Lebih Menderita secara Emosional, Kenapa Perempuan Justru Lebih Cepat Move On?

Reporter : Olivia Lidya Elsanty
Kamis, 13 Februari 2020 14:14
Lebih Menderita secara Emosional, Kenapa Perempuan Justru Lebih Cepat Move On?
Perempuan disebut-sebut lebih cepat move on daripada laki-laki.

Putus cinta bukan suatu hal yang mudah diatasi. Baik laki-laki ataupun perempuan pasti perlu waktu untuk memulihkan patah hati yang dialaminya.

Studi mengungkapkan bahwa laki-laki dan perempuan punya cara yang berbeda untuk menyembuhkan sakit hatinya. Tapi, perempuan yang mengalami lebih banyak rasa sakit secara emosional, justru bisa lebih cepat move on daripada laki-laki. Kok bisa gitu ya?

1 dari 2 halaman

ilustrasi wanita patah hati © Diadona

Sekelompok peneliti dari Binghamton University dan University College London melakukan survei pada 5.705 responden dari 96 negara mengenai kondisi putus cinta. Secara keseluruhan perempuan menunjukkan kesedihan emosional dan rasa sakit fisik yang lebih tinggi daripada yang dialami laki-laki.

Namun uniknya, meski demikian perempun justru cenderung pulih lebih cepat dari patah hati yang dialaminya. Secara konstruktif, para perempuan patah hati akan menyalurkan emosi mereka dan cenderung memahami diri mereka sendiri.

2 dari 2 halaman

Ilustrasi laki-laki memandang ke luar jendela © Diadona

Sebaliknya, laki-laki justru terlihat biasa-biasa saja seolah tidak merasakan patah hati. Namun lambat laun, ketika menyadari bahwa telah kehilangan sosok yang berarti, mereka justru akan merasakan kehilangan yang begitu dalam dan berlarut-larut.

Perempuan yang mudah move on tidak terjadi begitu saja. Mereka telah belajar mengontrol emosi mereka sendiri. Di awal kondisi putus cinta, mungkin para perempuan ini akan terlihat begitu kehilangan bahkan sampai depresi. Tapi lambat laun, ia akan sembuh dengan sendirinya. Mereka telah banyak mengalami pengalaman emosional, sehingga manakala mereka menghadapi patah hati, mereka bisa menghadapinya dengan baik.

Apa kamu salah satu perempuan yang mudah move on? Atau justru masih terjebak sama kenangan masa lalu?

Beri Komentar