Umrah Perdana Setelah Mualaf, Ruben Onsu Nangis Lihat Kabah dan Disapa Ramah di Madinah

Reporter : Abidah Ardelia
Rabu, 10 September 2025 11:11
Umrah Perdana Setelah Mualaf, Ruben Onsu Nangis Lihat Kabah dan Disapa Ramah di Madinah
Perjalanan umrah perdana Ruben Onsu penuh haru, dari sambutan ramah di Madinah hingga tangis saat melihat Kabah.

Ruben Onsu akhirnya menunaikan umrah perdananya setelah resmi menjadi mualaf pada Maret 2025. Ia berangkat ke Tanah Suci pada 28 Agustus 2025 bersama rombongan besar yang juga diikuti timnya sendiri.

Sepulangnya ke tanah air, Ruben membagikan pengalaman spiritualnya lewat acara Brownis pada Selasa (9/9/2025).

Presenter berusia 42 tahun itu mengaku banyak mengalami momen tak terduga sekaligus menghangatkan hati, mulai dari sambutan ramah di Madinah hingga rasa haru ketika pertama kali menatap Kabah dan berhasil mencium Hajar Aswad.

Semua perasaan itu ia rangkum singkat namun dalam, “Bahagia, sesuatu yang gak bisa diceritakan.”

Disambut Hangat di Madinah

Madinah menjadi kota yang paling membekas di hati Ruben. Ia berkisah betapa seringnya disapa dan diberi salam oleh orang-orang yang bahkan tidak mengenalnya.

Ia menuturkan dengan jujur, “Kalau yang paling berkesan tuh ini di Madinah, ya,” lalu menambahkan, “Gue kan enggak kenal semuanya. Kalau orang Indonesia kita pasti kenal.” Di tempat semua orang datang dari berbagai negara, ia merasa seperti didatangi kebaikan yang datang begitu saja.

Ruben menggambarkan suasana itu makin detail. “Tapi ini kan orang-orang Arab di situ ya atau siapapun yang lagi salat di Madinah itu.” Ia mengaku tim yang menemaninya juga melihat bagaimana orang-orang justru menyalami dirinya terlebih dulu. “Misalnya nih gue nih orang-orang gue tuh yang pada nemenin gue ya kan tim gue pasti yang disalamin tuh gue.”

Bahkan yang membuatnya terharu, setiap orang yang ditemuinya, mulai dari OB hingga para ulama, selalu menyapa ramah. Ruben menceritakan bagaimana ia sering mendapat salam hangat, “‘Assalamualaikum’.”

1 dari 3 halaman

Semua Terasa Dimudahkan

Ruben juga mengaku perjalanan ibadahnya terasa lancar dari awal sampai akhir. “ Semuanya dimudahkan sama Allah SWT dari mulai jalan sampai menjalani ibadah di sana.” Meski tidak ada yang mengenal dirinya, ia merasa seperti diarahkan dan dibantu.

“ Di sana kan semua orang berkumpul ya dari berbagai negara, jadi enggak ada yang kenal sama gue, tapi enggak tahu kenapa ada aja orang yang menyapa dan memudahkan gue.” Ia melanjutkan, “ Di sana rasa sepi gue dijawab sama Allah, mereka semua yang ketemu gue mengucapkan salam. Gue juga merasa seperti dilayani.”

Ada satu momen sepele tetapi membekas. “ Mau minum air zam-zam tiba-tiba ada orang yang kasih, gue gak dikasih pencet (keran), dan begitu terus. Padahal dia gak kenal gue, itu bukan dari Indonesia.”

Saat doa dan salat, suasana batinnya pun terbuka lebar. “ Waktu gue salat berdoanya sampai menangis, dan ada orang mana begitu, sampai samperin gue dia tanya ke gue apakah baik-baik saja. Gue jawab 'ya, gak apa-apa kok, baik saja'. Sampai begitunya ya perhatiannya Allah sama gue.”

Takjub Melihat Kabah dan Mencium Hajar Aswad

Pertemuan pertama dengan Kabah menjadi puncak rasa haru Ruben. Ia hanya bisa menggambarkannya dengan kalimat sederhana, “ Gak bisa berkedip.”

