Kisah Inspiratif Bu Berta, Susuri Hutan Lebat Belasan Tahun untuk Mengajar

Reporter : M. A. Adam Ramadhan
Senin, 2 November 2020 14:43
Kisah Inspiratif Bu Berta, Susuri Hutan Lebat Belasan Tahun untuk Mengajar
Penuh perjuangan seorang guru ini.

Guru adalah orang yang begitu mulia. Ia bekerja tak semata-mata untuk dirinya sendiri, tapi demi anak-anak yang ia didik, demi kecerdasan bangsa. Makanya, nggak heran jika ada sebutan 'Guru Pahlawan Tanpa Tanda Jasa'. Kalian ada yang seorang guru di sini?

1 dari 4 halaman

Sebagai contoh adalah guru di Samarinda, Kalimantan Timur ini. Namanya adalah Bu Berta Bua'dera. Melansir dari Kompas.com, pukul 03.30 WITA, Bu Berta sudah bangun untuk menyiapkan makanan sarapan untuk ke sekolah dan juga bekal makan siangnya.

Ia pun mandi dan sekitar pukul 04.30 Wita, Bu Berta sudah meninggalkan rumah. Sementara sang suami, Yusuf, belum bangun jam segitu. Paling pukul 06.00 Wita.

Bu Berta berangkat pagi-pagi sekali karena ia harus berjalan menyusuri hutan untuk pergi ke sekolah. Jaraknya pun tak dekat, cukup jauh. Sekitar 5 km, Bu Berta harus berjalan sendiri di dalam kesunyian hutan lebat.

" Setiap hari saya begini, jalan kaki lima kilo menuju sekolah bawa bekal," ungkap Berta.

 

2 dari 4 halaman

Bu Berta setiap hari harus menaiki dan menuruni lembah. Setiap hari pula ia melewati jalan setapak di kebun, dan rumah-rumah kayu milik para petani. Bu Berta harus benar-benar hati, karena bisa-bisa ia jatuh. Belum lagi dengan hewan buas di tengah perjalanan, misalnya saja ular Kobra.

" Monyet paling sering ketemu. Orangutan dan ular jarang-jarang, tapi ular di sini rata-rata berbahaya, ular kobra. Tapi syukur sejauh ini saya aman saja."

Bu Berta mengajar 3 kelas, yaitu kelas I, II, dan tiga. Sementara kelas lainnya diajarkan oleh Herpina (27). Di sekolahnya, ya hanya ada mereka berdua yang mengajar, sementara terdapat 17 murid.

3 dari 4 halaman

Bangunan sekolahnya pun auh dari kesan layak. Seng atapnya penuh karat, keramik dan pondasi gedung banyak yang retak. Padahal, bangunan ini adalah satu-satunya bangunan beton di kampung tersebut selama 25 tahun, namanya adalah SD Fillial.

Pada tahun 2017, ada seorang warga yang berbaik hati. Ia menawarkan Bu Berta dan suaminya untuk tinggal di pondok yang tak jauh dari sekolah, agar tak perlu jalan kaki jauh sekali.

" Dia kasian lihat saya jalan kaki," ungkap Berta.

Ya, meskipun masih terbilang jauh, yaitu masih satu kilo lebih, tapi itu masih lebih baik daripada harus berjalan kaki sejauh 5 kilo.

Perjalanannya menjadi seorang guru pun tidaklah sebentar. Ia sudah mengajar 11 tahu, dimulai pada tahun 2009 dengan gaji pertamanya sebesar Rp 150.000. Kini, gajinya sebagai guru honorer pun sebesar Rp 1.000.000

 

Beri Komentar