© Goodmorningamerica.com
Nggak bisa dipungkiri kalau penindasan masih sering terjadi di lingkungan sekolah. Meski harusnya anak merasa aman selama belajar di sekolah, tapi pelaku bully masih aja ada di mana-mana.
Apalagi kalau sudah ngomongin ras dan warna kulit. Tanpa kita sadari masih banyak yang jadi sasaran bully karena ras dan warna kulit mereka.
Hal itu juga yang dialami oleh anak dari ibu ini. Sang anak dibully oleh teman sekolahnya karena dia keturunan Cina dan dianggap membawa virus corona yang sedang mewabah saat ini. Kejam banget nggak sih?
Anak Rebecca Wen © goodmorningamerica.com
Dari yang saya baca di Good Morning America, seorang ibu bernama Rebecca Wen ngerasa sangat marah karena anak laki-lakinya pulang dalam keadaan menangis setelah dibully di sekolah.
Ibu ini sangat kecewa dan berpikir untuk ngelabrak anak-anak yang sudah ngebully putranya.
Saat ini anaknya berusia 9 tahun dan dia dibully karena identitasnya yang merupakan keturunan Cina Amerika. Teman-temannya menganggap kalau anaknya membawa virus corona karena hal itu.
Rebecca hampir nggak percaya karena anaknya harus menghadapi hal ini. Anaknya pun mengungkapkan bahwa dia merasa malu karena orang-orang berpikir dia membawa penyakit cuma karena tampilannya. Mendengar pengakuan anaknya itu Rebecca pun merasa sangat sedih.
Tapi daripada marah nggak jelas, Rebecca memutuskan untuk mengubah momen menyakitkan itu sebagai waktu yang tepat untuk mengajari putranya. Rebecca dan anaknya kemudian bersama-sama mempelajari tentang fakta-fakta seputar penyakit yang berasal dari Wuhan, Cina itu.
Keduanya pun jadi paham tentang penyakit COVID-19 dan punya bukti kalau etnisitas seseorang nggak ada hubungannya dengan penularan penyakit itu, berdasarkan Centers for Disease Control and Prevention.
Saat anaknya sudah yakin kalau nggak ada yang salah dari dirinya, Rebecca akhirnya sadar kalau dia perlu memberi tau pihak sekolah tentang kejadian itu.
Rebecca berpikir mungkin banyak anak keturunan Asia-Amerika lain yang juga mengalami penindasan yang sama seperti anaknya dan itu tentunya nggak bisa dibiarkan.
Rebecca akhirnya menghubungi pihak sekolah dan mereka setuju bahwa kejadian ini harus digunakan untuk memberikan pembelajaran pada para siswa yang mungkin kurang paham dengan kondisi wabah ini.
Guru anak Rebecca © goodmorningamerica.com
Guru-guru pun sepakat untuk nggak membahas pembullyan yang dialami oleh anak Rebecca, tapi secara nggak langsung memberikan informasi yang bisa membantu mencegah tindakan itu terulang kembali.
Stacie Oliveri, salah satu guru sekolah tempat anak Rebecca belajar, mengungkapkan bahwa kebingungan anak-anak sepertinya berasal dari informasi salah yang mereka terima dari orang tuanya. Dia mengungkapkan bahwa masih banyak orang dewasa yang bertindak rasis sehingga mempengaruhi pendapat anak-anak mereka.
Sebagai seorang guru, dia merasa bahwa ini merupakan tantangan terbesar untuk mengubah pola pikir anak agar nggak membenarkan tindakan rasisme. Meski nggak mudah tapi kita harus memulainya sejak dini agar tindakan bully nggak berkembang lagi di masyarakat.
Semoga saja semua sekolah bisa mulai menerapkan hal yang sama biar nggak ada korban bully lagi ya!
Mama Aleta, Penenun yang Menyelamatkan Gunung dan Martabat Orang Mollo
8 Tren Olahraga Outdoor Ramah Lingkungan yang Lagi Hits
5 Pasangan Zodiak yang Paling Nyambung, Seolah Punya Bahasa Sendiri
7 Trik Styling Rambut Biar Bentuk Wajah Kelihatan Lebih Proporsional
Janice Tjen Sabet Gelar WTA 125 Pertama dan Tembus 80 Besar Dunia

Katy Perry Resmi Go Public Bareng Justin Trudeau, Rayakan Ulang Tahun di Paris

Kris Dayanti Bawa Pulang Perak dari World Kungfu Championship

Kylie Jenner Debut Jadi Penyanyi, Rilis Lagu “Fourth Strike” Bareng Terror Jr

Bella Hadid Kembali ke Runway Setelah Pulih dari Lyme Disease

Setelah Vakum dan Jadi Ibu, Mahalini Siap Kembali dengan Album “Koma”