Peringati Hari Anak Nasional, 10 Film Indonesia Bertema Pendidikan Ini Perlu Kamu Tonton

Reporter : Firstyo M.D.
Kamis, 23 Juli 2020 16:40
Peringati Hari Anak Nasional, 10 Film Indonesia Bertema Pendidikan Ini Perlu Kamu Tonton
Menilik kondisi pendidikan Indonesia di hari anak nasional lewat film.

Hari ini (23/7) diperingati sebagai hari anak nasional.

Ada banyak cara untuk merayakannya, menonton film yang berhubungan dengan pendidikan anak adalah salah satu di antaranya. Tak hanya menghibur, namun kita juga akan mendapatkan banyak inspirasi setelah menontonnya.

Berikut ini adalah 10 judul film Indonesia bertemakan pendidikan yang telah Diadona susun berdasarkan tahun rilisnya.

1 dari 11 halaman

Denias, Senandung di Atas Awan (2006)

Film yang menceritakan tentang anak Papua bernama Denias (Albert Fakdawer) yang tinggal di kaki pegunungan Jayawijaya. Ia menempuh pendidikan di sebuah sekolah berupa pondok yang terletak di atas bukit.

Meskipun tak mudah, Denias tetap berjuang menyelesaikan pendidikannya, mengikuti pesan yang disampaikan sang ibu sebelum meninggal. Pak Guru (Mathias Muchus) juga terus mendorongnya untuk melanjutkan pendidikan karena ia merasa Denias adalah anak yang potensial.

Pertemuan dengan Maleo (Ari Sihasale), seorang tentara, menghadirkan secercah harapan untuk pendidikan Denias setelah ia menawarkan untuk memindahkannya ke sekolah yang lebih bagus.

2 dari 11 halaman

Laskar Pelangi (2008)

Diangkat dari buku best seller karya penulis Andrea Hirata, 'Laskar Pelangi' menceritakan tentang kehidupan sepuluh orang siswa dari sebuah sekolah miskin, SD Muhammadiyah Gantong, Belitong.

Perjuangan kesepuluh anak tersebut bersama Bu Muslimah (Cut Mini) dan Pak Harfan (Ikranagara) berlangsung dengan tidak mudah karena fasilitas sekolah yang serba terbatas.

Tantangan dalam menempuh pendidikan itu harus berpadu dengan kesulitan hidup masing-masing dari para siswa; Ikal (Zulfanny), Lintang (Ferdian), Mahar (Verrys Yamarno), dan teman-temannya.

3 dari 11 halaman

Alangkah Lucunya Negeri Ini (2010)

Muluk (Reza Rahadian) adalah seorang sarjana S1 manajemen yang sudah dua tahun menganggur sejak kelulusannya.

Di tengah kondisi sulit mencari pekerjaan, Muluk bertemu dengan seorang pencopet bernama Komet (Angga Putra). Komet pun membawa Muluk bertemu dengan anggota kelompok pencopetnya yang masih berusia anak-anak dan dipimpin oleh ketua pencopet bernama Jarot (Tio Pakusadewo).

Muluk menganggap kondisi tersebut sebagai sebuah peluang. Ia menawarkan perjanjian untuk memberi pendidikan pada para pencopet cilik tersebut. Sebagai upahnya, ia meminta bagian 10 persen dari hasil copetan.

4 dari 11 halaman

Serdadu Kumbang (2011)

Menceritakan kehidupan Amek, seorang siswa SDN 08 yang tidak lulus ujian nasional. Memiliki sifat yang jahil, prestasi Amek sangat berbanding terbalik dengan sang kakak, Minun, yang termasuk siswa berprestasi di SMP-nya.

Di balik kejahilannya, Amek menyimpan sebuah perasaan tidak percaya diri. Akibat kondisi bibirnya yang sumbing, Amek sampai merasa bahwa dirinya tidak pantas bercita-cita. Untuk sekedar menuliskan cita-citanya dan menggantungkan di pohon cita-cita, sebuah pohon di dekat desa tempat tinggalnya, saja Amek tidak pede.

Film ini mengisahkan perjuangan Amek dalam menepuh pendidikan, menyeimbangkan kehidupan keluarga, serta meraih cita-cita.

