© Wikipedia.org / Kuruman
Pulau Okinoshima yang berada di Prefektur Fukuoka hanya memperbolehkan kaum pira saja untuk mengunjungi pulau itu. Kenapa ya?
Konon menurut cerita yang ada, jika ada wanita yang nekat mendatangi pulau itu dan mendekati kuil bernama Munakata Taisha Okitsumiya, maka wanita itu akan berubah jadi batu.
Kuil ini ternyata udah ada sejak abad ke-17. Tujuan dari dibangunnya kuil ini adalah untuk mendoakan keselamatan para pelaut. Ternyata, juga nggak sembarangan orang laki-laki yang boleh menginjakkan kaki di pulau itu. Cowok yang menginjakkan kaki di pulau itu harus terlebih dahulu menanggalkan pakaiannya. Selain itu pengunjung pria juga harus disucikan melalui upacara formal.
Pulau Okinoshima Jepang © newsweek.com
Pulau Okinoshima bisa dibilang sebagai pulau yang sangat sakral. Saking sakralnya, pulai ini hanya boleh disambangi sekali dalam setahun. Pengunjung hanya diperbolehkan menyambangi pulau tersebut setiap tanggal 27 Mei saja. Tanggal ini dipilih untuk mengenang para prajurit Jepang yang tewas pada saat perang Laut Jepang tahun 1905 lalu. Jumlah pengunjungnya pun juga dibatasi hanya untuk 200 orang saja.
Saking unik dan tertutupnya, pulau Okinoshima ini telah ditetapkan menjadi salah satu Situs Warisan Dunia oleh UNESCO. Gimana? Tertarik untuk mengunjungi pulau ini? Bagi kamu yang cowok, kudu telanjang dulu ya.
5 Pasangan Zodiak yang Paling Nyambung, Seolah Punya Bahasa Sendiri
7 Trik Styling Rambut Biar Bentuk Wajah Kelihatan Lebih Proporsional
Janice Tjen Sabet Gelar WTA 125 Pertama dan Tembus 80 Besar Dunia
Kisah Raeni, Anak Tukang Becak yang Kini Bergelar Doktor di Inggris
Kisah Aishah Prastowo, Doktor Oxford yang Pilih Jadi Guru di Sleman

Katy Perry Resmi Go Public Bareng Justin Trudeau, Rayakan Ulang Tahun di Paris

Kris Dayanti Bawa Pulang Perak dari World Kungfu Championship

Kylie Jenner Debut Jadi Penyanyi, Rilis Lagu “Fourth Strike” Bareng Terror Jr

Bella Hadid Kembali ke Runway Setelah Pulih dari Lyme Disease

Setelah Vakum dan Jadi Ibu, Mahalini Siap Kembali dengan Album “Koma”