Berbicara Tentang Topik Sulit pada Anak, Kenapa Tidak?

Reporter : Bagus Prakoso
Jumat, 17 Januari 2020 15:00
Berbicara Tentang Topik Sulit pada Anak, Kenapa Tidak?
Berbicara topik sulit seperti perceraian, kematian, seks, dan lain sebagainya, memang jika harus melakukannya dengan anak.

Berbicara pada anak memang susah-susah gampang. Kita terkadang bingung bagaimana mengenalkan topik-topik sulit untuk dibicarakan dengan anak kecil. Topik-topik sulit untuk anak-anak termasuk perceraian, penyakit, kematian, seks, dan bencana alam.

Membicarakan topik-topik sulit adalah juga meyakinkan anak memahami berbagai hal, dan memungkinkan kamu menjelaskan nilai-nilai keluarga. Cara kamu berbicara tentang topik-topik sulit bergantung pada usia dan kemampuan anak Anda untuk memahami.

Nah, artikel kali ini akan membahas tentang bagaimana berbicara tentang topik sulit pada anak.

1 dari 4 halaman

Bagus untuk Membicarakan Topik-Topik Sulit dengan Anak-Anak

Perceraian, penyakit, kematian, seks, bencana alam, semuanya adalah bagian dari kehidupan. Membicarakan topik sulit adalah salah satu cara kamu dapat membantu anak menghadapi kesulitan hidup.

Jika kamu mendorong komunikasi terbuka tentang topik-topik sulit, anak kmu mengetahui bahwa dia selalu dapat berbicara denganmu. Dia akan mengerti bahwa kamu akan berada di sana untuk mendengarkan jika ada sesuatu yang mengkhawatirkannya. Ini adalah dasar yang bagus untuk komunikasi di masa remaja.

Berbicara tentang topik-topik sulit memperkuat kemampuan anak untuk berpikir, menyelesaikan masalah dan berkomunikasi. Ini juga membantu membangun ketahanan mental anak.

Dan berbicara tentang topik-topik sulit dengan anak akan memberi kamu kesempatan untuk menjelaskan nilai-nilai dan kepercayaan yang penting bagi keluarga.

2 dari 4 halaman

Berbicara Topik-Topik Sulit pada Berbagai Usia

Cara Anda menangani topik-topik sulit akan tergantung pada usia anak dan bagaimana ia memahami dunia.

1. Balita dan anak-anak prasekolah

Balita dan anak-anak prasekolah memahami perbedaan antara merasa bahagia, sedih, takut atau marah. Tetapi mereka membutuhkan banyak jaminan untuk memahami perasaan baru dan lebih kompleks. Dan mereka juga berpikir dengan cara yang sangat konkret dan masih belajar bagaimana konsep-konsep tersebut cocok bersama.

Ini berarti bahwa ketika berbicara tentang topik-topik sulit dengan balita dan anak prasekolah, ada baiknya untuk berfokus pada perasaan bahwa mereka memahami dan menjelaskan hal-hal dalam bahasa yang sederhana. Sebagai contoh:

  • " Nenek udah meninggal, kita nggak bisa lihat nenek lagi."
  • " Semua sayang kamu. Tapi kami pikir keluarga akan lebih bahagia jika Ayah sama Ibu Nggak satu rumah lagi. "
  • " Bayi tumbuh di suatu tempat di dalam mumi mereka yang disebut rahim,"
  • " Aku juga sangat takut ketika mobil itu menabrak kita, tapi kita aman sekarang."

2. Anak-anak usia sekolah

Pada usia ini, anak-anak memiliki kedewasaan emosional yang lebih dan memahami emosi yang lebih kompleks. Namun, kadang-kadang emosi baru masih membebani mereka. Otak mereka berkembang pesat, dan mereka dapat menyerap informasi baru dengan cepat. Dunia mereka telah berkembang juga, dan mereka mungkin menemukan topik yang lebih sulit melalui media atau percakapan dengan anak-anak lain di sekolah.

Ini berarti bahwa ketika kamu berbicara tentang topik-topik sulit dengan anak usia sekolah, kamu dapat berbicara tentang emosi yang lebih kompleks dan membahas lebih detail. Seperti:

  • " Kematian berarti tidak hidup lagi, seperti bunga-bunga mati sehingga mereka tidak tumbuh lagi." Atau " Anjing itu mati sehingga dia tidak makan dan bermain lagi."
  • " Ibu sayang sama kamu. Tapi Ayah dan ibu nggak pingin menikah satu sama lain lagi. Ayah sama ibuk akan tinggal di rumah yang berbeda, tetapi kami berdua tetap akan njaga kamu."
  • " Untuk membuat bayi, sperma dari seorang pria dan telur dari seorang wanita bergabung bersama."

3 dari 4 halaman

Merencanakan Percakapan yang sulit

Merupakan ide bagus untuk memikirkan topik-topik sulit sebelum anak bertanya. Dengan cara ini kamu akan siap ketika topik yang sulit muncul.

Berikut adalah beberapa tips untuk membantu kamu merencanakan percakapan yang sulit:

  • Beri tahu anak kamu berita sedih atau menakutkan jika kamu bisa, atau minta seseorang yang mengenal anak kamu dengan baik untuk berbicara dengan anakmu. Beri tahu anak sesegera mungkin setelah kejadian.
  • Jika ada waktu untuk membuat rencana ke depan, pilih waktu ketika rileks untuk kamu dan anak. Jika bisa, pilih tempat yang pribadi dan nyaman untuk berbicara.
  • Jujur. Misalnya, " Ya, Ayah akan tinggal bersama orang lain sekarang. Tapi itu nggak berarti dia tidak lagi mencintaimu,"
  • Biarkan anak tahu bahwa ia dapat mengajukan pertanyaan kepadamu.
  • Dengarkan anakmu dengan sungguh-sungguh setelah kamu memulai percakapan. Lakukan kontak mata dan turun ke level anakmu. Kamu mungkin merasa berguna untuk mengatakan perasaannya kembali kepadanya untuk memastikan bahwa kamu memahami apa yang dia katakan.
  • Gunakan kejadian yang lalu untuk membantu anak memahami yang lebih baru.
  • Bersiaplah untuk menghibur anak kamu dengan banyak dekapan jika perlu.
  • Kembalilah ke topik sulit dalam seminggu. Anakmu perlu waktu untuk memproses apa yang kamu bicarakan, tetapi dia mungkin juga perlu dorongan untuk membicarakannya lagi.

4 dari 4 halaman

Topik Sulit yang Harus Kamu Hadapi

Mungkin ada hal-hal yang kamu rasa sangat sulit untuk dibicarakan. Ini bisa jadi karena latar belakang kamu sendiri atau nilai-nilai budaya dan agama. Atau bisa juga karena topik yang sulit mempengaruhi kamu juga, seperti perceraian. Kamu dapat mempertimbangkan untuk berbicara dengan pasangan atau teman tentang masalah yang sulit bagimu.

Tidak masalah memiliki perasaan dan membiarkan anakmu tahu apa itu. Tetapi jika kamu menunjukkan terlalu banyak kesusahan, itu mungkin tidak baik untuk anak. Anak mungkin meniru reaksimu atau merasa kesal.

Jika kamu terlalu tertekan ketika berbicara atau memikirkan topik-topik sulit, bicarakan dengan dokter umum atau ahli kesehatan. Misalnya, jika kamu telah melalui peristiwa traumatis, kamu mungkin menemukan bahwa berbicara tentang topik yang sama membuat kamu kesal.

Beri Komentar