© 2020 Https://shutterstock.com/suriyachan
Kekerasan dalam rumah tangga masih menjadi masalah yang sering terjadi di sekitar kita. Ketidak harmonisan dalam keluarga bisa dipicu oleh beragam faktor seperti faktor sosial hingga ekonomi.
Sementara itu, hal yang seringkali diabaikan oleh orang tua adalah dampak buruk yang bisa diberikan pada anak atas tindakan tersebut. Masa kanak-kanan seharusnya menjadi momen yang bahagia untuk mereka, dan nggak seharusnya mereka dihadapkan pada tekanan dan ketegangan dalam keluarga.
Sebuha penelitian menemukan bahwa tindak kekerasan pada pasangan bisa memengaruhi kesehatan anak. Bahkan tindakan tersebut bisa berimplikasi seumur hidup bagi kesehatan mereka.
Berikut informasi selengkapnya.
ilustrasi anak sedih © Shutterstock.com
Dilansir dari The Conversation, sebuah penelitian yang dilakukan oleh kelompok peneliti di Murdoch Children's Research Institute, menemukan bahwa satu dari tiga anak (dan ibu mereka) mengalami kekerasan dalam rumah tangga saat anak-anak dalam penelitian tersebut berusia sepuluh tahun. Temuan dari studi yang sama dan diterbitkan di British Medical Journal's Archives of Childhood Disorders, menunjukkan bahwa anak-anak yang terpapar kekerasan dalam rumah tangga orang tuanya pada usia sepuluh tahun, cenderung lebih mungkin untuk mengalami masalah emosional dan perilaku.
Bukan hanya kesehatan mental anak saja yang terpengaruh, tetapi kesehatan fisik dan perkembangan mereka juga bisa terkena dampaknya. Penelitian tersebut menemukan bahwa anak-anak yang melihat kekerasan terjadi dalam rumah tangga orang tuanya lebih mungkin mengalami gangguan kemampuan bahasa, masalah tidur, tekanan dahar tinggi dan asma.
Ilustrasi Anak Sedih © https://www.shutterstock.com/g/interstid
Temuan ini tentu memberikan kita gambaran tentang pentingnya kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak-anak. Hal itu lantaran keduanya memang terkait erat.
Ibu yang pernah mengalami kekerasan dari pasangan selama sepuluh tahun setelah kelahiran anak pertama cenderung tiga hingga lima kali lebih berisiko mengalami kecemasan, depresi, dan stres pasca-trauma (PTSD). Selain itu, mereka juga dua kali lebih mungkin mengalami sakit punggung dan inkontinensia.
Maka dari itu, perempuan dan anak-anak yang menjadi korban dari kekerasan rumah tangga membutuhkan dukungan untuk sembuh dan pulih dari dampak tersebut. Kemudahan akses perawatan kesehatan juga sangat dibutuhkan untuk mengatasi hal ini.
ilustrasi anak sedih © Shutterstock.com
Studi tersebut secara konsisten juga menunjukkan ada banyak hambatan yang harus dihadapi perempuan korban kekerasan rumah tangga. Beberapa di antaranya termasuk rasa malu, takut akan penilaian orang, biaya, serta ketersediaan perawatan kesehatan.
Untuk itu, kita harus memberi dukungan pada mereka untuk menghadapi kesulitan tersebut. Masyarakat, sekolah, dan layanan kesehatan memiliki peran penting dalam membina ketahanan anak dan mendukung ibu mengakses perawatan yang dibutuhkan.
Semoga informasi ini bisa membantu ya!
7 Trik Styling Rambut Biar Bentuk Wajah Kelihatan Lebih Proporsional
Janice Tjen Sabet Gelar WTA 125 Pertama dan Tembus 80 Besar Dunia
Kisah Raeni, Anak Tukang Becak yang Kini Bergelar Doktor di Inggris
Kisah Aishah Prastowo, Doktor Oxford yang Pilih Jadi Guru di Sleman
Kris Dayanti Bawa Pulang Perak dari World Kungfu Championship

Kris Dayanti Bawa Pulang Perak dari World Kungfu Championship

Kylie Jenner Debut Jadi Penyanyi, Rilis Lagu “Fourth Strike” Bareng Terror Jr

Bella Hadid Kembali ke Runway Setelah Pulih dari Lyme Disease

Setelah Vakum dan Jadi Ibu, Mahalini Siap Kembali dengan Album “Koma”

Amanda Manopo Resmi Menikah dengan Kenny Austin, Momen Haru Kursi Kosong untuk Sang Ibu Jadi Sorotan