Gejala Penyakit Jantung Koroner, Penyebab dan Ciri-Cirinya

Reporter : Dhewi Bayu Larasati
Senin, 24 Februari 2020 15:31
Gejala Penyakit Jantung Koroner, Penyebab dan Ciri-Cirinya
Sebagai pembunuh nomor satu di dunia, apakah kalian nggak ingin mengenal lebih jauh tentang dia?

Beragam jenit penyakit yang menimpa jantung, mungkin kamu pernah mendengar nama penyakit jantung koroner ini. Penyakit jantung masih merupakan pembunuh nomor satu di dunia, dengan jumlah kematian yang dicatat WHO sebesar 17 juta di tahun 2015 lalu.

Di Indoensia sendiri, hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menunjukkan bahwa sebesar 1,5% atau 15 dari 1.000 penduduk Indonesia menderita penyakit jantung koroner. Sedangkan kalau dilihat dari penyebab kematian tertinggi di Indonesia, menurut Survei Sample Registration System tahun 2014 menunjukkan 12,9% kematian akibat penyakit jantung koroner.

Nah kan, makanya penting banget lho untuk tahu apa sih penyakit jantung koroner tersebut, gejala, penyebab hingga faktor risikonya. Yuk simak ulasan Diadona berikut:

1 dari 3 halaman

Gejala Penyakit Jantung Koroner

Ilustrasi Sakit Jantung © Diadona

Saat arteri menyempit, maka apa yang akan terjadi? Yess, ketidakmampuan untuk memasok darah kaya nutrisi ke jantung, yang biasanya terjadi terutama saat jantung sedang berdetak kencang, seperti saat berolahraga.

Pada awalnya, penurunan aliran darah mungkin nggak menyebabkan gejala penyakit arteri koroner. Namun, ketika plak terus menerus menumpuk di arteri koroner, penderita mungkin akan mengalami gejala penyakit arteri koroner yang termasuk:

Nyeri Dada (Angina)

Pada gejala jantung koronenr ini, penderita mungkin akan merasakan tekanan atau sesak di bagian dada seolah ada seseorang yang sedang berdiri di situ. Wow, sakit baget dong ya berarti.

Nyeri pada penyakit jantung koroner ini disebut dengan angina, yang biasanya terjadi di bagian tengah atau kiri. Angina umumnya dipicu oleh stres fisik atau emosional.

Rasa sakit ini biasanya hilang dalam beberapa menit setelah menghentikan aktivitas yang membuat stres. Dan pada beberapa orang, terutama wanita, rasa sakit ini mungkin lebih cepat hilang atau tajam dan terasa di leher, lengan atau punggung.

Sesak Napas

Jika jantung nggak bisa memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh, maka penderita mungkin mengalami sesak napas atau kelelahan yang ekstrem.

Serangan Jantung

Arteri koroner yang tersumbat akan menyebabkan serangan jantung. Tanda dan gejala klasik dari penyakit jantung koroner ini ditandai dengan adanya tekanan di dada, termasuk rasa sakit di bahu dan lengan yang kadang-kadang dibarengi dengan sesak napas dan berkeringat.

Uniknya, wanita cenderung lebih jarang mengalami serangan jantung koroner ini dibanding pria, dengan gejala lebih ringan seperti nyeri leher atau rahang. Malah kadang, gejala penyakit jantung koroner pada wanita terjadi tanpa tanda atau gejala yang jelas.

2 dari 3 halaman

Penyebab Penyakit Jantung Koroner

Ilustrasi Organ Jantung © Diadona

Penyakit jantung koroner muncul saat pembuluh darah utama yang memasok darah, oksigen dan nutrisi ke jantung ,menjadi rusak atau sakit. Penyebabnya bisa karena plak kolesterol ataupun karena peradangan.

Coba bayangkan suatu saluran yang pada setiap sisinya terlapisi oleh sesuatu. Nah, mungkin gambaran itu lho yang cocok untuk penjelasan penyakit jantung koroner ini. Saat plak menumpuk di arteri, maka akan mempersempit arteri tersebut dan akan mengurangi aliran darah ke jantung.

Akhirnya, ada penurunan aliran darah yang menyebabkan nyeri pada dada, sesak napas, atau tanda dan gejala penyakit jantung koroner lainnya.

Saat terjadi penyumbatan total pada arteri, maka terjadilah yang namanya serangan jantung.

Penyakit jantung koroner diperkirakan mulai terjadi ketika ada kerusakan atau cedera pada lapisan dalam arteri koroner, yang bisa juga muncul di awal masak anak-anak.

Kerusakan ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk diantaranya:

  • Merokok
  • Tekanan darah tinggi
  • Kolesterol Tinggi
  • Diabetes atau resistensi insulin
  • Gaya hidup tidak sehat

Nah, pasca kerusakan dinding bagian dalam ini, maka timbunan lemak (plak) yang terbuat dari kolesterol dan produk limbah seluler lainnya cenderung menumpuk di lokasi cedera. Proses tersebut dinamakan dengan proses aterosklerosis.

Saat plak tersebut pecah, maka sel trombosit darah akan menggumpal di lokasi untuk mencoba memperbaiki arteri tersebut. Gumpalan ini dapat menyumbat arteri, yang menyebabkan serangan jantung.

