Rini Sugianto, Animator Hollywood asal Lampung yang Tuntaskan Western States 161 Km

Reporter : Abidah Ardelia
Senin, 22 September 2025 14:55
Rini Sugianto, Animator Hollywood asal Lampung yang Tuntaskan Western States 161 Km
Rini Sugianto, animator film Hollywood asal Lampung, sukses ukir sejarah sebagai perempuan Indonesia pertama yang menaklukkan ultramaraton Western States 161 km di California.

Nama Rini Sugianto mungkin lebih dulu dikenal di dunia perfilman internasional. Perempuan asal Lampung ini merupakan animator yang pernah menggarap film-film besar Hollywood seperti The Adventures of Tintin, The Hobbit, hingga Ready Player One yang masuk nominasi Oscar 2019.

Namun, pada Juni 2025, sorotan publik bukan datang dari karyanya di studio, melainkan dari lintasan alam terbuka di California, Amerika Serikat. Ia mencatat sejarah sebagai perempuan Indonesia pertama yang berhasil menyelesaikan lomba ultramaraton Western States Endurance Run sejauh 161 kilometer.

Perjalanan Menuju Western States

Western States Endurance Run atau akrab disebut Western States 100, adalah ajang lari lintas alam sejauh 100 mil (161 km) yang disebut-sebut paling tua dan prestisius di Amerika Serikat. Ajang ini digelar setiap tahun dan hanya menerima peserta yang lolos kualifikasi ketat.

Rini sudah menantikan kesempatan ini sejak 2019. Ia harus berulang kali mengikuti lomba trail run lain untuk mengumpulkan syarat kualifikasi. Setelah itu, masih ada undian untuk menentukan siapa yang berhak ikut, karena jumlah pendaftar bisa mencapai ribuan.

Akhir 2024, keberuntungan berpihak padanya. Namanya keluar sebagai salah satu dari ratusan peserta resmi Western States 2025. Sejak Januari, ia menyiapkan diri dengan latihan intensif, baik secara fisik maupun mental. Bagi Rini, kesempatan ini terlalu berharga untuk disia-siakan.

1 dari 4 halaman

Lintasan Ekstrem dan Tantangan Alam

Perlombaan dimulai Sabtu pagi, 28 Juni 2025, dari Olympic Valley, Tahoe, pada ketinggian sekitar 3.000 meter.

Para pelari kemudian menempuh medan yang bervariasi, dari mulai jalur terjal berbatu, hutan, suhu panas hingga 34 derajat Celsius, dan sungai selebar 20 meter yang harus diseberangi. Semua itu berlangsung tanpa henti sampai garis finis di Placer High School, Auburn, California, keesokan harinya.

Rini menyelesaikan tantangan itu dalam waktu 29 jam 29 menit, tepat di bawah batas maksimal 30 jam yang ditetapkan panitia. Dari 369 pelari yang memulai, hanya 285 orang yang berhasil mencapai finis. Ia menjadi salah satu di antaranya, dan satu-satunya perempuan asal Indonesia yang berhasil.

2 dari 4 halaman

Dukungan Kru dan Mental Baja

Dalam ultramaraton, setiap pelari diperbolehkan membawa kru untuk membantu di titik tertentu. Rini ditemani tiga orang, yaitu sang suami Brandon serta dua pacer, Patrick Eger dan Kim Slate. Mereka bertugas menyiapkan logistik, mengganti perlengkapan, hingga memberi semangat agar Rini tetap stabil.

Dukungan moral juga datang dari masyarakat lokal yang berdiri di sepanjang lintasan, meneriakkan kata-kata penyemangat. Bagi Rini, sorakan itu sangat berarti, terutama ketika rasa kantuk dan lelah melanda di tengah malam.

3 dari 4 halaman

Dari Studio Film ke Dunia Lari

Sosok Rini bukan hanya pelari, melainkan juga seniman digital. Lulusan Arsitektur ITB ini awalnya tertarik pada animasi ketika membuat tugas akhir dengan bantuan teknologi 3D.

Ketertarikan itu membawanya melanjutkan studi ke Academy of Art University di San Francisco. Kariernya kemudian melesat, mengantarkannya bekerja di studio animasi besar dunia, termasuk Weta Digital di Selandia Baru.

Meski sibuk dengan pekerjaan kreatif yang menuntut banyak waktu di depan komputer, Rini menyeimbangkannya dengan hobi outdoor. Ia gemar mendaki gunung, mendayung, hingga trail run. Sejak 2015, minatnya pada lari lintas alam semakin serius hingga membawanya ke berbagai lomba internasional, termasuk ultramaraton di Bromo pada 2017 dan sejumlah event di AS.

 

4 dari 4 halaman

Keberhasilan Rini Sugianto menuntaskan Western States 100 bukan sekadar pencapaian pribadi. Ia membawa nama Indonesia di ajang lari dunia yang sangat bergengsi. Komunitas pelari internasional bahkan menyoroti momen ini sebagai sejarah baru, menempatkan Indonesia dalam peta trail running global.

Beri Komentar