Cinta Laura Kunjungi Pedalaman Asmat, Bawa Pulang Cerita Ketimpangan

Reporter : Abidah Ardelia
Senin, 24 November 2025 16:26
Cinta Laura Kunjungi Pedalaman Asmat, Bawa Pulang Cerita Ketimpangan
Cinta mendatangi desa yang akses pendidikannya masih terbatas dan fasilitas kesehatan anaknya jauh dari kata ideal.

Cinta Laura sekali lagi membuktikan kalau dirinya bukan cuma tampil glamor di red carpet dan panggung penghargaan. Di tengah jadwalnya sebagai aktris dan penyanyi, ia baru saja terbang jauh ke Kabupaten Asmat di Papua Selatan untuk menjalani misi sosial yang fokus pada pendidikan dan kesehatan anak.

Perjalanan ke Asmat ini bukan yang pertama baginya. Ia menyebut kunjungan kali ini justru membuat ikatannya dengan Papua terasa lebih dalam.

"Ini kedua kalinya aku datang ke Papua. Dan somehow, rasa cinta aku makin dalam. Lima hari di Kabupaten Asmat mengubah banyak hal dalam cara aku melihat dunia," ungkap Cinta Laura lewat unggahan di akun Instagram pribadinya.

Bukan trip singkat untuk konten, kunjungan lima hari itu diisi agenda padat. Cinta datang bersama Wahana Visi Indonesia, mendatangi desa yang akses pendidikannya masih terbatas dan fasilitas kesehatan anaknya jauh dari kata ideal. Dari sana, Cinta pulang dengan banyak kegelisahan sekaligus pelajaran baru soal ketimpangan di Indonesia Timur.

1 dari 4 halaman

Bawa Misi Sosial di Asmat

Cinta menjelaskan kalau kepergiannya ke Papua memang dirancang sebagai perjalanan sosial, bukan liburan diam-diam. Ia mendatangi langsung anak anak di Asmat untuk melihat kebutuhan mereka secara nyata.

" Ya, jadi kemarin aku ke Papua. Aku belum boleh kasih tahu teman-teman untuk apa, tapi aku melakukan berbagai kegiatan sosial di Kabupaten Asmat. Di sana aku bersama Wahana Visi Indonesia (WVI) ke desa yang bisa dibilang pendidikannya dan juga kesehatan anak-anaknya harus di-support," ujarnya di acara TikTok Awards 2025.

Cinta tidak sekadar datang, foto, lalu pulang. Ia menjelaskan kalau tim yang datang ke Asmat sedang memetakan kebutuhan anak-anak di sana agar program yang dibawa nantinya tepat sasaran.

" Jadi aku di situ mengunjungi anak-anak dan melihat apa kebutuhan mereka agar ke depannya kita bisa membuat program-program yang mendukung anak-anak setempat," Timpal Cinta.

2 dari 4 halaman

Dari cerita yang ia bagikan, jarak antar wilayah, akses transportasi yang terbatas, hingga fasilitas dasar yang belum merata membuat banyak anak di Asmat harus berjuang ekstra hanya untuk bisa sekolah dan mendapat layanan kesehatan.

" Aku harap bisa mengalami kemajuan yang pesat dalam beberapa tahun ke depan agar Indonesia bisa semakin maju," katanya.

Cinta juga menyinggung soal peran media sosial. Platform yang selama ini identik dengan tren dan hiburan, menurutnya bisa dipakai untuk mendorong empati dan edukasi.

" Jadi menurut aku social media bisa jadi sumber informasi yang sangat berharga selama kita tahu bagaimana bikin algoritma kita menghadirkan konten-konten yang bermutu," ujar founder Yayasan Soekarseno Peduli itu.

3 dari 4 halaman

Papua Buka Mata soal Arti Kemewahan

Lewat beberapa foto dan video yang ia unggah, terlihat Cinta ikut menyusuri sungai, naik perahu, dan bermain dengan anak anak setempat. Dari pengalaman itu, ia merangkum satu hal yang paling menempel di kepalanya, yaitu soal definisi kemewahan yang selama ini mungkin dianggap sepele oleh orang di kota.

" Papua ngajarin aku bahwa kemewahan bukan tentang AC atau Wi-Fi. Kemewahan adalah hujan yang turun pas kamu butuh air bersih. Kemewahan adalah perahu yang sampai dengan selamat. Kemewahan adalah anak-anak yang bisa sekolah walaupun dengan banyak keterbatasan," tulisnya.

Cinta mengingatkan pengikutnya bahwa hal hal yang terasa biasa di kota besar sebenarnya adalah keistimewaan yang tidak semua orang punya. Mulai dari air bersih di keran sampai listrik yang menyala stabil.

“ Jadi, ketika kita merasa hidup tidak memperlakukan kita dengan baik, alangkah baiknya kita berhenti sejenak dan melihat hal-hal yang telah kita miliki. Air yang keluar tiap kali kita membuka keran. Listrik yang selalu menyala. Jalan yang bisa kita lalui tanpa harus naik perahu. Internet yang bisa kita akses kapan pun. Itu semua adalah privilese,” lanjutnya.

4 dari 4 halaman

Seruan untuk Indonesia Timur dan Tanggung Jawab Warga Kota

Melihat langsung situasi di lapangan membuat Cinta semakin vokal menyoroti ketimpangan antara wilayah pusat dan daerah pinggiran. Ia mengingatkan bahwa pembicaraan soal kemajuan Indonesia tidak boleh berhenti di Jawa saja.

" Karena Indonesia itu negara yang besar, seharusnya kita enggak hanya memikirkan pulau Jawa saja atau sekitarnya, tapi teman-teman saudara-saudara kita di Indonesia Timur juga sangat butuh perhatian kita," tuturnya.

Bagi Cinta, privilege yang dinikmati masyarakat di kota bukan hanya untuk disyukuri, tetapi juga membawa konsekuensi. Ia mendorong agar orang orang yang merasa lebih beruntung ikut terlibat membantu mereka yang aksesnya masih terbatas.

" Kalau kita punya privilege itu, kita punya tanggung jawab. Untuk enggak disia-siakan. Untuk enggak kita anggap remeh. Dan kalau bisa, untuk dibagi dengan orang-orang yang enggak seberuntung kita," tegas Cinta.

Ucapan itu sejalan dengan jejak panjang keluarganya di bidang pendidikan. Sejak lama, Cinta bersama keluarga terlibat dalam renovasi dan pembangunan sekolah untuk anak anak kurang mampu, dan kini ia memperluas fokus sampai ke Indonesia Timur.

Lima hari di Asmat jelas meninggalkan kesan yang panjang. Cinta menulis rasa terima kasihnya kepada Papua, menyebut daerah itu sebagai tempat yang mengajarkannya banyak hal tentang keistimewaan, rasa syukur, dan tanggung jawab sosial. Ia juga memberi isyarat ingin kembali lagi suatu hari nanti.

Beri Komentar