© Shutterstock.com/id/g/sakkmesterke
Istilah fetish belakangan ini sering muncul di media massa. Banyak beredar perilaku-perilaku menyimpang berupa ketertarikan seksual pada benda mati.
Fetish tergolong sebagai kelainan seksual. Hal ini ditandai dengan munculnya kondisi ketika seseorang merasa terangsang hanya dengan membayangkan atau melihat hubungan seksual yang aneh.
Seseorang yang memiliki fetish atau mengalami kelainan seksual ternyata bisa membahayakan kondisi fisik dan psikologis orang lain. Bahkan, mereka yang mengalami hal ini juga bisa mendapat gangguan secara klinis.
Melansir dari Psychology Today, orang yang memiliki fetish tidak hanya memiliki gairah seksual pada benda mati. Namun pada tingkatan tertentu, mereka bisa menggunakan benda-benda mati tersebut saat berhubungan seksual atau pengganti hubungan sesungguhnya dengan manusia.
Ilustrasi Fetish © shutterstock.com/id/g/Shvedov Dmitrii
Seringkali kita mengetahui bahwa fetish itu melibatkan benda mati, seperti kain, pakaian dalam, kaus kaki, bahkan baru-baru ini juga mukena. Namun, ada pula orang-orang tertentu yang memiliki fetish terhadap bagian tubuh tertentu, seperti tangan, kaki, atau rambut.
Secara umum, fetish memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Adanya fantasi terhadap benda mati atau bagian tubuh non-genital, fantasi terjadi setidaknya selama 6 bulan, terjadi intensi dan berulang, serta menimbulkan gangguan pada aktivitas sehari-hari.
Seringkali, kelainan seksual berupa fetish dialami oleh pria. Meski demikian, belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan seseorang bisa memiliki fetish.
Muncul dugaan bahwa fetish bermula dari masa kanak-kanak, remaja hingga berkembang lebih jauh saat seseorang mengenal masturbasi pada masa pubertas. Namun ada beberapa kondisi yang diduga bisa memicu seseorang memiliki fetish.
Ilustrasi Konsultasi dengan Dokter © shutterstock.com/id/g/noipornpan
Memiliki fetish mungkin cukup wajar bagi seseorang, namun hal ini akan membahayakan jika sudah memaksakan hasrat seksualnya pada orang lain. Jika mulai muncul tanda-tanda yang mengarah pada fetish, hal ini bisa segera dikonsultasikan pada dokter/psikiater agar tidak semakin parah.
Melansir dari Merdeka.com, pengobatan paling efektif bagi seseorang yang memiliki fetish adalah dengan pengobatan jangka panjang. Hal ini bisa berupa terapi atau terapi pengobatan, seperti SSRI atau terapi deprivsi androgen.
Namun, masih ada alternatif lain yang bisa dilakukan. Seperti berikut ini:
Well, itu dia seluk beluk mengenai fetish, penyebab dan cara pencegahannya. Semoga informasi ini bermanfaat ya!
Resep Shrimp Scampi Garlic Butter yang Super Creamy dan Segar, Yummy!
Kata Siapa Bulking Gak Cocok untuk Wanita? Ini 5 Manfaatnya!
Rayakan 17 Tahun Debut, IU Pilih Berbagi Lewat Donasi Rp2,9 Miliar
Marion Jola Hadiri Wisuda S2 Mamanya di Usia 49 Tahun, Bukti Pendidikan Tak Kenal Usia
Dateng BIFF 2025, Dian Sastro Pamer Foto Bareng Son Ye-jin dan Han So-hee
Dateng BIFF 2025, Dian Sastro Pamer Foto Bareng Son Ye-jin dan Han So-hee
Jadi Rebutan Fotbar Aktor Indonesia, Ini Potret Lisa BLACKPINK di BIFF 2025
6 Potret Syifa Hadju Hadiri New York Fashion Week 2026 Bareng Coach, Stunning!
Janice Tjen Jadi Runner Up Sao Paulo Open 2025, Harapan Baru Tenis Indonesia
Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah