Social Media Detox: Kenapa Kamu Perlu Melakukannya

Reporter : Mutia Wella Lukitasari
Minggu, 29 Desember 2019 16:30
Social Media Detox: Kenapa Kamu Perlu Melakukannya
Generasi milenial tidak dapat terlepas dari media sosial dalam kehidupan keseharian mereka. Namun, kamu perlu tahu dampak negatif dari penggunaan media sosial. Simak yuk!

Kini media sosial adalah salah satu hal utama bagi kehidupan. Tidak hanya anak-anak muda milenial, pun juga mereka yang telah berumur. Media sosial membantu berhubungan dengan saudara, teman dan kerabat, mempromosikan sesuatu hingga menyebarkan berita dan informasi.

Namun media sosial tidak hanya memberikan kebaikan saja. Pernahkah kamu merasa lelah atau bahkan tertekan ketika membuka media sosial?

Jika ya, maka kamu membutuhkan social media detox.
Dilansir dari medicalhealthnews (13/04) inilah faktor yang membuatmu membutuhkan social media detox.

1. Media sosial mempengaruhi kesehatan mental
Berbagai penelitian telah menunjukkan jika media sosial dapat meningkatkan rasa depresi dan kecemasan. Hal ini dikarenakan adanya perasaan tertekan karena tidak dapat memenuhi standar umum orang lain. Baik itu dalam bentuk kecantikan, kesuksesan, pekerjaan atau sebagainya.

Menurut suatu penelitian, mereka yang membuka akun media sosialnya terus-terusan, beresiko dua kali lebih tinggi mengalami depresi. Selain itu, terlepas dari fungsinya sebagai media penghubung sosial. Penelitian justru menunjukkan jika efek dari media sosial justru sebaliknya.

2. Interaksi online dapat merusak hubungan
Situs web media sosial juga dapat merusak kualitas hubungan secara langsung dan tidak langsung. Ketika kamu memposting sesuatu di media sosial, Mungkin seorang kenalan baru menganggap itu lucu, namun bisa jadi teman yang lain merasa kesal dengan postingan tersebut.

Selain itu fitur-fitur lainnya di media sosial seperti komentar, tautan dan lainnya dapat memicu adanya perbedaan persepsi. Dan pada beberapa kasus, akan mempengaruhi hubungan satu dan yang lain. "Media sosial bersifat instan, dalam beberapa kasus dapat menjangkau jutaan orang sekaligus, dan bahkan dapat memicu perilaku tertentu. Kita bahkan sering tidak tahu siapa yang pada akhirnya akan membacanya dan bagaimana hal itu akan mempengaruhi mereka," ujar Nels Oscar, yang melakukan belajar tentang bagaimana situs jejaring sosial
melestarikan stereotip.

3. Media sosial dapat memicu perilaku berbahaya
Alasan lain untuk mewaspadai berapa banyak waktu yang kita habiskan di jaringan media sosial adalah karena mereka dirancang untuk membuat kita kembali lagi. Tahun lalu, para peneliti di Amerika Serikat dan Belanda melihat sejauh mana kita dibuat untuk segera merespons, bahkan hanya dengan isyarat visual sederhana yang terkait dengan media sosial.

Mereka menemukan bahwa hanya dengan melihat logo Facebook membuat orang ingin masuk ke situs web dan melihat notifikasinya. Dengan kata lain, kita telah belajar untuk secara otomatis mengklik seolah-olah ada perintah, tanpa terlalu memikirkannya. Satu studi dari University of Houston di Texas menyelidiki bagaimana dan mengapa para mahasiswa jatuh ke dalam minuman keras setelah mereka salah membaca posting yang dibagikan teman-teman mereka secara online.

Beri Komentar