Ada berbagai faktor risiko yang bisa membaut seseorang jadi lebih rentan terkena penyakit jantung koroner, diantaranya:

Ilustrasi Orang Tua © Diadona

Usia

Semakin bertambah usia akan meningkatkan risiko arteri yang rusak dan menyempit. Dan yah, maka akan semakin besar kemungkinan terkena penyakit jantung koroner.

Jenis Kelamin

Pria umumnya berisiko lebih besar terkena penyakit jantung koroner. Namun, risiko pada wanita meningkat setelah menopause.

Sejarah Keluarga

Risiko seseorang terkena penyakit jantung koroner ini meningkat bila adanya riwayat pada keluarga. Terutama, saat ada kerabat dekat yang menderita penyakit jantung koroner ini pada usia dini.

Misalnya, jika ayah atau saudara laki-laki terkena penyakit jantung koroner sebelum usia 55 tahun, atau jika ibu atau saudara perempuan mengidap penyakit janmtung koroner sebelum usia 65 tahun.

Ilustrasi perokok pasif © Diadona

Merokok

Orang yang merokok memiliki risiko penyakit jantung koroner yang meningkat secara signifikan. Nggak cuman itu, terkespos asap rokok atau menjai perokok pasif juga bisa meningkatkan risiko tersebut.

Tekanan Darah Tinggi

Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan pengerasan dan penebalan pembuluh darah dan mempersempit saluran aliran darah.

Tingginya Kadar Kolesterol Darah

Saat kadar kolesterol dalam darah menajdi tinggi, maka dapat meningkatkaan risiko pembentukan plak dan aterosklerosis.

Diabetes

Keberadaan diabetes sering dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung koroner. Diabetes tipe 2 dan penyakit jantung koroner punya faktor risiko yang sama, seperti obesitas dan tekanan darah tinggi.

Obesitas

Kelebihan berat badan biasanya memperburuk faktor risiko lainnya.

Ilustrasi Olahraga Lari © Diadona

Kurang Aktivitas Fisik

Kurang olahraga juga dikaitkan dengan penyakit arteri koroner dan beberapa faktor risikonya.

Stres Tinggi

Saat stres yang berkelanjutan, maka bisa merusak arteri dan memperburuk faktor riisko lain pada penyakit jantung koroner ini.

Diet yang Tidak Sehat

Misalnya, dengan terlalu banyak makan makanan dengan kandungan lemak jenuh, lemak trans, makanan tinggi gula dan tinggi garam.

Nah, faktor risiko penyakit jantung koroner ini berkaitans atu sama lain, misalnya obesitas yang yang menyebabkan diabetes tipe 2 dan tekanan darah tinggi. Saat faktor tersebut berkumpul dan bersatu, maka bisa menempatkan penderitanya pada risiko yang lebih besar terkena penyakit jantung koroner.

Kalau sudah ada faktor risiko penyakit jantung koroner tersebut, trus gimana dong?

Tenang saja, seseorang bisa membantu pengembangan penyakit jantung koroner hingga membantu mengobatinya dengan cara gaya hidup sehat. Menjaga kesehatan untuk mencegah terjadinya penyakit jantung koroner juga bisa dilakukan dengan :

  • Berhenti merokok
  • Kondisi kontrol seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan diabetes
  • Tetap aktif secara fisik
  • Makanlah makanan rendah lemak, rendah garam yang kaya akan buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian
  • Pertahankan berat badan yang sehat
  • Kurangi dan atasi stres

3 dari 3 halaman

Ciri-Ciri Penyakit Jantung Koroner

Ilustrasi Penyakit Jantung dan Kardiovaskular © Diadona

Salah satu gejala yang paling umum dari penyakit jantung koroner ini adalah adanya nyeri dada atau angina. Rasanya seperti sesak, berat, atau tekanan di dada hingga keberadaan sensasi sakit, terbakar atau mati rasa.

Angina sebagai ciri-ciri penyakit jantung koroner pun bisa menjalar ke punggung, rahang, leher, bahu, atau lengan. Sayangnya, angina bisa terasa seperti gangguan pencernaan atau sesak napas.

Angina ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni angina stabil atau angina tidak stabil. Seperti apa?

Angina stabil:

  • Terjadi pada waktu yang dapat diprediksi. Sebagai contoh, angian stabil ini biasanya terjadi selama periode stres atau aktivitas ketika jantung bekerja lebih keras dan membutuhkan lebih banyak oksigen.
  • Biasanya berlangsung selama beberapa menit dan menghilang dengan istirahat.


Angina tidak stabil:

  • Rasa sakit pada dada ini biasanya nggak mendingan bahkan setelah istirahat yang cukup dan malah jsutru memburuk di beberapa waktu. Saking sakitnya bahkan bisa membaut seseorang bangun dari tidurnya.
  • Kejadian ini diperkirakan terjadi karena pecahnya plak ateroskletorik akun dan pembentukan gumpalan darah di dalam arteri koroner, yang menyebabkan penyumbatan aliran darah tiba-tiba.

 

Beri Komentar