Kisah Haru Guru Elin, Tetap Ikhlas Mengajar di Perbatasan Indonesia Meski Gaji 2 Tahun Belum Dibayar

Reporter : Devi Puspitasari
Rabu, 9 September 2020 09:30
Kisah Haru Guru Elin, Tetap Ikhlas Mengajar di Perbatasan Indonesia Meski Gaji 2 Tahun Belum Dibayar
Sejak tahn 2018 guru Elin belum menerima gajinya.

Mengabdi demi mencerdaskan anak bangsa kali ini datang dari seorang guru wanita bernama Elin. Guru honorer berusia 28 tahun ini sudah lima tahun mengabdi di SMP Budi Luhur Sebakis, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.

Mirisnya, sudah dua tahun ini gaji Elin belum juga dibayar. Meski begitu, hal ini nggak menyurutkan niat Elin untuk tetap mengajar muridnya yang ada di daerah perbatasan Indonesia - Malaysia ini.

1 dari 8 halaman

Melansir dari kompas.com, suami Elin Yudha, sebelumnya sempat mengeluhkan kondisi istrinya di media sosial. Meski sudah mengabdi selama lima tahun, guru ini tak pernah menerima gaji layaknya guru honorer lainnya.

Apalagi saat ini kondisi Elin sedang hamil muda yang sering membuatnya pusing dan mual. Meski bisa dikatakan tak menerima gaji yang layak, hal ini nggak mengendurkan semangatnya untuk mencerdaskan anak bangsa.

2 dari 8 halaman

Kasihan dengan Keadaan Murid

Ia hanya ingin melihat anak-anak yang berada di daerah perbatasan ini terdidik dan memiliki daya saing meski berada dalam keterbatasan dan terkendala letak geografis.

Elin juga mengaku merasa kasihan pada mereka karena nggal ada guru yang mengajar di sekolah itu meski sebenarnya sang suami berulang kali menyarankannya berhenti.

" Dia selalu bilang kasihan, kan tidak ada gurunya di sekolah ini, kebetulan rumah kami dekat sekolah," kata Yudha ayang dilansir dari Kompas.

3 dari 8 halaman

Ruang kelas di SMP Budi Luhur © Diadona

Dua tahun belakangan ini, hanya tersisa dua guru di SMP Budi Luhur yakni Elin dan sang kepala sekolah, Sugeng. Keadaan sekolah tempat Elin mengajar ini juga bisa dikatakan memprihatinkan.

Plafon gedung banyak yang bolong, tiang penyangga lapuk, tembok gedung yang terbuat dari papan juga terlihat rusak di beberapa bagian.

Karena tenaga pendidik yang terbatas, sistem pembelajaran di sekolah ini dilakukan secara rapel. Elin akan memberikan materi untuk kelas VII, kemudian ia berpindah ke kelas VIII. Hal ini juga berlaku pada kelas IX.

4 dari 8 halaman

Mengajar sambil Kuliah

Sebelumnya, SMP Budi Luhur ini memiliki delapan orang guru. Karena adanya masalah pembayaran, akhirnya mereka pindah.

Tak hanya menjadi guru, Elin saat ini juga sedang menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Ibnu Khaldun, Pulau Sebatik.

Saat ia ujian atau ada kegiatan kampus, Elin biasanya harus menginap seminggu di Pulau Sebatik dan otomatis sekolah akan kosong karena nggak ada yang mengajar.

5 dari 8 halaman

" Sambil ujian dia buatkan materi, catat-catat dan dikirimkan ke muridnya, seperti itu terus," ucap Yudha.

Melihat keadaan sang istri, sebenarnya Yudha merasa kasihan dan pernah menyarankan Elin untuk berhenti mengajar saja. Meski begitu, ia tak bisa memaksa sang istri karena menurutnya Elin seakan menemukan dunianya saat bersama anak didiknya.

Yudha hanya bisa mendukung tekad Elin dengan giat berdagang. Uang itu yang ia gunakan untuk mencukupi kebutuhan dan biaya kuliah istrinya.

6 dari 8 halaman

Sudah Nggak Menerima Gaji selama Dua Tahun

Ilustrasi Uang © Diadona

Pria ini mengatakan bila istrinya sudah dua tahun tak menerima gaji. Elin sendiri menerima gaji sebesar Rp. 2 juta per tahunnya. Itu pun dibayar per tahun.

" Ia terima gaji terakhir sekitar 2018, jadi gajinya dibayar per tahun, itu sekitar dua juta, itu gaji setahun dan sampai sekarang tak lagi dia dapat," imbuhnya.

Yudha berharap pemerintah bisa memperbaiki kondisi sekolah dan menambah jumlah guru karena ia merasa kasihan melihat sang istri yang harus mengajar seorang diri apalagi dalam kondisi hamil.

7 dari 8 halaman

Tanggapan Pemerintah Nunukan

Menanggapi hal ini, Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan (Disdik) Nunukan Widodo mengungkapkan jika ada beberapa hal yang harus diklarifikasi.

Menurutnya, pemerintah daerah Nunukan nggak abai dengan masalah ini karena memang SMP itu berdiri atas inisiasi Kementerian Desa, PDT, dan transmigrasi.

" Itu adalah wilayah kekuasaan Kementerian Transmigrasi, jadi pemerintah daerah pada waktu itu belum bisa masuk. Memang, pada 2019 akhir, ada penyerahan pengelolaan dan perencanaan akan diapakan di sana. Tapi pengelolaan itu belum termasuk penyerahan aset sehingga pemda belum bisa bergerak di sana," terang Widodo.

8 dari 8 halaman

Tentang kasus gaji dari Elin, Widodo mengatakan hal ini butuh proses. Karena, untuk membayar dana BOS APBN atau BOSDA ada sederet persyaratan termasuk harus terdaftar dalam Dapodik. Menurutnya memang hal ini menjadi persoalan serius di sana.

Semoga saja guru Elin segera mendapatkan haknya ya dan keadaan sekolah bisa menjadi lebih baik nantinya.

Beri Komentar