Claudia Sheinbaum, Perempuan Pertama yang Pimpin Seruan Kemerdekaan Meksiko

Reporter : Abidah Ardelia
Rabu, 24 September 2025 16:41
Claudia Sheinbaum, Perempuan Pertama yang Pimpin Seruan Kemerdekaan Meksiko
Claudia Sheinbaum mencatat sejarah sebagai perempuan pertama yang memimpin seruan kemerdekaan Meksiko.

Pada Senin (16/9/2025), untuk pertama kalinya dalam sejarah 215 tahun, seorang perempuan memimpin El Grito de Independencia, seruan kemerdekaan Meksiko yang sakral, langsung dari balkon Istana Nasional di Zócalo, jantung Kota Meksiko.

Di balik sorot kamera dan gemerlap kembang api, ada perjalanan panjang seorang akademisi, aktivis, sekaligus pemimpin politik yang berhasil mendobrak tradisi lama.

Bukan Sosok Baru di Dunia Publik

Claudia Sheinbaum bukan sosok baru di dunia publik. Ia lahir dari keluarga Yahudi sekuler, tumbuh dengan pendidikan kuat, dan menekuni bidang energi serta perubahan iklim sejak muda.

Karier awalnya bukan di politik, melainkan di dunia akademik. Ia menulis banyak riset tentang emisi karbon, transportasi berkelanjutan, hingga solusi energi ramah lingkungan.

Namun seiring waktu, kepeduliannya terhadap isu sosial membuatnya terjun ke politik. Sheinbaum mulai aktif di gerakan sayap kiri dan menjadi salah satu pendiri partai Morena bersama Andrés Manuel López Obrador (AMLO).

Dari situ, jalannya semakin terbuka. Ia pernah menjabat sebagai kepala pemerintahan Kota Meksiko sebelum akhirnya memenangkan pemilihan presiden dan resmi dilantik pada 2024.

Menariknya, Sheinbaum juga mencatat sejarah lain, yaitu presiden perempuan pertama sekaligus presiden pertama Meksiko yang berlatar Yahudi.

1 dari 4 halaman

Perempuan Pertama di Balkon Zócalo

Malam itu, Sheinbaum berdiri tegak mengenakan busana tradisional bordir khas Meksiko. Dengan wajah tenang dan suara lantang, ia memimpin seruan:

¡Viva la libertad! ¡Viva la justicia! ¡Viva la dignidad del pueblo de México! ¡Viva México libre y soberano!

Seruan itu berarti “ Hidup kebebasan! Hidup keadilan! Hidup martabat rakyat Meksiko! Hidup Meksiko yang merdeka dan berdaulat!

Puluhan ribu orang di Zócalo menjawab dengan sorakan membahana. Lonceng yang ia bunyikan—lonceng yang sama dengan milik Pastor Miguel Hidalgo saat memulai pemberontakan 1810—menjadi simbol transisi baru.

Sejarawan Universitas Nasional Otonom Meksiko menyebut momen ini sebagai “ simbol perubahan budaya yang signifikan”. Perayaan kemerdekaan yang selama ini patriarkal akhirnya menghadirkan suara perempuan di panggung tertinggi negara.

2 dari 4 halaman

Tantangan Politik yang Menunggu

Momen simbolik itu datang di tengah tekanan politik besar. Sheinbaum harus menghadapi hubungan rumit dengan pemerintahan Donald Trump di AS. Mulai dari isu perdagangan, migrasi, hingga kartel narkoba, semua jadi ujian kepemimpinannya.

Trump bahkan sempat menekan agar tentara AS turun langsung memerangi kartel di Meksiko. Sheinbaum tegas menolak. Dalam pidato parade militer sehari setelah El Grito, ia menegaskan, “ Tidak ada kekuatan asing yang bisa membuat keputusan untuk tanah air kita.”

Sikap keras ini membuatnya dihormati banyak warga, terutama yang sudah jenuh dengan campur tangan Amerika dalam urusan domestik Meksiko.

3 dari 4 halaman

Suara untuk Palestina

Tak hanya soal hubungan bilateral, Sheinbaum juga mengambil posisi tegas di panggung internasional. Ia menyebut serangan Israel ke Gaza sebagai “ genosida” dan mendesak dunia untuk bersatu menghentikannya.

Pernyataan ini tidak datang tiba-tiba. Sejak lama, Sheinbaum dikenal vokal mendukung Palestina. Bahkan di tahun 2009, ia pernah menulis surat terbuka mengecam serangan Israel. Baginya, isu itu punya resonansi pribadi karena banyak kerabat keluarganya yang jadi korban Holocaust.

Langkah berani ini jelas membuat relasi dengan AS makin rumit. Tapi bagi Sheinbaum, prinsip kemanusiaan lebih penting dari kompromi politik.

4 dari 4 halaman

Simbol Harapan bagi Generasi Baru

Bagi banyak perempuan Meksiko, melihat Sheinbaum berdiri di balkon istana adalah momen emosional.

Dikutip dari New York Times, Jacqueline Olvera, seorang ibu yang datang bersama putrinya yang berusia enam tahun, bilang kalau ia sengaja membawa anaknya untuk menyaksikan langsung. “ Supaya dia tahu, perempuan bisa berdiri di depan bangsa. Perempuan bisa jadi presiden,” katanya.

Dukungan publik pun terlihat jelas. Survei terakhir menunjukkan popularitas Sheinbaum mencapai lebih dari 75 persen. Angka yang jarang dimiliki seorang presiden di tahun pertama masa jabatan.

Beri Komentar