Hannah Hampton, Dari Strabismus ke Kiper Terbaik Dunia

D Stories | Kamis, 2 Oktober 2025 11:41

Reporter : Abidah Ardelia

Hannah Hampton membuktikan diri dari keterbatasan hingga puncak, membawa Inggris juara Euro 2025 dan meraih Yashin Trophy sebagai kiper terbaik dunia.

Hannah Hampton lahir dengan strabismus, kondisi yang membuat kedua matanya tidak selalu selaras dan membuat jarak terasa menipu. Aktivitas sederhana seperti menuang air bisa berakhir tumpah jika ia tidak memegang gelas. Sejak kecil, ia juga sering mendengar kalimat yang menjatuhkan semangat. Dokter bahkan bilang bahwa jalan atlet bukan pilihan realistis untuknya.

Advertisement

Namun cerita hidupnya membuktikan sebaliknya. Di usia 24 tahun, Hampton berdiri di bawah mistar Inggris di Euro 2025 dan menunjukkan ketenangan luar biasa. Dua kali ia menepis penalti di babak gugur, menjaga langkah The Lionesses hingga akhirnya keluar sebagai juara.

Setelah laga, ia berkata kepada BBC, “Jangan pernah menulis kami sebagai tim yang sudah habis.” Kalimat singkat itu menjadi simbol dari tekadnya yang tidak pernah surut.

Perjalanan yang Tidak Selalu Mulus

Sejak kecil, kecintaannya pada sepak bola sudah terlihat jelas. Awalnya ia bermain sebagai penyerang, sebelum akhirnya menemukan panggilan sejatinya sebagai penjaga gawang. Namun jalan itu tidak mudah. Kondisi penglihatannya membuat Hampton harus beradaptasi dengan cara berbeda. Ia mengulang latihan berkali-kali, mempelajari pola lawan, dan perlahan membangun kepercayaan diri dari detail kecil.

Emma Heighway, guru olahraganya di Eramus Darwin Academy, pernah berkata kepada BBC bahwa Hampton sudah menunjukkan tekad kuat sejak remaja. “Dia memang harus mengorbankan banyak hal, termasuk tertinggal pelajaran ketika ikut pemusatan latihan. Tapi dia selalu bisa mengejar,” ucap Heighway.

Di level klub, kariernya juga sempat berliku. Ada saat ketika ia harus kembali membuktikan diri dari nol. Sorotan media yang kadang terasa tidak adil hampir membuatnya menyerah. Tetapi di titik itulah arah langkahnya semakin kuat. Alih-alih larut dalam komentar, Hampton memilih fokus bekerja dalam diam.

2 dari 4 halaman

Malam Penentu di Euro 2025

Puncak kisahnya datang di Euro 2025. Pada babak perempat final hingga final, ia menjadi pahlawan adu penalti Inggris. Dua kali penyelamatan pentingnya melawan Spanyol di final memastikan trofi jatuh ke tangan The Lionesses. Media Inggris menggambarkan momen itu sebagai kisah kebangkitan yang layak dikenang.

Tidak hanya mengandalkan refleks, Hampton juga menunjukkan kualitas teknis yang jarang dimiliki kiper. Umpan jauhnya kerap membantu serangan balik Inggris, sebuah kelebihan yang terbentuk sejak ia masih berposisi sebagai penyerang. Rekan setim dan pelatih memuji cara ia memimpin area kotak penalti, dengan keputusan keluar garis yang tegas dan bersih.

3 dari 4 halaman

Penghargaan Bergengsi di Paris

Kemenangan di Euro 2025 berbuah manis. Pada malam penghargaan Ballon d’Or di Théâtre du Châtelet, Paris, Hampton menerima Yashin Trophy, penghargaan untuk kiper terbaik dunia. Trofi itu diserahkan langsung oleh mantan kiper Inggris Mary Earps, membuat momen tersebut semakin emosional.

Dalam pidatonya, ia mengenang mendiang Matt Beard, pelatih yang disebutnya sebagai pionir dalam sepak bola wanita. “Kadang senyum paling cerah menyembunyikan rasa sakit paling berat. Dia akan sangat dirindukan,” kata Hampton.

Ia juga berterima kasih kepada keluarga, terutama sang kakak yang selalu mendukung sejak kecil. “Saya berdiri di atas bahu banyak kiper hebat sebelumnya. Ini bukan hanya pencapaian saya, tapi juga kemenangan untuk kiper wanita di seluruh dunia,” ujarnya.

4 dari 4 halaman

Pesannya kepada murid di sekolah lamanya tetap relevan hingga kini. “Percaya pada proses. Percaya pada perjalanan,” katanya. Dari seseorang yang lahir dengan keterbatasan hingga kini mengangkat trofi Eropa, kalimat itu terdengar begitu nyata.

Kini dengan Euro, trofi domestik bersama Chelsea, serta Yashin Trophy di tangan, Hampton sudah mengukir namanya di buku sejarah sepak bola. Dan bagi banyak anak yang mungkin merasa punya keterbatasan, kisahnya menjadi bukti bahwa mimpi bisa tetap hidup jika diperjuangkan.

Join Diadona.id