© Shutterstock.com/g/Estrada Anton
Disadari atau tidak, manusia belajar untuk berteman dan berbagi sejak usianya masih muda. Maka nggak mengherankan, jika persahabatan menjadi semakin penting seiring bertambahnya usia.
Melansir dari Time.com, kualitas pertemanan menjadi prediktor kesejahteraan yang bahkan lebih kuat daripada hubungan keluarga. Bisa dibilang, komunikasi dengan teman adalah sangat penting. Namun, apa jadinya jika hubungan tersebut berakhir secara tiba-tiba?
Seorang terapis klinis bernama Miriam Kirmayer menyebutkan jika menjalani hubungan persahabatan nggak selamanya mudah, bahkan bagi orang dewasa. Jatuh bangun dalam hubungan pertemanan yang berakhir dengan putusnya persahabatan bisa terasa lebih buruk daripada patah hati.
" Kita cenderung berpikir tentang putusnya pertemanan terjadi karena pengkhianatan besar, ini bisa menciptakan situasi di mana kita akhirnya bisa merasa terluka. Kita benar-benar tidak tahu seperti apa (perpisahan persahabatan) seharusnya terlihat," ujar Kirmayer.
Ilustrasi Putus Cinta © shutterstock.com/g/irasi
Dalam hubungan asmara romantis, perpisahan selalu ditutup secara 'resmi'. Meski terasa menyakitkan, ada perbincangan terbuka yang melibatkan dua belah pihak mengenai hubungan yang berakhir.
Sayangnya, hal semacam ini nggak bisa diterapkan dalam hubungan pertemanan. Kondisi inilah yang membuat berakhirnya hubungan pertemanan akan terasa lebih sulit dan membingungkan.
Marni Feuerman, seorang psikoterapis di Florida menjelaskan bahwa, ada perbedaan utama antara persahabatan dan hubungan romantis. Hal ini berkaitan dengan ekspektasi yang ditaruh dalam hubungan tersebut.
Dalam hubungan romantis, kita berekspektasi mengenai status hubungan yang kian meningkat atau serius. Tapi dalam hubungan pertemanan, tidak ada ekspektasi yang bisa dipasang. Alhasil, ketika hubungan pertemanan berakhir, maka sulit untuk memproses tindakan apa yang perlu diambil usai perpisahan.
Ilustrasi Bertengkar dengan Teman © shutterstock.com/g/Dragon Images
Dalam hubungan pertemanan, kita cenderung tidak mengkomunikasikan ekspektasi atau keinginan apa yang ingin diraih dalam hubungan tersebut. Hal ini kadang membuat salah satu pihak merasa pertemanan itu tidak berfungsi, sehingga hubungan itu akan dibiarkan berakhir secara alami.
Menurut Feuerman, kurangnya komunikasi jadi salah satu penyebab berakhirnya hubungan pertemanan. Hal tersebut menimbulkan perasaan tersakiti bagi salah satu pihak, dan meninggalkan perasaan bertanya-tanya bagi pihak lainnya tentang adakah kesalahan yang dibuatnya.
Nggak heran deh kalau putusnya hubungan pertemanan meninggalkan perasaan yang membingungkan sekaligus menyakitkan. So, jaga baik-baik pertemanan yang kalian bina ya~
Makanan yang Sebaiknya Dihindari Penderita Rematik, Biar Sendi Nggak Cepat Nyeri
Amanda Rawles Resmi Lulus dari Macquarie University Sydney
5 Bahaya Smoothing Rambut Sendiri di Rumah yang Jarang Diketahui
Vina Sitorus Tampil Bagaikan Nyi Roro Kidul di Miss Grand International 2025
5 Produk Eye Care yang Sebenarnya Gak Perlu-Perlu Amat, Sebaiknya Gak Perlu Beli!
Kylie Jenner Debut Jadi Penyanyi, Rilis Lagu “Fourth Strike” Bareng Terror Jr
Bella Hadid Kembali ke Runway Setelah Pulih dari Lyme Disease
Setelah Vakum dan Jadi Ibu, Mahalini Siap Kembali dengan Album “Koma”
Amanda Manopo Resmi Menikah dengan Kenny Austin, Momen Haru Kursi Kosong untuk Sang Ibu Jadi Sorotan