Saat itu, doa mengalir deras tanpa bisa dibendung. “ Ya Allah, hamba di sini pasti karena engkau yang mau, nggak tau bagaimana kerinduannya,” ujarnya penuh rasa syukur.

Kesempatan mencium Hajar Aswad pun ia dapatkan, bahkan sampai tiga kali. “ Alhamdulillah iya (cium Hajar Aswad),” ucapnya. Ia percaya dengan niat yang tulus, Allah selalu memberikan jalan.

2 dari 3 halaman

Melihat Sosok yang Mirip Olga Syahputra dan Julia Perez

Di Makkah, pengalaman emosional lain hadir di sela tawaf dan sa’i. Ruben menyebut melihat sosok yang sangat mirip dua sahabat lamanya yang telah tiada. Ia bercerita dengan mata yang berkaca-kaca.

“ Jadi gue melihat kayak Olga begitu, lihat dia lagi tawaf, gue lihat, gue yakin itu dia. Enggak mungkin enggak. Karena dia melirik gue, gue melihat dia,” katanya.

Ia mencoba menalar perasaannya, “ Senang hati tapi mungkin ini ya yang kadang-kadang kita suka dipertemukan begitu dengan yang mirip, sama persis,” lalu menambahkan, “ Terus dia senyum, ada caling-calingnya juga giginya dia. Gue yakin dia, dalam hati gue.”

Saat menjalani sa’i, kenangan tentang Jupe ikut menyeruak. “ Terus habis itu kan sa'i, nah kan ada orang yang pakai kursi roda tuh. Itu gue ingat banget, itu Jupe.”

Momen itu berlanjut hingga ke dalam mimpi. “ Tidurlah gue, gue capek, cuman ngebatin dalam hati, 'Kalau itu emang lo, coba lo datangi gue lewat mimpi, coba benar enggak' Dalam hati itu gue ucap,” katanya.

“ Mimpi gue ternyata. Jadi (di dalam mimpi) kita lagi mau salat, di depan pintu pas mau masuk, dia sudah tungguin, bilang 'lama banget lu gue tungguin lu di sini'. Gue langsung terbangun.”

Dari sana ia menyimpulkan pelajaran sederhana, “ Ya Allah yang kadang yang enggak kita minta pun Allah kasih lebih begitu kan, jadi sabar itu benar-benar dilatih di sana, harus desak-desakan dan sebagainya, tapi kalau lu fokus sama apa yang lu baca, ya alhamdulillahnya bisa lewatin.”

3 dari 3 halaman

Gagal Haji Tahun Ini Lalu Memilih Umrah

Sebelum umrah, Ruben sempat merencanakan berangkat haji. Hanya saja, visa haji furodha tidak terbit.

Alih-alih kecewa, ia mengalihkan langkah ke umrah. Soal rencana keberangkatan, ia sempat bergurau saat ditanya oleh Rizky Billar. “ Koh Ruben ada rencana umrah Kapan” tanya Billar.

Ruben menimpali dengan gaya santainya, “ Ya lu kapan Pokoknya gue yang nggak bareng lu deh.” Ia menambahkan, “ Kalau sama dede (Lesti Kejora) gue oke.”

Akhirnya, ia bergabung dengan rombongan sekitar empat puluh orang yang di dalamnya ada belasan anggota timnya.

Ia sering berkonsultasi dengan sahabatnya, Ivan Gunawan, mulai dari pertanyaan teknis sampai urusan bekal. Malam-malam pun ia masih kerap menghubungi Igun demi memastikan semua persiapan dan tata laksana ibadahnya tepat.

Walau perjalanannya terbilang singkat, Ruben mengaku puas dan justru makin rindu untuk kembali. Keramahan orang-orang, kesempatan berdoa di tempat suci, sampai perasaan damai yang susah dijelaskan, semuanya bercampur jadi satu.

Ia menatap perjalanan spiritual ini sebagai hadiah setelah gagal berangkat haji di tahun yang sama. Dan untuk saat ini, satu kalimat yang rasanya paling pas menggambarkan suasananya masih sama seperti yang ia ucapkan di awal, “ Bahagia, sesuatu yang gak bisa diceritakan.”

 

Beri Komentar