5 dari 11 halaman

Negeri Lima Menara (2012)

Film adaptasi buku berjudul serupa yang ditulis oleh Ahmad Fuadi. 'Negeri Lima Menara' mengisahkan kehidupan enam sahabat dari enam daerah berbeda yang menuntut ilmu di Pondok Madani, sebuah pesantren di Ponorogo, Jawa Timur.

Kerap berkumpul di bawah menara masjid, Alif, Raja, Said, Dulmajid, Atang, dan Baso pun berjanji untuk mengejar cita-cita berkunjung ke negara impian masing-masing.

6 dari 11 halaman

Di Timur Matahari (2012)

Lagi-lagi sebuah film yang menceritakan tentang potret pendidikan di pulau paling timur Indonesia, Papua.

Mazmur, Thomas, dan teman-temannya merupakan anak-anak yang haus akan pendidikan, tak peduli dengan kondisi mereka yang tinggal di daerah pedalaman.

Kisah perjuangan mereka menempuh pendidikan semakin rumit kala konflik antar kampung pecah, membuat Mazmur dan kawan-kawannya juga harus berusaha mendamaikan kedua kampung yang terlibat.

7 dari 11 halaman

Tanah Surga Katanya (2012)

Berkisah tentang Hasyim, mantan sukarelawan Konfrontasi Indonesia Malaysia di tahun 1965 yang hidup menduda setelah meninggalnya sang istri. Ia tinggal bersama putra tunggalnya, Haris yang juga hidup menduda, dan dua orang cucunya, Salman dan Salina. Mereka hidup dalam kondisi ekonomi yang kekurangan.

Kehadiran Astuti, seorang guru dari kota, dan dr. Anwar, seorang dokter muda, membuat Salman dan Salina gembira karena akhirnya bisa mendapatkan fasilitas pendidikan dan kesehatan di tempat tinggalnya, sebuah desa di perbatasan Indonesia-Malaysia.

Konflik hadir setelah Hasyim mengetahui bahwa Haris, yang bekerja di Malaysia, menikahi perempuan setempat. Nasionalise Hasyim berbenturan dengan keinginan Haris untuk mengubah nasib di tanah yang menurutnya lebih menjanjikan.

8 dari 11 halaman

Sokola Rimba (2013)

Diangkat dari kisah nyata Butet Manurung (Prisia Nasution), seorang pekerja di lembaga konservasi wilayah Jambi.

Butet memutuskan untuk mengejar impiannya mengajarkan baca, tulis, hitung kepada anak-anak Suku Anak Dalam yang dikenal sebagai Orang Rimba, masyarakat yang mendiami hulu sungai Makekal di hutan bukit Duabelas.

Butet harus menempuh waktu tujuh jam untuk sampai ke lokasi ia mengajar. Namun semangat Butet untuk mencerdaskan anak-anak Suku Anak Dalam tak surut begitu saja. Ia terus berjuang mewujudkan cita-cita mulia tersebut.

9 dari 11 halaman

Sepatu Dahlan (2014)

Film adaptasi novel berjudul sama. 'Sepatu Dahlan' mengisahkan kehidupan masa kecil Dahlan Iskan yang serba kekurangan.

Lahir di keluarga miskin, Dahlan harus menempuh jarak puluhan kilometer, berjalan dengan bertelanjang kaki untuk sampai di pesantren Takeran.

Keinginan Dahlan untuk memiliki sepatu harus berbenturan dengan kenyataan ibunya yang jatuh sakit karena bekerja terlalu keras. Belum lagi ia harus menjaga adiknya selagi mengejar impian.

10 dari 11 halaman

Jembatan Pensil (2017)

Berlatar belakang di sebuah Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara, 'Jembatan Pensil' bercerita tentang perjuangan Inal, Nia, Aska, Yanti, dan Ondeng untuk menempuh pendidikan di sebuah sekolah gratis.

Kehidupan yang penuh keterbatasan dan berbagai kendala mereka hadapi, salah satunya jarak tempuh yang sangat jauh untuk menuju ke sekolah. Bahkan untuk mencapai sekolah mereka harus melewati sungai, gunung, dan pesisir pantai.

Kesulitan itu bertambah setelah jembatan yang selalu mereka lintasi saat berangkat sekolah roboh. Di tengah keterbatasan, Ondeng dan kawan-kawannya berjuang untuk mendirikan kembali jembatan tersebut demi menyambung cita-cita.

Beri Komentar