Kisah Pilu Pengurus Jenazah Covid-19, Rela Hidup Sendiri di Tangki Air hingga Tak Dibayar

Reporter : M. A. Adam Ramadhan
Rabu, 24 Juni 2020 12:27
Kisah Pilu Pengurus Jenazah Covid-19, Rela Hidup Sendiri di Tangki Air hingga Tak Dibayar
Ya ampun, semoga sehat selalu ya!

Pengurusan jenazah juga bisa disebut dengan pemulasaran jenazah. Mulai dari perawatan saat setelah seseorang meninggal di ruangan, memandikan, hingga mengkafani pasien sesuai standar Rumah Sakit Umum Negara.

Memang, tak mudah memang menjadi pengurus jenazah. Apalagi jika menjadi pengurus jenazah Covid-19.

1 dari 5 halaman

Di Kudus, Jawa Tengah, melansir dari Kompas.com, ada orang-orang yang bisa dijadikan teladan. Tapi, di satu sisi begitu memilukan. Di saat semua orang takut terharap virus corona, ada orang-orang yang rela mengambil risiko ini. Apalagi tak mendapatkan sepeser uangpun, di saat orang-orang lain sangat membutuhkan uang.

Seperti Kristanto Eko Wibowo (39). Ia mengaku, apa yang dilakukannya ini demi kebaikan bersama. " Semua demi harapan yang baik agar virus corona segera musnah dari bumi. Terserah orang mau bilang apa, kami ikhlas kok. Kalaupun ada uluran tangan dari pemerintah, kami akan lebih bersyukur.

Kristanto tidak sendiri, ada rekannya yang lain juga yang membantu mengurus jenazah covid-19. Ditambah lagi, Kristanto memenuhi hidup dirinya dan keluarga hanya sebagai pekerja serabutan.

2 dari 5 halaman

" Takut tertular sih pasti, namun kekhawatiran itu hilang karena rasa ingin membantu menolong sesama. Meski tim pemulasaran jenazah tak dibayar, Alhamdulillah saya bisa mencukupi kebutuhan keluarga dengan kerja serabotan," tambahnya.

Menurut Kristanto, alasannya kenapa ia rela tak dibayar melakukan hal tersebut adalah karena panggilan hati. Sejak duduk di bangku SMA, Kristanto sudah aktif menjadi relawan di berbagai kegiatan.

" Hingga akhirnya saya terpanggil menjadi relawan pemulasaran jenazah Covid-19 ketika banyak rumah sakit yang kesulitan menanganinya. Banyak yang takut dengan pekerjaan ini. Yang paling menyedihkan saat tidak ada tim dari desa yang ikut membantu di kuburan, sehingga haru sendiri yang menghuruk."

3 dari 5 halaman

Karena dirinya hidup berdekatan dengan jenazah Covid-19, Kristanto pun dengan sadar diri tak mau dekat dengan orang-orang, bahkan keluarga kecilnya di rumah. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengisolasi mandiri di dalam tangki air besar yan ada di kantor BPBD Kudus.

" Inisiatif sendiri daripada membawa penyakit untuk anak, istri, dan orangtua. Saya pun lebih banyak tidur di toren atau tangki kosong berukuran besar di BPBD Kudus. Selama 28 hari, hampir tak pulang."

4 dari 5 halaman

Di samping itu, Kepala Pelaksana BPDP Kabupaten Kudus Begars Catursasi Penanggunangan membenarkan bahwa Kristanto dan juga rekan-rekannya murni tak dibayar, karena mereka adalah relawan.

" Kasihan memang, tapi mereka adalah relawan yang berjiwa sosial tinggi. Umumnya sudah memiliki pekerjaan lain seperti buruh," jelas Bergas.

Ternyata tak hanya jenazah positif Covid-19, PDP dan lainnya pun juga diurus oleh Kristanto dan rekan-rekannya.

Beri Komentar