Desa Guryong, Kawasan Kumuh di Balik Kemewahan Distrik Gangnam Korea Selatan

Reporter : Bagus Prakoso
Jumat, 5 Februari 2021 18:20
Desa Guryong, Kawasan Kumuh di Balik Kemewahan Distrik Gangnam Korea Selatan
Kawasan ini sangat berbanding terbalik dengan Gangnam yang sangat mewah.

Mendengar kata Gangnam, yang tergambar di pikiran kita adalah sebuah kota gemerlap yang ada di Korea Selatan. Bisa dibilang, Gangnam merupakan distrik mewah yang ada di kota Seoul dan sangat terkenal. Kemewahan Gangnam sampai dibikin lagu yang berjudul Gangnam Style.

Namun, di balik kemewahan Gangnam, ternyata juga menyembunyikan fakta lain. Yakni Desa Guryong. Berbeda dengan kawasan Gangnam, Desa Guryong justru merupakan kawasan yang sangat kumuh yang ada di distrik Gangnam. Kok bisa? Seperti apa sih desa Guryong ini?

1 dari 2 halaman

Desa Guryong

Desa Guryong © Diadona

Desa Guryong merupakan desa yang ada di kawasan distrik Gangnam. Luasnya sekitar 30 hektare dan dihuni sekitar 2500 orang.

Bertolak belakang dengan gemerlap Gangnam, desa Guryong justru jauh dari kata layak. Bahkan kebanyakan rumah di sini hanya terbuat dari kayu. Lalu apa yang menyebabkan adanya ketimpangan sosial di tempat ini?

Melansir dari berbagai sumber, dulunya, Gangnam merupakan kawasan kumuh. Namun, setelah adanya pembangunan besar-besaran pada tahun 1980-an, Gangnam kini berubah menjadi kawasan yang sangat mewah.

Sayangnya, pembangunan secara besar-besaran ini menyebabkan penduduk harus berpindah rumah ke kawasan kumuh.

Penduduk berpenghasilan rendah ini harus mengungsi ke kawasan ini untuk melanjutkan hidupnya. Melansir dari Yonhap, sebelum pindah, mereka diiming-imingi hidup di kompleks apartemen yang mewah. Kabarnya, hingga saat ini, belum terjadi perubahan apa pun.

Mengutip dari berbagai sumber, pemerintah Korea kabarnya menawarkan harga tanah yang tak sesuai untuk pembangunan apartemen. Karena dianggap terlalu rendah, akhirnya ditolak oleh warga.

Lalu seperti apa tempat ini?

2 dari 2 halaman

Desa Guryong © Diadona

Kompleks di desa ini lebih seperti perkampungan. Rumahnya sendiri terbuat dari kayu, logam, plastik, hingga kotak karton. Meskipun begitu, terdapat juga beberapa bangunan umum seperti gereja, taman kanak-kanak dan lain sebagainya.

Ada pula fasilitas listrik dan air di sini. Namun semuanya diorganisir oleh warga sendiri.

Ternyata, penduduk di desa ini tak punya kartu penduduk sehingga sangat sulit mendapatkan fasilitas negara.

Melansir dari Bloomberg, penduduk di Desa ini rata-rata telah berusia 65 tahun. Kawasan ini tentu sangat kontras dengan bangunan pencakar langit yang ada di Gangnam.

Bagaimana menurutmu?

Beri Komentar