Kisah Alexa Leary, Dari Kecelakaan Tragis hingga Raih Emas Paralympic

D Stories | Selasa, 30 September 2025 09:38

Reporter : Abidah Ardelia

Alexa Leary bangkit dari kecelakaan maut yang hampir merenggut nyawanya hingga berhasil menyabet medali emas di panggung Paralympic.

Alexa Leary sejak remaja dikenal sebagai gadis penuh energi. Ia jatuh cinta pada dunia olahraga, terutama triathlon. Setiap hari ia mengisi waktunya dengan berenang, berlari, dan bersepeda. Talentanya membuat banyak orang percaya bahwa ia akan menjadi salah satu bintang besar Australia di masa depan.

Advertisement

Namun, Alexa tidak sekadar mengandalkan bakat, ia disiplin berlatih, bangun pagi, dan terus mengasah kemampuan. Di usia 19 tahun, ia sudah menapaki jalur profesional dengan mimpi besar untuk suatu hari tampil di Olimpiade.

Kecelakaan yang Mengubah Hidup

Pada Juli 2021, mimpi itu nyaris sirna. Alexa sedang bersepeda di Noosa, Queensland, ditemani ayahnya yang mengikuti dari belakang. Dalam kecepatan sekitar 70 kilometer per jam, roda depannya menyenggol pesepeda lain. Tubuhnya terpental keras ke jalan, kepala menghantam, dan ia langsung tidak sadarkan diri.

Hasil pemeriksaan menunjukkan luka parah. Ia menderita patah tulang rusuk, tulang belikat, dan kaki, paru-parunya tertusuk, serta cedera otak traumatis. Dokter bahkan meminta orang tuanya, Russell dan Belinda, untuk bersiap mengucapkan selamat tinggal. Ventilator yang membantunya bernapas sempat dimatikan, tetapi keajaiban terjadi. Alexa mulai bernapas sendiri, meski kondisinya masih kritis.

2 dari 4 halaman

Perjuangan Panjang di Rumah Sakit

Selama enam bulan, Alexa menjalani perawatan intensif. Ia harus belajar berjalan kembali, belajar berbicara lagi, dan menerima kenyataan bahwa cedera otak akan menetap.

Hari-harinya penuh rasa sakit, namun satu hal yang membuatnya bertahan adalah kehadiran orang tua. Russell dan Belinda menghentikan semua pekerjaan hanya untuk menemani putrinya. Mereka duduk di samping ranjang, siang dan malam. Alexa sendiri kemudian mengaku, tanpa dukungan orang tua, ia mungkin tidak akan pernah bisa kembali berdiri.

Setelah keluar dari rumah sakit, Alexa harus menentukan jalan baru. Ia belum tahu apakah bisa kembali ke dunia triathlon. Namun, ada satu cabang olahraga yang sejak awal dekat dengannya, yaitu renang.

Kolam renang menjadi tempat pemulihan sekaligus ruang untuk menemukan kembali rasa percaya diri. Setiap tarikan napas di air seolah menjadi terapi, setiap gerakan tangan membuat tubuhnya semakin kuat. Dari sini, semangatnya bangkit kembali.

3 dari 4 halaman

Medali Emas dan Rekor Dunia

Tiga tahun setelah kecelakaan, sebuah momen besar terjadi. Di Brisbane Aquatic Centre, Alexa turun di nomor 50 meter gaya bebas S9. Saat menyentuh dinding kolam, ia menengok layar dan menyadari bahwa ia berhasil lolos kualifikasi ke Paralympic Games 2024 di Paris.

Wajahnya bersinar, lalu ia berkata, “I’m so proud of myself.” Ucapan sederhana ini menjadi bukti nyata perjalanan panjang dari koma hingga kembali berdiri sebagai atlet. Kedua orang tuanya menangis haru di tribun, mengingat masa-masa ketika dokter bilang anak mereka mungkin tidak akan berjalan atau berbicara lagi.

Di Paris, Alexa benar-benar membuktikan diri. Ia meraih dua medali emas dan satu perak. Prestasinya berlanjut di Kejuaraan Dunia Para Renang 2025 di Singapura. Alexa menyapu emas nomor 100 meter gaya bebas S9 dengan catatan waktu 59,19 detik, hanya sedikit lebih lambat dari rekor dunianya sendiri.

“Saya bangga bisa mendapat emas, itu yang terpenting,” katanya. Walau gagal memecahkan rekor, ia tidak menunjukkan kecewa berlebihan. Baginya, emas adalah hadiah atas perjuangan panjang yang sudah ia jalani.

4 dari 4 halaman

Musik sebagai Penyembuh

Selain renang, Alexa punya sisi lain yang menarik. Ia menemukan hiburan baru lewat musik. Selama pemulihan, ia belajar DJ dan sering membuat lagu sendiri. “Saya bikin lagu di DJ deck, bahkan teman-teman minta saya unggah ke SoundCloud,” ujarnya sambil tertawa.

Kecintaannya pada musik berkembang lebih jauh hingga ia menandatangani kontrak dengan label independen di Sydney dan merilis single perdana. Alexa menjalani dua jalur sekaligus, sebagai atlet dan musisi, dengan semangat yang sama.

Dukungan Keluarga yang Tak Pernah Lepas

Dalam setiap wawancara, Alexa selalu menyebut orang tuanya. Ia menegaskan bahwa tanpa Russell dan Belinda, ia tidak mungkin bisa kembali. Mereka adalah jangkar yang membuatnya bertahan di saat-saat tergelap. Cerita tentang dukungan penuh ini membuat perjalanan Alexa semakin menyentuh hati.

Kini Alexa tidak sekadar dikenal sebagai peraih medali emas. Ia juga aktif berbagi cerita tentang cedera otak traumatis yang ia alami, dengan tujuan memberi semangat bagi orang lain.

Alexa ingin orang-orang lebih menghargai hidup, tubuh, dan kemampuan bergerak. Kisahnya adalah bukti bahwa semangat dan cinta keluarga mampu mengubah tragedi menjadi kemenangan.

Join Diadona.id