa Hakka berarti orang yang dirasuki roh, dewa, leluhur dan kekuatan supranatural. Tatung atau orang yang sudah kerasukan, memiliki kekuatan supranatural, mampu melakukan pengobatan, dan pengusiran unsur-unsur jahat atau tolak bala.

Atraksi Tatung Saat Perayaan Cap Go Meh di Singkawang © Diadona

Arak-arakan tatung dalam perayaan Cap Go Meh Singkawang, setelah mendapat berkat dan restu dari wihara, ditandu berkeliling kota. Mereka berdiri di atas pedang atau paku tajam, sambil memamerkan kekebalan tubuh dengan benda-benda tajam lainnya.

3 dari 4 halaman

Atraksi Tatung Saat Perayaan Cap Go Meh di Singkawang © Diadona

Atraksi kesaktian masyarakat Dayak keturunan Tiongkok di Singkawang, memiliki cara unik saat merayakan Cap Go Meh atau perayaan pasca imlek. Para dukun yang disebut laoya atau tatung ini memamerkan ilmu kekebalan tubuh. Meski tubuh mereka ditusuk berbagai benda tajam seperti kawat, pecahan kaca hingga batangan besi, namun tidak mengeluarkan darah.

4 dari 4 halaman

Atraksi Tatung Saat Perayaan Cap Go Meh di Singkawang © Diadona

Diiringi genderang, peserta pawai mengenakan kostum gemerlap berpakaian kebesaran suku Dayak dan negeri Tiongkok di masa silam, para tatung terus mempertunjukkan kekebalan mereka, pecahan kaca pun diinjak-injak dengan kaki telanjang. Atraksi ini mengikuti tradisi Tionghoa yang berbaur dengan budaya Dayak.

Kemudian mereka berkumpul untuk melakukan sembahyang bersama Thian (langit, berarti juga Tuhan) di altar pusat perayaan Cap Go Meh Singkawang.

Sayangnya, perayaan Cap Go Meh dan Atraksi Tatung di Singkawang tahun ini tak bisa dilakukan karena sedang pandemi. Jadi mungkin vibesnya agak kurang dan akan terasa sepi. Tapi nggak papa deh yang penting kita semua sehat, dan bersyukur masih bisa merayakan Imlek walau hanya di rumah saja. Setuju nggak?

Beri Komentar