© Measure China
Dulu mungkin kosmetik lebih seirng diidentikkan dengan kebutuhan untuk event tertentu kayak kondangan, atau pekerjaan tertentu kayak model dan pekerja front office.
Nyatanya, sekarang kosmetik sudah jadi bagian dari keseharian. Pemakaian kosmetik sudah setara dengan pakaian yang apabila nggak dipakai tentu terasa nggak lengkap.
Karena semakin intensnya pemakaian kosmetik, tentu anggaran untuk kebutuhan tersebut pun jadi semakin meningkat. Terus gimana dong cara mengatur agar pengeluarannya tetap proporsional?
Dalam riset terbarunya, picodi.com mengatakan bahwa anggaran tahunan perempuan Indonesia untuk kebutuhan kosmetik adalah sebesar Rp 2.400.000,00. Dengan hitungan kasar, artinya selama sebulan perepuan Indonesia mengalokasikan setidaknya Rp 200 ribu untuk kebutuhan mempercantik diri.
Jumlah tersebut terbilang ekonomis karena berdasarkan hasil survei tersebut, faktor harga tetap menjadi alasan utama perempuan Indonesia dalam membeli kosmetik. Terbukti sebanyak 65 persen responden yang memilih karena alasan tersebut, disusul dengan merek (56 persen), bahan (38 persen), kiat ahli (27 persen), dan lain-lain.
Hal tersebut berpengaruh kepada waktu pembelian kosmetik, yang mana para perempuan Indonesia kebanyakan akan melakukan pembelian di kala ada diskon (35 persen).
Ilustrasi perempuan membeli kosmetik © indianexpress.com
Pembelian kosmetik perempuan Indonesia biasanya berkutat pada jenis make-up yang biasa digunakan sehari-hari seperti lipstik, pemoles kuku, maskara, liner bibir, blushes, dan eyeshadows.
Jika harus dimasukkan dalam susunan anggaran keuangan, sebenarnya pembelian kosmetik ini bisa digolongkan sebagai kebutuhan atau keinginan?
Beberapa mungkin mengatakannya sebagai kebutuhan, namun faktanya, berdasarkan survei lebih banyak perempuan membeli kosmetik sebagai bagian dari keinginan. Hal ini terlihat dari alasan pembelian kosmetik yang sebanayk 36 persen mengatakan bahwa mereka membeli kosmetik kapanpun saat mereka ingin.
Sementara itu, sebanyak 29 persen mengatakan bahwa mereka baru akan membeli kosmetik saat yang dimiliki sudah habis. Kelompok ke dua ini lah yang menggolongkan kosmetik sebagai kebutuhan.
Perbedaan ini sangat masuk akal karena untuk beberapa perempuan kosmetik sudah jadi bagian yang nggak bisa lepas dari keseharian, misal karena tuntutan pekerjaan. Sementara yang lainnya menempatkan kosmetik sebagai bagian dari hobi. Kapanpun diinginkan, maka saat itu lah dibeli.
Survei anggaran kosmetik © picodi.com
Jadi, pada dasarnya pembelian untuk urusan kosmetik berada di zona yang sangat abu-abu dan tidak bisa serta merta dibuat aturan terkait bagaimana cara penganggarannya. Semuanya harus disesuaikan dengan kehidupan masing-masing.
Apakah kehidupanmu sangat bergantung pada ada tidaknya kosmetik? Kalau iya, maka kosmetik adalah bagian dari pengeluaran yang perlu dimasukkan dalam anggaran kebutuhan. Jika sebaliknya, maka golongkan sebagai biaya hiburan atau lain-lain.
Berbekal LPDP, Namira Adjani Resmi Raih Gelar Magister Hukum dari UCL
Kaneishia Yusuf Lulus Cumlaude di HI UI, Bukti Karier dan Akademik Bisa Jalan Bareng
Janice Tjen Jadi Runner Up Sao Paulo Open 2025, Harapan Baru Tenis Indonesia
Plan Workout 28 Hari Mengikuti Siklus Hormon Wanita
Ultah MOP Sepi Sosok CFO, Tasya Farasya Gugat Cerai Ahmad Assegaf?
Janice Tjen Jadi Runner Up Sao Paulo Open 2025, Harapan Baru Tenis Indonesia
Ultah MOP Sepi Sosok CFO, Tasya Farasya Gugat Cerai Ahmad Assegaf?
Rumah Dijarah Ludes, Eko Patrio Terpaksa Ngontrak di Pinggiran Jakarta
Sulthon Kamil Terseret Skandal Pelecehan Seksual, Band Harum Manis Didepak Label
Kimberly Ryder Buka Suara Soal Kekasih Barunya: Sudah Kenalkan ke Anak-anak