Keseringan Marahin Suami Bikin Anak Jadi Ikutan, Gimana ya Ngatasinya?

Reporter : Audila Rima Ndani
Kamis, 23 Juli 2020 06:37
Keseringan Marahin Suami Bikin Anak Jadi Ikutan, Gimana ya Ngatasinya?
Jangan panik, ada solusinya kok Moms!

Kehidupan rumah tangga tentu penuh dengan lika-liku. Hampir setiap hari rasanya ada saja masalah yang dihadapi oleh pasangan dan harus mereka selesaikan.

Sebagai istri, kalau sudah emosi pasti kita kadang nggak sadar juga kalau lagi marah-marah. Seringkali kita nggak lihat-lihat situasi dan langsung saja marahin suami di depan anak sendiri.

Yang bahaya justru kalau anak sering melihat hal itu. Seperti yang harusnya sudah kita pahami bersama, anak-anak akan lebih banyak meniru kebiasaan yang dilakukan dari orangtuanya.

Lantas kalau anak jadi ikutan niru suka marah ke suami kita, harus gimana dong?

1 dari 5 halaman

Ilustrasi Pasangan Bertengkar © Diadona

Dilansir dari Times of India, seorang ibu membagikan curhatannya tentang sang anak yang mulai ikut-ikutan ngejek suaminya. Dia bercerita bahwa sang suami memang nggak menghabiskan cukup waktu untuk anak-anak dan selalu sibuk bekerja.

Si ibu pun sering memarahi suaminya karena hal itu. Siapa sangka anak perempuannya yang berumur 11 tahun justru mulai ikutan memarahi sang ayah.

Si anak juga menuduh ayahnya nggak punya banyak waktu untuk keluarga. Melihat hal itu, si ibu pun merasa sedikit bersalah karena sepertinya anaknya mengikuti apa yang dia lakukan pada sang suami.

2 dari 5 halaman

Ilustrasi Pasangan Bertengkar © Diadona

Curhatan ibu itu kemudian ditanggapi oleh dr. Ishita Mukerji, Psikolog Senior, Kaleidoskop, pusat kesehatan mental di India. Dia mengatakan bahwa waktu merupakan kendala utama bagi mereka yang punya kesibukan di dunia kerja.

Tapi meski begitu, orang tua seharusnya berusaha yang terbaik untuk menebus waktu-waktu yang telah hilang di tempat kerja dengan meluangkan waktu lebih untuk anak. Nggak perlu ragu, setiap anak memang membutuhkan waktu berkualitas dengan orang tua mereka.

Mungkin kedengarannya sepele, tapi sebenarnya meluangkan waktu dengan anak memiliki efek positif pada petumbuhan mereka bahkan dalam hal prestasi akademik, perilaku, hingga kesejahteraan emosional mereka. Hal ini bukanlah tentang jumlah jam tetapi bagaimana kita bisa memanfaatkan waktu yang terbatas dan menjadikannya sebagai momen yang penting.

3 dari 5 halaman

Ilustrasi Keluarga © Diadona

Sementara dr. Ishita juga memberikan nasehat pada si ibu. Sebagai seorang istri, dia juga perlu memahami bahwa suaminya telah berusaha yang terbaik untuk memberikan keluarga mereka kehidupan terbaik. Bekerja juga merupakan salah satu cara bagi seorang ayah untuk menunjukkan cinta mereka.

Sebaiknya kita juga harus menghargai usaha suami dan menyampaikan perjuangan ayahnya pada anak-anak kita. Sekalipun suami kita nggak punya cukup banyak waktu untuk keluarga, kita harus menghabiskan waktu yang sedikit itu dengan sebaik-baiknya.

dr. Ishita menyarankan agar kita memanfaatkan waktu-waktu singkat seperti makan malam atau sebelum tidur untuk mengembalikan energi suami dengan kasih sayang dan perhatian. Membiasakan hal ini bisa mendorong suami untuk mulai mengatur waktu bagi keluarga di tengah kesibukan.

4 dari 5 halaman

Ilustrasi keluarga © Diadona

Selanjutnya, dr. Ishita mengatakan bahwa seharusnya ibu nggak boleh mendiskusikan masalah hubungan dengan anak-anak yang masih kecil. Tanpa kita sadari, tindakan itu justru akan membuat mereka memiliki kesan negatif tentang hubungan dan pernikahan. Di masa depan, anak bisa saja menggunakan kesan negatif tersebut dalam hubungan yang mereka jalani.

Untuk itu, dr. Ishita memberikan beberapa kegiatan kecil yang bisa dilakukan ayah dan ibu untuk mengembalikan kepercayaan anak mereka. Beberapa hal berikut akan membuat anak merasa bahwa kedua orangtuanya sama-sama berusaha untuk menghabiskan waktu dengannya.

5 dari 5 halaman

ilustrasi keluarga bahagia © Diadona

1. Habiskan 1 jam waktu berkualitas bersama anak setiap hari.

2. Buat ritual harian untuk keluarga. Seperti, menonton acara TV bersama atau membaca buku favoritnya.

3. Beri tahu anak bahwa ibu dan ayahnya sangat menyayanginya dan apa arti keberadaan mereka bagi kita.

4. Kita bisa membeli beberapa hadiah dan meminta suami untuk memberikannya pada anak secara pribadi. Usaha dan bantuan yang dilakukan satu sama lain oleh ayah dan ibu akan membantu anak merasa lebih dicintai dan diperhatikan.

5. Menciptakan lingkungan yang positif tanpa keluhan, karena berbicara negatif dapat menciptakan kesan jangka panjang dalam benak anak tentang ayahnya.

6. Jauhkan handphone ketika keluarga sedang menghabiskan waktu bersama.

7. Menghormati suami dan menghargai sedikit waktu yang telah didapatkan.

Semoga cara-cara ini bisa membantu kita ya, Moms!

Beri Komentar