Mengenal Tradisi Gubuk Cinta, Budaya Cari Jodoh Unik Asal Kamboja

Reporter : Bagus Prakoso
Rabu, 13 Januari 2021 18:20
Mengenal Tradisi Gubuk Cinta, Budaya Cari Jodoh Unik Asal Kamboja
Tradisi ini dimiliki oleh suku Kreung di Kamboja.

Tiap negara pasti punya tradisi yang berbeda-beda sesuai dengan budayanya masing-masing. Budaya ini sudah tercipta secara turun temurun dari suku itu lahir.

Memiliki letak geografis dan etnis yang berbeda, terkadang beberapa negara punya tradisi-tradisi yang cukup unik. Saking uniknya, budaya itu justru dianggap nyeleneh di negara lain.

Salah satunya adalah Kamboja. Negara di Asia Tenggara ini punya tradisi yang cukup unik. Yakni tradisi Gubuk Cinta. Seperti apa sih tradisi ini?

1 dari 2 halaman

Tradisi Gubuk Cinta

Tradisi Gubuk Cinta © Diadona

Sama halnya dengan Indonesia, Kamboja juga punya berbagai macam suku. Salah satunya adalah Suku Kreung. Suku Kreong adalah suku yang berada di daerah terpencil di timur laut Kamboja. Suku ini punya tradisi yang cukup unik, yakni tradisi Gubuk Cinta.

Dalam tradisi Gubuk Cinta ini, seorang ayah akan membuatkan gubuk khusus untuk anak perempuannya. Gubuk ini digunakan anak perempuan untuk bermalam dengan seorang pria yang berbeda tiap malamnya.

Bukan tanpa alasan, hal ini dilakukan agar anak gadis menemukan cinta sejatinya.

Sang ayah akan membuatkan gubuk ketika anak gadisnya telah berusia 8-12 tahun. Hal ini untuk mendorongnya bertemu dengan anak laki-laki yang berbeda dan melakukan hubungan seksual dengan mereka.

Anak laki-laki ini akan diberi waktu untuk menghabiskan malam bersama mereka sampai anak perempuannya menemukan cinta sejati. Dengan begitu, sang gadis bisa bisa memutuskan akan menikah dengan siapa.

Mereka percaya tradisi ini merupakan cara terbaik agar gadis menemukan suami terbaik mereka. Selain itu, tradisi ini bertujuan agar seorang remaja putri bisa belajar bertanggung jawab dan hati-hati dalam urusan berhubungan badan.

2 dari 2 halaman

Minim Pelecehan

Ilustrasi Tradisi Gubuk Cinta © Diadona

Lalu, bagaimana dengan tindak kriminal seperti pemerkosaan? Ternyata, meskipun tradisi ini sangat membuka potensi adanya kejahatan seksual, ternyata mengutip dari Merdeka, kejahatan pemerkosaan cukup jarang dilakukan.

Meskipun tak bisa menunjukkan statistiknya, hukuman adat di suku Kreung ternyata cukup efektif mencegah tindak pemerkosaan. Jika seorang gadis menjalani hubungan badan atas paksaan, maka si pria akan dikenakan denda oleh tetua kampung. Seluruh hasil panen keluarganya akan diambil. Hal ini tentunya akan memberikan rasa malu bagi pemuda tersebut dan juga keluarganya.

Masih mengutip dari Merdeka, Poeun, salah seorang gadis suku Kreung mengatakan jika dia akan berteriak jika menemui seorang yang bersifat arogan.

" Banyak pemuda yang tidak baik. Beberapa dari mereka yang datang untuk menemuiku bersifat arogan. Tetapi jika mereka mencoba melakukan sesuatu yang tak aku inginkan, aku usir saja mereka dengan suara keras. Biasanya cara ini berhasil," tuturnya.