Desa Trunyan, Tradisi Pemakaman Jenazah yang Digeletakan Begitu Saja, Apa Nggak Bau Busuk?

Reporter : Bagus Prakoso
Senin, 10 Februari 2020 14:02
Desa Trunyan, Tradisi Pemakaman Jenazah yang Digeletakan Begitu Saja, Apa Nggak Bau Busuk?
Jenazah biasanya dimakamkan dengan cara dikubur dalam tanah. Bagaimana jika jenazah digeletakan begitu saja?

Pernah denger nggak sih tradisi pemakaman Trunyan. Bagi kamu yang belum tahu, Trunyan Bali terkenal dengan tradisi pemakaman yang diletakkan begitu saja di atas tanah.

Kok bisa? Gimana sejarahnya? Apa nggak bau? Daripada bertanya-tanya, yuk kita ulik sama-sama.

1 dari 4 halaman

Desa Trunyan Bali © Diadona

Desa Trunyan adalah sebuah desa yang berada dei daerah Kintamani, Bali. Dilansir dari adventuretravel, Trunyan ternyata bukan hanya sebuah nama desa.Trunyan adalah nama sebuah pemakaman di Desa Trunyan sendiri.

Uniknya, di Kuburan Trunyan ini, mayat orang yang meninggal dibiarkan saja tergeletak di atas tanah. Sedangkan anggota keluarganya hanya memberikan pagar dari bambu. Selain iut, keluarga juga memberi sesaji di samping jenazah tersebut. Pertanyannya, apakah mayat tidak mengeluarkan bau busuk?

2 dari 4 halaman

Mengapa mayat tidak mengeluarkan bau busuk?

Desa Trunyan Bali © Diadona

Secara logika, jenazah yang dikuburkan secara terbuka akan mengeluarkan bau busuk. Tetapi, ini tidak berlaku di Trunyan. Bahkan, mayat sama sekali tidak mengeluarkan bau busuk setelah jenazah diletakan begitu saja setelah berhari-hari.

Ternyata, yang menyebabkan hal ini adalah adanya Taru Menyan di wilayah pemakaman. Taru memiliki arti pohon, dan menyan memiliki arti harum. Masyarakat percaya bahwa pohon inilah yang menetralisir udara sekitar wilayah pemakaman sehingga bau busuk dari mayat tidak ada.

Namun, ini masih anggapan warga sekitar. Belum ada penelitian lebih lanjut yang mengungkap bagaimana pohon ini bisa menyerap bau busuk mayat manusia.

3 dari 4 halaman

Darimana asal Taru Menyan ini?

Desa Trunyan Bali © Diadona

Dikutip dari adventuretravel.co.id, diperkirakan Taru Menyan ini sudah berusia ribuan tahun. Penduduk setempat mengatakan, dahulu di desa tersebut tiba-tiba bingung karena muncul bau harum yang sangat menyengat yang menyelimuti seluruh desa.

Setelah ditelusuri, bau harum yang cukup menyengat tersebut berasal dari pohon besar yang ada di Desa Trunyan. Supaya bau harum tidak mengganggu penduduk desa, mereka memutuskan untuk menjadikan tempat di sekitar pohon Taru Menyan sebagai tempat pemakaman.

Uniknya, Taru Menyan ini hanya bisa tumbuh di daerah ini aja, lho. Sudah pernah dicoba ditanam di daerah lain, tapi pohon ini malah nggak bisa tumbuh.

4 dari 4 halaman

Tapi, ternyata nggak sembarangan jenazah bisa dimakamkan di tempat ini. Penduduk setempat sepakat, bahwa jenazah yang dimakamkan di sekitar pohon tidak boleh lebih dari 11 jenazah. Mereka percaya, pohon hanya bisa menetralisir 11 jenazah saja. Jika lebih dari itu, mayat akan mengeluarkan bau busuk.

Desa Trunyan Bali © Diadona

Selain itu, jenazah yang bisa dimakamkan di bawah pohon Taru Menyan ini adalah mereka yang meninggal secara wajar dan sudah pernah menikah saja. Kemudian, untuk jenazah yang sudah menjadi tulang belulang akan dikumpulkan di dekat akar pohon. Jenazah hanya ditutupi dengan Ancak atau kurungan bambu.

Jika kamu penasaran, mungkin kamu bisa mengunjungi tempat ini ketika sedang berlibur ke Bali. Jangan lupa share ke temen-temen kamu, ya. Semoga bermanfaat.

Beri Komentar