Gerakan Seribu Senyum Sehat: Upaya Nyata Dukung Imunisasi Anak Indonesia
© 2025 PT Tempo Scan Group
Reporter : Hevy Zil Umami
Di berbagai daerah di Jakarta, suasana posyandu belakangan ini terasa lebih ramai dan penuh tawa anak-anak.
DIADONA.ID - Di antara barisan kecil yang menunggu giliran imunisasi, tampak para ibu saling berbagi cerita—tentang tumbuh kembang, tentang rasa khawatir anaknya demam setelah disuntik, dan tentang harapan agar buah hati mereka tumbuh kuat. Momen sederhana ini menjadi saksi dari gerakan nyata yang dilakukan untuk mendukung masa depan generasi emas Indonesia.
Dalam rangka Pekan Imunisasi Nasional 2025, Contrexyn di bawah naungan PT Tempo Scan Pacific menginisiasi kegiatan bertajuk “Siaga Imunisasi, Dukung Generasi Emas Anak Indonesia”. Melalui kolaborasi dengan berbagai posyandu dan puskesmas, mereka menghadirkan program imunisasi gratis bagi lebih dari 1.000 anak.
Bukan hanya tentang pemberian vaksin, tetapi juga upaya edukasi bagi para orang tua agar memahami pentingnya imunisasi dan cara menangani demam pasca-imunisasi dengan benar.
“Melalui kegiatan ini, kami ingin mengajak para ibu agar lebih percaya dalam melengkapi imunisasi buah hatinya serta memahami cara penanganan demam pasca-imunisasi yang tepat. Dengan dukungan Posyandu dan Puskesmas setempat, kami berharap anak Indonesia bisa mendapatkan imunisasi lengkap guna mendukung tumbuh kembangnya agar dapat menjadi generasi emas Indonesia,” ujar Laurensia Rahardja, Senior Head Brand Creative Content & Communication Nutritionals, Women & Children VMS and Children OTC PT Tempo Scan Pacific.
Masih Banyak Anak Belum Diimunisasi
Meski kesadaran masyarakat meningkat, data WHO mencatat masih ada 1,36 juta anak Indonesia yang belum pernah menerima imunisasi dasar lengkap. Sementara itu, laporan Kementerian Kesehatan menunjukkan 45% orang tua menunda imunisasi karena kekhawatiran anak mengalami efek samping seperti demam atau bengkak, serta kurangnya informasi mengenai jadwal vaksinasi.
Padahal, imunisasi terbukti mampu menyelamatkan 3,5 hingga 5 juta jiwa setiap tahun. Efek samping seperti demam atau nyeri umumnya bersifat ringan dan dapat hilang dalam satu hingga dua hari. Karena itu, edukasi kepada orang tua menjadi kunci penting agar tidak ada lagi anak yang tertinggal mendapatkan perlindungan dasar.